Mohon tunggu...
Hari Purwanto
Hari Purwanto Mohon Tunggu... Konsultan - Do The Best
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Direktur Studi Demokrasi Rakyat (SDR) Mahasiswa Pasca Sarjana Univ. Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Panglima TNI Pensiun Dulu, Baru Bangun Pencitraan

16 Agustus 2017   09:15 Diperbarui: 16 Agustus 2017   13:28 1389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Aktivitas Panglima TNI Gatot Nurmantyo akhir-akhir ini mencoba membangun pencitraan sangat terlihat sekali. Dari peristiwa aksi 411, 212 sampai rencana aksi 171717 memperlihatkan kalau Panglima TNI mencoba bermain dalam situasi politik kekinian dan membangun hubungan harmonis dengan golongan islam politik. Jabatan yang disandang Gatot Nurmantyo sebagai Panglima TNI saat ini dan memanfaatkan jabatannya ibarat peribahasa lama ""Sekali Merengkuh Dayung, Dua Tiga Pulau Terlampaui". Dan sangat jauh dari amanat orde reformasi bila kepemimpinan TNI saat ini menjalankan langkah yang masuk dalam wilayah politik pencitraan.

Salah satu bentuk pencitraan dan manuver yang dilakukan adalah pembacaan puisi karya Denny JA dengan judul "Bukan Kami Punya" di Rapimnas Partai Golkar. Bait-bait puisi yang dibacakan oleh Panglima TNI menyindir pemerintah, padahal TNI bagian dari pemerintah yang semestinya peran dan fungsi TNI harus tegak lurus terhadap kepemimpinan nasional yang terpilih yaitu Jokowi-JK. Jangan bermain di air keruh karena memanfaatkan jabatannya, namun kembali kepada jalan untuk menjaga NKRI dalam segala macam ancaman terutama dari eksternal.

Aksi-aksi dukungan dari 411, 212 sampai adanya rencana aksi yang menamakan 171717 adalah pencitraan yang sengaja dibangun untuk panggung pribadi Gatot Nurmantyo. Kalaupun Gatot Nurmantyo yang saat ini menjabat sebagai Panglima TNI ada keinginan untuk masuk bursa kepemimpinan dan ingin mengabdikan dirinya dalam wilayah politik, alangkah baiknya Panglima TNI menyelesaikan jabatannya terlebih dahulu. Sehingga esensi berdemokrasi tidak terciderai dalam memilih kepemimpinan dengan memanfaatkan posisi dan jabatannya. 

Memilih pemimpin atas dasar gagasan, ide dan kredibilitasnya saat memangku sebuah jabatan. Serta menyelesaikan jabatan tanpa menggunakan jabatan untuk membangun pencitraan. Cara-cara dan langkah yang dilakukan oleh Panglima TNI Gatot Nurmantyo sedang membangun konstruksi untuk menjadi pemimpin masa depan. 

Persiapan menuju 2019 telah dilakukan Gatot Nurmantyo dengan pernyataan-pernyataan yang telah membangun pencitraan sebagai orang yang paham mengenai situasi dan kondisi bangsa saat ini. Cita-cita reformasi yang mengamanatkan kita untuk memegang teguh prinsip dari doktrin: "TNI Kembali ke Barak".

Seharusnya Panglima TNI memegang teguh prinsip profesionalitas dan netralitas TNI. Jangan sampai menjadikan institusi TNI sebagai tunggangan demi memuaskan hasrat politik semata. Saran saya buat Panglima TNI, tunggulah Jenderal pensiun silahkan membangun kekuatan politik menuju kekuasaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun