Mohon tunggu...
Fitri Manalu
Fitri Manalu Mohon Tunggu... Lainnya - Best Fiction (2016)

#catatankecil

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Dari Panel Solar hingga Selai Mangga

6 April 2014   14:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:00 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_330278" align="aligncenter" width="550" caption="Panel Solar (fitmanalu.dok)"][/caption]

Pekan Raya Sumatera Utara ke-43 tahun 2014 masih berlangsung hingga hari ini. Ada satu hal yang menarik ketika melihat antusiasme sekelompok pengunjung di halaman paviliun Kabupaten Samosir beberapa waktu lalu. Setelah melihat lebih dekat, ternyata ketertarikan mereka disebabkan oleh demo penggunaan sekeping alat yang bernama panel solar.

Adalah Thomas Heinle, pria berdarah Jerman yang selama dua tahun ini menggunakan dan mengenalkan penggunaan alat penyedia listrik ramah kepada masyarakat di sekitarnya. Pria yang menikahi perempuan Batak bernama Ratnauli Gultom ini berdomisili di Silimalombu, Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir-Sumatera Utara. Menurutnya, penggunaan alat ini sendiri awalnya dipicu oleh keprihatinan seringnya terjadi pemadaman listrik di daerahnya. Alih-alih memilih menggunakan genset yang boros bahan bakar, ia mencoba menggunakan panel solar yang lebih ramah lingkungan

[caption id="attachment_330280" align="aligncenter" width="350" caption="Thomas, Ratnauli, & Penjaga Paviliun Samosir (fitmanalu.dok)"]

1396743458769546236
1396743458769546236
[/caption]

Menurut Thomas, memasang panel solar tidaklah rumit. Cukup meletakkan lempengan biru panel solar di daerah yang terpapar sinar matahari lalu dihubungkan ke aki 12 volt. Setelah itu barulah dihubungkan ke inverter yang sekaligus merangkap stabilizer untuk merubah arus DC menjadi AC dan menstabilkan arus yang dihasilkan. Untuk menghemat pemakaian arus, ia menyarankan sebaiknya yang digunakan adalah lampu LED. Selanjutnya, perlu diketahui bahwa satu lempengan panel solar tersebut dapat menghasilkan arus sekitar 100 watt listrik.

Memang, biaya yang digunakan untuk tenaga listrik tenaga surya ini relatif lebih mahal. Thomas yang mendatangkan langsung panel solar dari negara asalnya mengaku menghabiskan dana sekitar 4,7 juta rupiah untuk seperangkat alat ini (termasuk aki dan inverter yang dibeli dalam negeri). Tapi mengingat energi matahari yang berlebih di negeri ini dan masih banyak desa-desa di pelosok yang terisolasi, alternatif ini masih dapat menjadi salah satu pilihan yang bijak.

[caption id="attachment_330281" align="aligncenter" width="350" caption="Teh Herbal Andaliman (fitmanalu.dok)"]

13967435942138924850
13967435942138924850
[/caption]

Tidak hanya mencoba mengoptimalkan pemakaian panel solar, sepasang suami istri yang concern terhadap lingkungan hidup ini juga menciptakan inovasi lainnya. Tanaman andaliman yang semula hanya dikenal sebagai bumbu masakan, di tangan mereka daunnya berubah menjadi teh herbal yang hangat dan nikmat. Diracik dengan daun sirsak dan kayu manis, teh yang dinamakan spiced graviola herbal tea buatan mereka ini, cukup diminati pengunjung di paviliun Kabupaten Samosir tempat produk mereka dipromosikan. Selain mengenalkan manfaat tumbuhan dari daerahnya, proses pembuatan teh herbal ini ternyata juga menyerap tenaga kerja yang diharapkan berpotensi menggairahkan perekonomian masyarakat nantinya.

[caption id="attachment_330283" align="aligncenter" width="300" caption="Selai Mangga dan Durian (fitmanalu.dok)"]

1396744267954381484
1396744267954381484
[/caption]

Tak cukup hanya itu, Ratnauli Gultom rupanya jeli melihat sumber daya di sekitarnya yang kurang maksimal dimanfaatkan. Mangga Samosir yang populer karena ukurannya yang kecil dibandingkan mangga lainnya, dengan rasa yang manis dan tekstur yang berserat rupanya sering berjatuhan begitu saja di bawah pohon saat musim berbuah tiba. Daripada terbuang percuma, ibu rumah tangga ini mencoba mengolahnya menjadi selai roti dengan rasa asam manis yang khas. Ternyata kreasi olahannya mendapatkan respon yang positif. Sebagai pendamping, ia juga mengolah durian lokal menjadi selai. Sungguh upaya meningkatkan ekonomi yang harus diapresiasi.

Thomas Heinle dan istrinya memang tinggal jauh dari keramaian. Namun semangat mereka melestarikan dan memanfaatkan lingkungan hidup di sekitarnya secara ramah patut dijadikan teladan. Hingga saat ini, upaya mereka untuk terus melakukan penanaman pohon di lingkungan sekitarnya juga sewajarnya diacungi jempol. Semoga semangat pelestarian lingkungan hidup sepasang suami-istri dari Silimalombu nan sunyi itu menularkan semangat ke banyak orang. Salam lestari!

***

Samosir, 6 April ’14 (Tepian DanauMu)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun