Mohon tunggu...
Yakob Godlif Malatuny
Yakob Godlif Malatuny Mohon Tunggu... Dosen - Kata-kata lisan terbang bersama angin, sementara tulisan abadi.***

Akademisi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mari Mulai Merawat Hidup Bersama

1 September 2018   15:36 Diperbarui: 12 September 2018   10:46 660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://tribratanews.polri.go.id

PADA mulanya kegotongroyongan dan kesukarelaan warga adalah komponen pendukung yang selalu dilibatkan negara dalam urusan perjuangan meraih kemerdekaan. Pembantingan tulang bersama, pemerasan keringat bersama, juang-gumul bersama demi mengusir mereka yang merampas kemerdekaan. 

Mimpi Indonesia merdeka, membawa warga ke medan perang, masuk organisasi tentara, atau sekadar memendam kebencian hingga pada saatnya meledak menjadi semangat juang yang membara. Heroisme mereka terekam dalam yel-yel "Belanda kita seterika, Inggris kita linggis".

Suryadi (2011), mengatakan penjajah yang datang silih berganti tidak menghapus mimpi warga, bahkan menjadi adrenalin yang memompa keberanian untuk tampil-minimal menyemai-mereka yang merampas kemerdekaan. Kini kita semua telah sampai pada saat yang berbahagia yakni hidup merdeka dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Karena itu, penting bagi segenap kewargaan memanfaatkan kesempatan yang berbahagia ini untuk merawat hidupnya masing-masing. Namun jauh lebih penting, memiliki "rasa tanggung jawab merawat hidup bersama". Setiap problem yang mengemuka di era kekinian mesti diselesaikan secara saksama dan diharapkan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Mengingat republik yang kita pijak adalah milik bersama, yang hari-hari ini kerap dililit problem politik.

Tengok pewartaan di media, para elit parpol dan relawan saling menyerang dan bertahan menggunakan "berodongan kata-kata bernada nyindir bahkan fitnah". Beragam acara televisi nasional yang diharapkan dapat mencerdaskan kehidupan bangsa justru terjebak dalam kepentingan politik.

Dalam kajian Prasetiyo (2016), mengonfirmasi hal dimaksud bahwa peran media massa telah terkontaminasi dengan kepentingan politik dan standar ganda sehingga hanya berita-berita yang menguntungkan pihak tertentu, mendapat porsi besar dalam pemberitaanya. Jangan heran bila ada kebenaran yang berat sebelah dalam sebuah pemberitaan tentang politik di media.

Lebih dari itu, konsep politik yang mendewaskan segenap kewargaan hanya ada di dalam pidato, selebihnya adalah tukar-tambah kepentingan yang diatur para broker. 

Keragaman bangsa yang merupakan karunia dari Tuhan Yang Maha Kasih telah dijadikan ikon politik sehingga simbol-simbol agama dan etnik menjadi identitas politik yang penting. Landscape Nusantara telah dikotak-kotakkan menurut kamus kepentingan masing-masing, sehingga kepentingan pribadi telah diletakan di atas kepentingan bangsa.

Suryadi (2011) mengeluhkan hubungkan antarelemen bangsa yang selama berpuluh-puluh tahun rukun tercabik-cabik. Sentimen antarenik dan agama yang dibangkitkan kelompok yang bernafsu memancing di air keruh telah menjadikan Indonesia yang majemuk ibarat hamparan rumput kering yang mudah terbakar. Tak pelak lagi, integritas Indonesia hanyalah diikat seutas tali yang amat rapuh.

Kehidupan berdemokrasi yang semestinya menjadi wahana untuk saling menguatkan dan menyatukan kekuatan melawan musuh bersama justru berubah menjadi wahana saling menjatuhkan dan menyingkirkan. Demokrasi dan hak-hak sosial dikapling berdasarkan status kepribumian, atau asal-usul genologis.

Secara politik, menurut Thomas Hobes dalam Levianthan (1651), manusia adalah serigala antar sesamanya (homo homini lupus), itulah yang diusung sebagai konsep utama teorinya. Mengingat bahwa manusia pada dasarnya hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri, segala tindakan manusia mengarah pada pemupukan kekuasaan dan hak milik, sehingga akan menjurus pada perang antar semua melawan semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun