Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Spanduk Anti-Wayang dan Pendukung Jokowi-Ahok yang Mudah Terprovokasi

23 Januari 2017   12:53 Diperbarui: 23 Januari 2017   20:10 3445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: istimewa/Nur Faishal

Sejak kemarin pagi, Minggu 22 Januari 2017, netizen masih ramai menyoal foto spanduk anti-wayang kulit yang dipasang di sejumlah tempat di Jakarta. Sedikitnya ada dua foto yang menjadi viral di media sosial. Dua di antaranya bertuliskan “Pemutaran Wayang Kulit Bukan Syariat Islam” dan “Menolak dengan Keras Pemutaran Wayang Kulit”. Selain ujaran anti-wayang, pada spanduk tertulis juga “Aliansi Masyarakat Muslim Se-Jakarta Pusat”.

Dari linimasa Twitter, diketahui salah satu penyebar foto spanduk anti-wayang adalah akun @gm_gm yang diketahui milik wartawan senior Goenawan Mohamad. Selain akun @gm_gm, akun lain yang menyebarluaskannya adalah akun @budimandjatmiko milik politisi PDIP Budiman Sudjatmiko.

Karuan saja, segala macam kecaman, hujatan, makian, dll dilontarkan oleh sejumlah akun yang rerata pendukung Jokowi/Ahok kepada pihak yang dituding sebagai pemasang spanduk. Para pembully seolah yakin 100% kalau spanduk itu benar-benar dipasang oleh perkumpulan yang menamakan dirinya “Aliansi Masyarakat Muslim Se-Jakarta Pusat”. Lebih dari itu, para pembully soalah yakin 2000% kalau Aliansi Masyarakat Muslim Se-Jakarta Pusat benar-benar ada.

Spanduk anti-wayang itu benar ada. Foto spanduk anti-wayang pun bukan editan, alias asli, atau bukan hoax. Pertanyaannya, Aliansi Masyarakat Muslim Se-Jakarta Pusat yang mengaku sebagai penyebar spanduk tersebut ada atau tidak? Kalau pun itu ada, apakah benar Aliansi Masyarakat Muslim Se-Jakarta Pusat sebagai pihak pemasang spanduk? Kalau aliansi itu bukan pihak pemasang spanduk, apalagi kalau ternyata aliansi itu tidak ada, maka bisa dikatakan kalau isi dari spanduk itu hoax.

Sekalipun foto spanduk anti-wayang itu diviralkan oleh pendukung Jokowi/Ahok, tetapi belum tentu juga kalau pendukung Jokowi/Ahok sebagai pemasangnya. Bisa jadi pendukung Jokowi/Ahok seperti Goenawan dan Budiman hanyalah segelintir netizen yang mudah terprovokasi. Kemudian, tanpa berpikir panjang alias bersumbu pendek kedua pendukung Jokowi/Ahok tersebut menyebarluaskan foto spanduk hoax tersebut.

Apapun itu, pemasangan spanduk anti-wayang telah meningkatkan suhu politik nasional yang dipicu upaya adu domba terhadap sesama anak bangsa. Dalam kurun waktu dua minggu ini ada berbagai upaya adu domba antara kelompok Islam dengan kelompok etnis. Pertama, MUI yang dihadapkan pada etnis Dayak. Kemudian FPI yang dibenturkan dengan GMBI yang mengaku sebagai ormas Sunda. Lantas di Bali ada sejumlah ormas yang menyerukan pembubaran FPI. Kemudian dilanjutkan dengan spanduk anti-wayang yang jelas sebagai upaya provokasi untuk membenturkan kelompok Islam dengan etnis Jawa.

Siapa di balik upaya adu domba itu sulit diketahui. Tetapi, jika diperhatikan, upaya adu domba pada kelompok-kelompok yang ada di Indonesia ini terjadi karena ada dua “belah tangan untuk saling bertepuk”. Karena tepukan dua tangan itu, gema adu domba pun menyebar ke seantero jagad.

Spanduk anti-wayang, dan sebelumnya spanduk “SBY Provokator” yang disebar oleh orang-orang tidak dikenal pasca-Aksi 411 pada 5 November 2016, adalah upaya adu domba. Adu domba lewat pemasangan spanduk pastinya tidak akan berhenti sampai spanduk anti-wayang. Akan ada spanduk-spanduk provokatif lainnya yang dipasang untuk memancing kerusuhan. Dan sekecil apapun provokasi pastinya akan dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab demi kepentingannya.

“Negara kok jadi begini,” ciut SBY lewat akun Twitter-nya. SBY pun melanjutkannya dengan mengatakan merajalelanya penyebar hoax dan fitnah. Lucunya, Jokowi menganggap cuitan SBY itu sebagai keluhan. Padahal, dalam berbagai kesempatan Jokowi pun mengeluhkan hal serupa.

Kalau pun mengeluh dengan maraknya penyebaran hoax, tidak ada yang salah dengan SBY. Begitu juga dengan keluhan serupa yang kerap kali diungkapkan oleh Jokowi. Nyatanya, memang penyebaran hoax berbalut provokasi adu domba angat meresahkan. Dan, foto spanduk anti-wayang yang diviralkan oleh pendukung top Jokowi/Ahok merupakan contoh nyata dari keluhan keduanya.

Kalau pendukung top Jokowi/Ahok sekelas Goenawan dan Budiman saja dengan gampangnya terprovokasi oleh foto spanduk yang dipasang oleh orang yang tidak dikenal, bagaimana dengan pendukung-pendukung Jokowi/Ahok lainnya? Karenanya, kalau memang Jokowi benar-benar bertekad untuk menertibkan medsos, sebaiknya dimulai dari para pendukungnya dulu. Setidaknya tidak tebang pilih.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun