Mohon tunggu...
Hernadi Faturachman
Hernadi Faturachman Mohon Tunggu... -

Seorang pecinta sepak bola yang percaya Indonesia akan tampil di World Cup walaupun tidak yakin itu kapan

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Ajax Amsterdam: Kembalinya Sang Raja Eropa?

21 Mei 2017   23:16 Diperbarui: 22 Mei 2017   16:05 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belanda dikenal sebagai salah satu negara yang banyak melahirkan pemain-pemain sepak bola calon bintang masa depan. Geliat sepak bola negeri kincir angin ini memang baru dikenal secara luas diawal medio ‘70an dimana Ajax dan Feyenoord menjadi pionir menakutkannya sepak bola Belanda saat itu. Hal itupun berimbas ke tim nasional dimana pada world cup 1974 Belanda mengguncang persepakbolaan dunia lewat gaya Total Football yang dipimpin salah satu seniman bola jenius dalam diri Johan Cruyff dan sang arsitek Rinus Michels.

Sejak saat itu pula Ajax Amsterdam sebagai tim tersukses sepak bola negeri kincir angin seakan tidak pernah habis melahirkan calon-calon wonderkid sampai saat ini dimulai dari Johan Cruyff, Marco Van Basten, DeBoer bersaudara, Wesley Sneijder, sampai era Daley Blind seperti sekarang. Keberhasilan tersebut tidak lepas dari suksesnya program sepak bola usia dini khususnya dari 3 tim terbaik di negera yang menganut sistem monarki ini yaitu PSV Eindhoven, Feyenoord, dan Ajax sebagai tim tersukses di Belanda.

Era ‘90an

Ajax Amsterdam sebagai yang paling sukses di Belanda bahkan mungkin salah satu tim tersukses di Eropa memegang peranan paling penting dalam penyuplai pemain-pemain terbaiknya baik itu ke tim nasional Belanda maupun ke beberapa tim elit eropa. Julukan tim tersukses  memang pantas disandang tim yang bermarkas di kota Amsterdam ini dimana 33 kali Ajax berhasil menjuarai Eredivisie (kasta liga tertinggi di Belanda) dan 4 kali menjadi kampiun di Champions League. Gelar terakhir di Champions League terjadi pada tahun kompetisi 1994/1995 yang juga menjadi gelar terakhir Ajax di berbagai kompetisi antar tim eropa. Pada tahun tersebut Ajax sukses menaklukan raksasa Italia yang juga sedang menjadi raksasa eropa pada saat itu yaitu AC Milan dengan skor 1-0 lewat gol si bocah 18 tahun Patrick Kluivert.Tidak tangung-tanggung bahkan selama tahun 1995 tersebut Ajax memiliki rekor luar biasa dimana menjadi tim yang tak terkalahkan baik di liga maupun di kompetisi eropa. Kesuksesan tersebut tidak lepas dari tangan dingin seorang meneer Louis Van Gaal yang berhasil memadukan para pemain senior saat itu yaitu Danny Blind, Frank Rijkaard dan para pemuda seperti Patrick Kluivert, Clarence Seedorf, Edgar Davids dan beberapa pemain lainnya.

lifeafterfootball.eu
lifeafterfootball.eu
Di periode tahun ‘90an ini pula dunia sepak bola mulai menjadikan Ajax sebagai salah satu standar suksesnya program pembinaan usia dini maupun scouting systemyang banyak ditiru oleh tim-tim eropa lainnya bahkan dianggap paling terbaik jauh sebelum kita mengenal Barcelona dengan La Masia, Real Madrid dengan La Fabrica maupun yang paling hot saat ini AS Monaco dengan La Turbie nya. Sistem usia dini yang dilakukan di De Toekomst(sebutan akademi Ajax Amsterdam) akhirnya banyak diadaptasi tim-tim eropa meliputi 8 ingredients penting dalam sesi latihan meliputi coordination training, kicking, passing and throw-in’s, moves to beat an opponent, heading, finishing, position play, position game play and small sided gamesdan dipadukan dengan “TIPS” sebagai core utama dalam proses perekrutan talenta-talenta terbaik yang terdiri dari Technique, Insight and Intelligence, Personality, Speed. Sangat wajar bila melihat poin-poin tersebut menjadi dasar bagaimana sistem Total Football bisa berjalan dimana sistem tersebut mengedepankan kemampuan masing-masing individu didalam tim untuk berpindah posisi secara cepat bergantung pada situasi yang terjadi di lapangan dan hanya ada satu pemain yang tidak bergerak dari posisinya yaitu seorang kiper. Sistem ini sudah terpatri atau terdoktrin dimasing-masing individu sejak usia dini sehingga sistem Total Football yang menurut penulis adalah salah satu sistem sepak bola lama yang masih sustainable sampai saat ini dengan berbagai penyempurnaannya.

Era Sepak Bola Industri

Semakin industrialisasinya dunia sepak bola berimbas pada tim yang berkandang di Amsterdam Arena ini. Ajax bukanlah tim kaya dengan uang berlimpah layaknya Real Madrid, Barcelona, Duo Manchester, FC Bayern, ataupun tim-tim kaya eropa lainnya. Business Insider Indonesia pada bulan 20 Januari 2017 pernah merilis 20 tim terkaya di Eropa dan sayangnya tim dengan sejarah panjang seperti Ajax tidak masuk kedalam 20 tim terkaya di Eropa. Ajax harus rela kalah oleh Leicester City yang menjadi trending topic sepak bola di tahun 2016 karena menjadi juara Premier League untuk pertama kali dalam sejarah klub ataupun West Ham United yang terombang-ambing bahkan nyaris berada di zona degradasi pada musim 2016/2017.

dok.pri
dok.pri
Hal inilah yang membuat Ajax harus merelakan bintang-bintangnya pindah ke tim-timyang lebih besar khususnya lebih besar dari segi finansial. Tetapi apakah pembinaan usia dini dan scouting system yang telah berjalan berhenti begitu saja ? Tentu saja tidak !. Ajax terus menerus berhasil mencetak pemain-pemain hebat bahkan menjadi bintang di timnya masing-masing. Tengok saja bagaimana nama Zlatan Ibrahimovic mulai dibicarakan di panggung lapangan hijau sebelum akhirnya pindah ke Juventus di tahun 2004 yaitu pada saat di Ajax, Kesuksesan Tottenham Hotspurs yang dalam 2 musim terakhir selalu konsisten berada dipapan atas Premier League tidak lepas dari 3pemain alumnus dari De Toekomst yaitu Christian Eriksen, Jan Vertonghen, dan Toby Alderweireld, serta Wesley Sneijder yang menjadi salah satu elemen penting dari Inter Milan saat mendapat treble ditahun 2010 maupun pemain-pemain lainnya semisal Luis Suarez, Klas Jan Huntelaar, dan Rafael Van Der Vaart . Pemain-pemain tersebut bukan hanya menjadi bintang bagi timnya masing-masing tetapi juga menjadi tulang punggung di tim nasionalnya.

Efek domino dari tertidurnya Sang Raja Eropa ini sangat dirasakan oleh publik penggemar sepak bola belanda khususnya publik Amsterdam dimana mereka sangat merindukan tim favoritnya kembali menguasai panggung Eropa. Prestasi terbaik Ajax pada kompetisi Eropa adalah pada tahun 2008-2009 dimana mereka berhasil mencapai babak 16 besar Europa League(saat itu masih UEFA Cup). 



Musim 2010-sekarang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun