Bisemillahirrohmanirrahim
Asalamualaikum Warrohmatullahi Wabarokatuh
Saudaraku yang budiman,pada kesempatan ini kami ingin memperjelas keadaan dunia pada saat ini,atas dasar hikmah peringatan Hari Keluarga  & Hari Anak Nasional di alun alunkota Purbalingga ,kemarin  pada tanggal 26 Juli 2017
Pada peringatan tersebut,dijelaskan bahwa pemerintahan Joko Wi mengesyahkan hari keluarga nasional,tetapi bukan hari libur
Selanjutnya,tujuan hari anak dijabarkan sebagai upaya memberi kebebasan mutlak bagi anak dengan kriteria wajar
Bahkan,ada gagasan remaja Jawa Tengah untuk membuat deklarasi perihal remaja yang menuntut bimbingan oleh kaum dewasa ,agar remaja tidak salah arah.
Jika anda ingin menyaksikan videonya,akan saya unggah satu Judul,dan jika anda ingin menyaksikan berikut atau sebelumnya,di toutube tersebut anda dapat memperolehnya
Saudaraku,Jadi jelas ada suatu dilema,ironi,tragedi pembodohan dan segala yang ancaman maut bagi ahlak manusia dapat kita rasakan,walaupun tertutup tutupi oleh situasi bisnis dan kenyamanan layanan.Anda belum memahami kalimat saya?Bukankah jika pejabat yang tidak syah akan mebahayakn nasional dengan berbagai ancaman..Mungkin mengundang perampok,memanipulasi aset negara,menyimpangkan ajaran.Baiklah,akan kami uraikan satu persatu sehingga anda sekalain dapat segera beristighfar dan bersiap menghadapi kemelut tersembunyi
Saudaraku,tentunya pertama,kita harus mengenal mendetail hal keluaraga dan anak yang ternyata kita saksikan ada yang menjadi pejabat,pedagang ,wartawan dan anak anak juga ada yang berstatus pelajar,balita dan sebagainya.
Tetapi pada kenyataannya,pejabat masih memungut gaji dan uang gajinya ntuk mebayar pembantu rumah tangga,sopir dan sebagainya.Bahkan untuk mengkonsumsi apa yang disebut kebutuhan pokok.Tentunya kalau bertemu temannya tentu akan membicarakan pembantu dan sopirnya kara kira kira demikian :" Saya senang,dirumah ada pembantu...bisa memasak yang enak..bisa dipercaya ..dan sopir saya..wah...sangat memuaskan.Tidak mengeluh  ..tidak minta tambahan gaji kalau saya pakai samapai larut malam.."
Dan giliran ada perayaan hari kelurga,maka ia bingung kira kira begini : " Yang keluarga saya yang mana?  Pada sopir saya saya menyebut pak sopir,pda pembantu saya menyebut bibi pembantu.....Dan kepada anak isteri saya,saya mau menyebut diri saya apa ya? Saya mau membina mengasuh umum,krena saya digaji... Kalau saya tidak dapatgaji dan  fasilitas apa apa,saya tidak bisa bekerja mengasuh dan memelihara umum seperti saudara dan keluarga.....Jangan jangan,saya malah pembantu mereka?..ach....kapan kemunafikan saya tobat...."