Mohon tunggu...
Halim Pratama
Halim Pratama Mohon Tunggu... Wiraswasta - manusia biasa yang saling mengingatkan

sebagai makhluk sosial, mari kita saling mengingatkan dan menjaga toleransi antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berkomitmen Terus Merajut Perdamaian

27 April 2017   06:12 Diperbarui: 27 April 2017   15:00 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Merajut Perdamaian (uri.org)

Semua sepakat bahwa Indonesia merupakan negara damai. Indonesia bukanlah negara konflik, seperti Suriah ataupun Irak. Indonesia merupakan negara dengan penuh keanekaragaman, namun tetap toleran dan saling menghormati perbedaan. Indonesia merupakan negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama. Meski berkembang menjadi negara dengan penduduk muslim terbesar, namun negeri ini tetap komitmen menjadi negara beragama, bukan negara Islam, karena di Indonesia masih ada Kristen, Hindu, Budha, Konghucu dan aliran kepercayaan. Mereka semua harus mendapatkan hak yang sama seperti masyarakat muslim. Itulah Indonesia. Negara yang beragam, tapi tetap saling menjaga kerukunan.

Dalam berjalannya waktu, memang tidak mudah merajut kedamaian di negeri yang menjunjung tinggi nilai toleransi ini. ancaman konflik di negeri yang sangat luas ini begitu terbuka. Terlebih perkembangan teknologi, telah membawa informasi apa saja masuk. Ajaran-ajaran dari luar terus masuk, dan mencoba mempengaruhi kedamaian negeri. Salah satunya adalah, intoleransi, radikalisme dan terorisme. Paham yang cenderung mengedepankan kekerasan itu, bukanlah karakter bangsa Indonesia. Tidak ada satupun suku dan budaya di Indonesia, yang selalu mengedepankan kekerasan.

Di era yang serba modern ini, ancaman konflik dan perpecahan masih saja terbuka. Kelompok intoleran terus memprovokasi masyarakat dengan ujaran kebencian dan tindakan kekerasan. Sementara kelompok radikal terus menyebarkan propaganda radikalisme, agar masyarakat tertanam jiwa radikal di dalamnya. Pada titik ini, kelompok radikal juga sering mereduksi nilai-nilai agama untuk meraih simpati dan mempengaruhi orang lain. Jika masyarakat sudah benar-benar terpengaruh, tahap selanjutnya mereka akan mengajak masyarakat untuk berbuat. Pada titik inilah, umumnya mereka sering melakukan ancaman teror atau yang biasa sebut sebagai perbuatan amaliyah.

Saat ini, intoleransi, radikalisme, dan terorisme sudah menyebar di Indonesia. Tidak sedikit masyarakat yang terjangkit virus yang mengkhawatirkan tersebut. Praktek intoleransi tidak hanya kita temukan dalam kehidupan bermasyarakat, tapi dalam dinamika politik, bibit intoleransi sering kali kita temukan. Bahkan, dalam lembaga pendidikan pun juga telah dimasukkan oleh kelompok radikal. Sungguh sangat menyedihkan. Akibatnya, masyarakat menjadi mudah marah dan tersinggung.

Contoh yang paling gamblang terlihat adalah, ketika proses pillkada di Jakarta kemarin. Ujaran dan perilaku kebencian tidak hanya ditujukan kapada pasangan calon, tetapi juga kepada para pendukungnya. Kini, pilkada telah usai. Jakarta sebentar lagi akan mempunyai calon gubernur baru. Saatnya merajut kembali kedamaian di Jakarta. Menjadi tugas kita bersama, dari level masyarakat hingga gubernur terpilih, harus aktif menciptakan kondisi yang sejuk, damai, tidak ada lagi provokasi dan kekerasan yang mengatasnamakan agama. Ingat, masyarakat sudah lelah jika terus disuguhi pertikaian antar elit. Mereka seharusnya menjadi pelopor agen perdamaian di negeri ini.

Saatnya meneguhkan komitmen kita bersama, untuk terus merajut Jakarta kembali. Ibukota sebelumnya sudah baik, kedepannya harus lebih baik. Mari kita move on, untuk mewujudkan Jakarta yang lebih baik. Bukan lebih baik baik untuk kelompok tertentu, tapi lebih baik untuk seluruh masyarakat ibukota. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun