Mohon tunggu...
Guntur Gozali
Guntur Gozali Mohon Tunggu... -

Blog more, share more...\r\nSemoga ada tulisan saya yang memberi inspirasi ke pembaca yg budiman

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Dokter Kejar Setoran versi 2.0

21 Agustus 2012   01:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:30 655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Sudah baca tulisan saya mengenai dokter mata yang kejar setoran itu (Kejar Setoran), yang mengakibatkan sebelah mata teman saya tidak bisa melihat itu?

Nah, rupanya ada lanjutan ceritanya, dan terjadi ke saya pula. Memang benar2 saya ini lebih bodoh dari keledai yang gak mau terantuk batu kedua kalinya.Hari Senin lalu, saya memeriksakan diri ke dokter ahli kulit di salah satu rumah sakit international di dekat kantor saya. Sejak beberapa bulan yang lalu, di pipi kiri saya ada benjolan karena penebalan kulit seperti tampak pada beberapa orang yang sudah mulai berumur.

Sebenarnya penebalan kulit ini hal yang umum terjadi, namun karena tangan saya gak bisa diam, saya coba2 garuk2 supaya terkelupas. Eh alih2 terkelupas, malah semakin lama menjadi semakin tebal dan gatal. Karena takut jadi tumor, maka pergilah saya memeriksakan diri ke dokter kulit.

Baru duduk sekitar 2 menit, dokter yang sudah senior dan tampak berpengalaman itu sudah bisa menyimpulkan kira2 kenapa. Dia mengambil secarik kertas dan menuliskan apa yang saya derita, namanya antik: Sebhorrheic Keratosis sembari mengatakan: “Nanti kamu cari sendiri di internet”.

Setelah itu saya disuruh berbaring di ranjang yang tersedia di ruang prakteknya. Sementara saya menunggu si dokter, sang suster pendamping sudah sibuk mempersiapkan alat injeksi. Dokter menanyakan apakah saya alergi antibiotika jenis ini atau itu, saya jawab tidak. Terus dokter memeriksa lebih teliti benjolan di pipi saya, dan langsung mengatakan: “Tidak apa2 ini, kita ambil aja ya”, katanya.

Dheggg…saya langsung teringat teman saya yang dioperasi matanya itu. Saya sempat berpikir untuk menunda tindakan operasi atau apapun namanya, tetapi si dokter dengan mantapnya mengatakan: “Semenit selesai, langsung kita ambil aja. Suster, tolong alat injeksinya” katanya ke suster.

Langsung dia mengambil jarum suntik dari suster yang sudah siap berdiri di sebelahnya. Saya bingung juga, mau protes gimana gak protes gimana, mau nanya second opinion dari dokter lain apa tidak atau sebaiknya ditunda aja dulu tapi kok katanya cuma semenit, duhhh…bingung…

Ehh…selagi saya msh bingung, dokter sudah memegang pipi saya, menyuntikkan obat bius local di lokasi benjolan di pipi saya. Jress…clekitt….Lahh…telat dah… Saya dalam keadaan pasrah hanya sempat menanyakan dengan lirih, berbekas gak dok nantinya? Si dokter, sembari memasang kaca pembesar dan mengarahkan alat untuk membakar benjolan di pipi saya, menjawab: “Ya adalah sedikit bekas, tapi nanti lama2 juga akan hilang”.

Cesss…cessss…cesss…terdengar seperti kulit terbakar dan berbau sangit, kemudian tidak sampai semenit selesai sudah. “Sudah selesai, tinggal dikasih salep, ditutup handiplast dan jangan terkena air selama seminggu ya. Selesai sudah.”

Whatt…seminggu gak boleh kena air?? Duhhh dokk batin saya, kok gak dari tadi omongnya, kan ini mau liburan panjang, saya mau berenang-renang dengan anak2, mau main basah2an, mau berendam selama liburan dokkk. Yahhh….kok dokter gak omong sehhh…hiksss….

Sembari menyumpah serapahi diri sendiri, saya menuju kasir. Pada perjalanan ke kasir,  saya baca surat pengantar dokter ke kasir berapa kira2 biayanya. Di tulisan cakar ayam si dokter, yang saya bisa baca hanya biaya admin 30 ribu, dan dokter spesialis 250 ribu. Total 280 ribu, yahh oke juga untuk tindakan seperti itu biayanya 280 ribu, pikir saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun