Dalam sebuah pertemuan belum lama ini, seorang community development officer (CDO) dari salah satu perusahaan besar di Indonesia mengeluh. Dia bercerita kalau lingkungan kerja, teman-teman sejawat dari unit lain memandang kurang respek terhadap pekerjaannya. Mereka menganggap pekerjaan ini hanya menghabiskan uang perusahaan. Â Tidak jelas manfaatnya, dan tidak mendukung terhadap bisnis perusahaan.
Untuk istilah CDO, sebenarnya perusahaan tempat ia bekerja tidak familiar dengan istilah ini. Namun untuk memudahkan jenis pekerjaan yang dilakukan saya nisbatkan kepadanya, sesuai dengan peran dan bidang pekerjaanya, yaitu karyawan yang melakukan kerja-kerja dengan masyarakat dan komunitas. Seperti halnya dengan istilah Safety Officer, yaitu karyawan yang bekerja dan berperan dalam keselamatan kerja. Begitu pula Environment Officer, yaitu karyawan yang bekerja dibidang pengelolaan dan perlindungan lingkungan.
Mendengar keluhan CDO tersebut, ingatan kembali melayang ke tahun-tahun 2004 sd 2006. Dimasa-masa awal Corporate Forum for Community Development (CFCD) menyelenggarakan Training Community Development for Corporate. Â CFCD sebenarnya mengusung kampanye CSR. Namun secara praktis, pada awal dibentuk, lebih fokus dengan isucommunity developmentyang dilakukan oleh perusahaan.
Dalam diskusi-diskusi di training CFCD, terungkap dua hal. Pertama, sama dengan keluhan dari CDO di atas. Kedua, karena dianggap tidak strategis, unit yang berperan dalam hubungan ke masyarakat ini digabung dengan unit lain, seperti dengan HRD, Keuangan bahkan Sekuriti.
CFCD kala itu tidak tidak tinggal diam. Dalam berbagai kesempatan CFCD berupaya mempromosikan pentingnya community development (Comdev). Membuat pelatihan, seminar, temu forum dan ajang apresiasi tingkat nasional. Juga, menggandeng top manajemen yang sudah memiliki komitmen dan awarenessterhadap peran strategis Comdev di perusahaan.
Tercatat nama, Jeffrey Mulyono, seorang CEO Berau Coal sampai 2006 sering diundang oleh CFCD menjadi pembicara. Jeffery memang seorang CEO yang sadar pentingnya menjaga hubungan dengan masyarakat termasuk mensejahterakan komunitas. Oleh karena itu, dukungan yang ia berikan kepada CDO sangat besar. Setiap kali berkunjung ke lokasi tambang, yang pertama kali ditemui adalah para CDO. Tak heran dalam berbagai kesempatan ia menyatakan dirinya adalah seorang CDO.
Sekarang ini memang wajah comdev perusahaan sudah berubah. Seiring dengan makin tingginya komitmen dan kesadaran perusahaan, maka unit comdev menunjukkan eksistensinya. Lihat di berbagai promosi perusahaan. Terkenalnya perusahaan tidak semata ditunjukkan melalui produk, namun justru dengan menampilkan aksi-aksi pengembangan masyarakat yang dilakukan.
Namun demikian tidak sedikit yang masih stagnan. CDO masih dipandang sebelah mata. Bagian bersih-bersih dan pemadam kebakaran. Unit comdev menjadi tempat buangan karyawan yang bermasalah dan memasuki usia pensiun.
Kompetensi is a must!
Apapun pekerjaanya perlu kompetensi. Kemampuan untuk mengerjakan tugas sesuai dengan baik didukung oleh pengetahuan dan keahlian. Jika tidak punya, tunggu kehancuran. Inilah yang dialami oleh banyak CDO. Mereka tidak mengerti tugas dan peran yang harus dilakukan. Tidak mampu menyusun rencana kerja. Apalagi mengimplementasikan. Tidak sedikit CDO yang masih berperan sebagai admin dan kasir. Menunggu proposal-proposal kegiatan dari masyarakat, mencatat proposal masuk dan meminta persetujuan manajemen. Ketika manajemen setuju, kemudian dana dicairkan. Kemudian CDO menyerahkan ke penerima manfaat sambil membuat dokumentasi. Begitu simpel!
CFCD berjuang bertahun-tahun untuk merubah mindset CDO melihat pola hubungan dengan masyarakat. Memberitahu agar perusahaan jangan lagi melakukan praktek charity namun empowerment. Tidak lagi pasif menunggu dan tidak top down. Tidak merasa cukup dengan membaca kertas tapi melihat dan terjun ke lapangan. Pro aktif dan bottom up. Menyusun bersama-sama dengan komunitas.