Mohon tunggu...
Gandis Octya Prihartanti
Gandis Octya Prihartanti Mohon Tunggu... Human Resources - A curious human

Manusia yang sedang menumpang hidup.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Fobia Tamu

19 September 2017   09:06 Diperbarui: 19 September 2017   09:34 1765
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ada seseorang yang berjalan di halamanku. Bisa dipastikan dia mau bertamu. Aku tidak mau menemuinya, maka segera saja aku masuk kamar.

Dia berteriak-teriak memanggil mama. Seperti perantara, aku teriaki balik wanita itu yang sedang di dapur, ditemani radio lawasnya yang melantunkan lagu campursari.

"Ya," balas mama sekenanya. Entah seseorang itu mendengar atau tidak. Rumah kami cukup besar, di mana jarak dapur dan ruang tamu bisa ditempuh dengan puluhan langkah.

Mama menemuinya beberapa saat kemudian. Beliau melewati kamarku, yang salah satu dindingnya terbuat dari gedheg bambu, sehingga bayangan itu tampak. Mereka lalu membicarakan sesuatu, entah apa. Apa yang kudengar hanya tawa. Mungkin, mereka tengah melontarkan candaan khas ibu-ibu. Aku tidak peduli.

***

Aku tengah membaca novel yang baru dibeli kemarin ketika tetanggaku tiba-tiba berdiri di mulut pintu, lalu bertanya apakah mama ada. Kontan saja aku terlonjak dari duduk. Maklum, aku ini gampang kaget.

Aku mempersilakannya masuk, sementara aku memanggil mama, yang kemungkinan sedang mandi. Sebentar lagi jam kerjanya di kantor itu dimulai. Ketika aku memberi tahu soal tamu, beliau menyuruhku menemaninya terlebih dulu.

Ah, yang benar saja!Gerutuku dalam hati. Aku menurutinya dengan setengah hati.

Kembali ke ruang tamu, aku menyambar novel tadi. Aku tidak punya bahan omongan, jadi aku temani dalam konteks ada orang lain, bukan mengajaknya bicara. Keadaan menjadi rikuh, tentu saja. Apalagi kok aku berkeringat begini? Definisi tamu bagiku kini memang monster yang harus dihindari.

Dari ekor mata, aku bisa menangkap kalau dia mau mengajukan pertanyaan. Namun, sebelum itu terjadi, aku buru-buru ke tempat persembunyianku alias kamar. Maaf, untuk saat ini sampai entah kapan, aku tidak menerima pertanyaan tentang diriku.

Pertanyaan itu membutuhkan jawaban dengan penjabarannya, tapi mama sudah memperingatkanku agar tidak bicara soal itu pada orang lain. Baiklah, rahasia itu rupanya yang membuat hidupku kacau seperti ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun