Mohon tunggu...
Fristianty Ltrn
Fristianty Ltrn Mohon Tunggu... Administrasi - NGO

Penulis Pemula

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tujuh Belasan yang Mempersatukan

17 Agustus 2017   17:59 Diperbarui: 21 Agustus 2017   11:53 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jauh dari negeri sendiri adalah juga jauh dari keluarga besar dan teman teman dekat. Semua orang yang pernah tinggal di negeri orang walaupun mungkin sebelumnya sedikit cuek dengan negeri sendiri sedikit banyak akan mengalami sebuah kerinduan untuk pulang kampung. Sebelumnya saya tidak memahami ketika salah seorang senior yang study di Singapura mengatakan "Saat di negeri singa itu, saya menyadari kalau saya cinta Indonesia".  Sampai kemudian saya dan suami berkesempatan study di Filipin, memboyong anak yang  kala itu berusia sekitar 3 tahun. Akhirnya saya mengakui apa yang senior saya bilang tersebut, bukan hanya sedikit rasa rindu akan negeri tercinta tapi rindunya sampai ke ubun ubun..berhubung selama disana gak pernah pulang.

Jauh dari negeri sendiri juga adalah kesempatan untuk membuka mata lebih lebar tentang apa arti berNegara dan berBangsa. Saya lahir dan besar di Indonesia, tapi tidak pernah menganggap penting untuk berfoto di samping patung burung garuda atau berdiri disamping tiang bendera yang Merah Putih-nya berkibar. Tapi momen berfoto dengan latar burung garuda itu sangat berharga saat tinggal di negeri orang, yang orang Minang bilang "Bukan kampuang ambo".

Apa yang mempersatukan?

Kami tinggal jauh dari kota metropolitan di Filipin, kami tinggal satu jam dari kota semegah Jakarta. Kota kami tinggal lebih cenderung disebut sebagai kota pelajar, yang harus menempuh jarak sekitar 1 jam dengan menumpang MRT dan Jeepney (angkutan kota). Di sana jarang ada orang Indonesia, kecuali mahasiswa Indonesia yang kebetulan study di kampus yang sama, selain itu hampir tidak pernah kami berpapasan dengan orang lain yang berbahasa Indonesia.

Tapi ada satu momen yang sangat ditunggu tunggu, yang hanya ada 1x setahun..di bulan Agustus, maka orang Indonesia yang tinggal di sekitaran Metro Manila akan berkumpul bersama. Kita pasti tahu momen apa yang saya maksudkan..iya..17 Agustusan. Tapi seringnya 17 Agustus itu tidak jatuh pada hari minggu, dan kita pun tidak perduli, yang penting kumpul semua..biasanya KBRI Manila memilih hari Minggu agar semua bisa datang, mundur atau maju dari tanggal 17, tapi bagi kita tidak masalah..yang penting  hari itu adalah momen semua warga Indonesia akan berkumpul.

Apa yang saya senangi di momen 17an:

1. Kita bebas ber bahasa Indonesia

Mungkin bagi  orang yang tidak pernah tinggal di negeri orang tidak tahu betapa nikmatnya bisa berbahasa Indonesia dengan bebas, tanpa mikir ba bi bu.

Saya memiliki seorang teman yang menceritakan betapa stressnya dia ketika dalam beberapa bulan pertama  tidak berbicara dalam bahasa Indoensia. Saya geli mendengar ceritanya, ketika dia meminta dengan sangat agar Pastor bersedia datang mengunjungi dia, bukan untuk mengkotbahinya, tapi agar ada temannya bicara dalam bahasa Indonesia.   Begitu bapak itu pulang dari rumahnya, dia merasakan kelegaan dan bisa konsentrasi lagi bekerja.

2. Bertemu dengan orang Indonesia dari Barat, Timur, Utara dan Selatan.

Saya merasakan kita bisa duduk bersama, bersalaman, baik yang berbeda agama, beda warna kulit, beda bahasa suku, ataupun yang masih kagok ber-bahasa Inggris, yang penting bisa berbahasa Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun