Ada beberapa penyakit sosial kekinian yang menghinggapi kalangan anak muda saat ini. Salah satunya yaitu penyakit gengsian. Gengsi karena takut dibully, gengsi karena takut dikatakan anak kere atau gengsi karena takut tidak diterima di lingkungan pergaulannya. Tipe anak muda seperti ini baiknya belajar dari dua tokoh di Mimika, Papua yaitu Pak Hendrik Wakum, salah satu manager di hotel ternama di Mimika yaitu Rimba Papua hotel (Ex Sheraton) dan Pak Yusuf Rombe yang merupakan salah satu kontraktor sukses di Mimika dibawa bendera CV Kurnia Jaya.
Saya memilih dua orang ini karena mereka bisa menjadi inspirasi bagi mereka yang suka gengsian. Dengan penuh kesabaran, mereka merintis pekerjaan mulai dari nol. Pak Yusuf Rombe memulai karir sebagai pelayan di rumah makan dan Pak Hendrik mengawali pekerjaan sebagai cleaning service. Tak ada kata malu dalam kamus hidupnya sekalipun apa yang dikerjakanya kadang dipandang sebelah mata sebagian orang. Kini mereka sudah memetik hasilnya menjadi salah satu orang sukses di Mimika, Papua.
Merintis dari Titik Nol ala Pak Yusuf Rombe
Setelah itu, pria asal Toraja ini menjadi tenaga honor di salah satu perusahaan dengan upah Rp 60.000/bulan. Berkat ketekunannya, ia dipindahkan ke bagian administrasi. Rombe muda kala itu juga membuka peluang bisnis kecil-kecilan dengan menjadi pengantar surat dari kantor ke barak-barak karyawan dimana harus melewati sebuah bukit yang cukup melelahkan. Dibutuhkan 1-2 jam untuk mengelilingi barak dari barak A sampe barak I.
Dari kegiatan ini, Beliau mendapat upah Rp 200.000 atau tiga kali lipat dari honornya. Setelah bekerja selama 1,5 tahun di Inamco, Pak Lika (sapaan lainnya) pindah menjadi karyawan Ware House PT Freeport Indonesia selama 7 bulan di lokasi tambang Grassberg. Namun beberapa bulan kemudian, Beliau mengundurkan diri dan bergabung kembali di Inamco dan sambil membuka kios di salah satu barak.Â
Awalnya hanya menjual rokok, kue dam minuman ringan kemudian berkembang menjadi penjual pakaian. Dengan adanya kios tersebut Pak Rombe bangun jam setengah empat pagi . Lalu melanjutkan pekerjaannya di kantor dari jam 07,30 sampai jam 17.00. Lalu kemudian membuka kiosnya lagi hingga pukul 22.00. Di barak, ia bisa menjual 1000-1500 kue setiap harinya.Â
Setiap kue yang terjual, Pak Rombe mendapat untung Rp 50 per buah. Terbukti sejak muda suami dari Ibu Erda ini benar-benar seorang pekerja keras. Dengan bermodalkan sikap ketekunan dan sikap pantang menyerah yang pada akhirnya mengantarkannya menjadi salah satu kontraktor sukses di Mimika, Papua. Jasanya laris manis di pasaran karena hasil pekerjaannya memuaskan.
Tak Berhenti Belajar ala Pak Hendrik Wakum
Kini suami dari Sonya Urbinaru ini menjadi salah satu manager dari hotel populer di Timika. Pelajaran yang bisa dipetik dari pria kelahiran 15 November 1972 ini adalah bersabar sambil terus berkarya dan belajar sekalipun apa yang dikerjakan sekarang adalah pekerjaan yang biasa-biasa saja bagi sebagian orang