Mohon tunggu...
firdhalif
firdhalif Mohon Tunggu... Lainnya - warga biasa

just so so

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Balada Desa Diujung Waktu

8 September 2017   10:59 Diperbarui: 8 September 2017   11:10 1065
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa waktu lalu, saya baru saja menyelesaikan KKM atau lebih akrabnya dikenal Pengabdian Masyarakat di suatu desa. Dari program ini, saya bertemu dengan berbagai macam orang yang tak dikenal (padahal se-kampus). Dan dengan banyak macam kepribadian tersebut kami membentuk tim untuk memberdayakan masyarakat suatu desa (wow). Kami datang ke desa dengan membawa program dan pastinya niat tulus ikhlas lillahi ta'ala (amiin).

Dalam tim tersebut, beranggotakan 12 macam manusia (untung ga kesebut biji) dan dari berbagai macam jurusan. Ada si "A" dari jurusan "Z" yang sifatnya blabla.. ada si "B" dari jurusan "Y" yang sukanya aiueo.. ada si "C" dari jurusan "X" yang maunya wushwush.. ada si "D" dari jurusan "W" yang pengennya abcdefghi.. ada si "E" dari jurusan "V" yang kerjaanya babibu mulu.. ada si "F" dari jurusan "U" yang tiap hari fuiih.. ada si "G" dari jurusan "T" yang berlagak tiktoktiktok.. ada si "H" dari jurusan "S" yang perangainya hzhzhz.. ada si "I" dari jurusan "R" yang bawaanya kzlkzl.. ada si "J" dari jurusan "Q" yang ahli banget wzwzwz.. ada si "K" dari jurusan "P" yang punya kebiasaan jengjeeng.. terakhir ada si "L" dari jurusan "O" yang hobinya nanananana..

Kami ditempatkan di Dusun "K" Desa "N" terletak di pinggir jalan utama Malang-Kediri. Dari keadaan ini, pada saat baru saja beberapa hari kami sampai ditempat disuguhi dengan mobil truk yang terguling di depan rumah warga yang di pinggir jalan raya. Kecelakaan tunggal tersebut, terjadi pada dini hari dan disebabkan oleh supir yang mengantuk. Untungnya kecelakan tersebut tidak menjatuhkan korban, hanya truk yang terbalik dan ringsek. Warga desa bergotong royong menaikkan truk tersebut.

Kami sampai di lokasi dengan persiapan membawa berbagai macam keperluan. Mulai dari tali rambut, tali sepatu, sampai tali hati (eh), dari sikat gigi, sikat baju, sampe sikat aja dia (hehe), dan semua keperluan untuk sebulan di desa orang. Alhamdulillah saya merasa bersyukur saat pertama merasakan kedamaian desa tersebut. Kami ditempatkan dengan sekeliling orang yang menerima dengan penyambutan hangat kedatangan kami.

Kesan pertama memang membekas dihati sampai detik ini, yaitu ada seorang yang membuat saya berkobar semangat. Memang, dari cara penyampaiannya sungguh melukai hati namun dengan begitu membuat kami tersentak untuk mengobarkan semangat mengabdi (saya ucapkan beribu maaf dan terimakasih untuk sambutan dihari itu). Beliau mengigatkan saya bahwa banyak sekali macam manusia yang hidup di dunia dengan berbagai maksud dan tujuanya.

Singkat cerita, pada pembukaan di masjid kami membuka forum terbuka. Dalam forum tersebut kami mengundang seluruh jajaran pengurus masjid yang kami tinggali. Dan termasuk salah seorang yang saya sebutkan sebelumnya. Diawal pembukaan hingga hampir akhir, atmosfir di ruangan masih terasa hangat dan nyaman. Namun, saat sesi forum terbuka mulai agak panas serasa ada tersedak pena yang menyangkut di tenggorokan dan tak bisa keluar (maaf agak hiperbola). Beliau menyampaikan segala aspirasinya dengan ambisi yang menggebu-gebu, sedangkan kami menunduk penuh harap ada tarikan napas yang menghela lega. Dan diakhir forumpun masih sempatnya kami berdiskusi terkait apa yag disampaikan (oh my god, begitu membekas).

Masuk dihari berikutnya kami mulai ikut dalam berbagai kegiatan warga, seperti tahlilan, kerja bakti, dan lain-lainya. Pernah kali pertama kami ikut serta kegiatan kerja bakti yang dilaksanakan di DAM atau tempat pengaliran air di sawah-sawah. Perjalanan menuju lokasi sangat jauh dan melewati sawah-sawah dengan lintasan yang kecil. Kami menuju lokasi dengan menggunakan sepeda motor dan itu membuat saya cukup takut. Ceritanya, saya dan ketiga teman saya tertinggal rombongan dan mencoba mencari jalan sendiri menuju lokasi. Otomatis kami membawa 2 sepeda motor, saya dan satu teman saya berada di depan. Sedangkan 2 teman saya dibelakang dengan mengendarai 1 motor. Saya was-was dan selalu menoleh kebelakang untuk memastikan teman saya aman. Di saat kami sudah dekat dengan lokasi, tiba-tiba kedua teman saya yang dibelakang menghilang. Kemudian, saya berhenti dan melihat dengan seksama.. eh ternyata mereka sudah berbaring di sawah dan tertawa lepas (nyungsep disawah ceritanya). Sontak saya berlari dan membantu menaikkan motor yang dikendarai (sambil ketawa ngakak ber-empat). Itu kejadian tak terduga membuat saya tertawa sampai sekarang sambil menulis ini.

Hari demi hari kami habiskan dengan berbagai macam agenda dan kegiatan. Termasuk evaluasi tiap malam yang diakhiri dengan main uno atau nonton film horor sampai pagi. Apalagi rutinitas khataman film drama thailand yang pemainnya super ganteng yang tak terlupakan. Senam prolanis yang membuat ibu-ibu bahagia dan maunya diulang-ulang terus (itu siasat yang digunakan cewek-cewek kelompok saya untuk diet cepat, hehe). Mengajari anak-anak di rumah tiap habis maghrib yang mereka dengan semangatnya sedangkan kami mulai lelah. Latihan banjari persiapan untuk kegiatan warga dengan semangat penuh. Agenda ngajar di TPQ yang anak-anaknya super duper hiperaktif (sampek tiap hari mesti ada yang nangis). Bercerita tentang apapun dengan boneka tangan di sela-sela mengajar di PAUD yang anak-anaknya masih imut imut. Sampek mendengarkan ceramah tokoh desa hingga kaki kesemutan dan berakhir pamit mau adzan maghrib.

Di akhir perjalanan mengabdi sebulan, kami mengadakan beberapa lomba yang diikuti anak-anak sekitar. Ada beberapa lomba yang kami adakan dalam 3 hari di masjid. Saya melihat antusias anak-anak yang tak hanya depanya saja. Mereka terlihat semangat walau banyak sekali yang belum mereka bisa dan membuat kami ingin lebih lama mengajarkan berbagai hal kepada mereka (unch unch). Dan dipuncak perlombaan kami adakan forum resmi penutupan dan mengundang warga sekitar. Disitulah puncak rasa ingin tinggal lebih lama dihati kecil saya. Warga kami lihatkan video pendek yang menceritakan banyak hal yang kami lakukan sebulan di desa mereka. Dalam pemutaran video, saya perhatikan dengan seksama wajah-wajah berseri warga sekitar. Dari mulai yang anak-anak hingga bapak-bapak lansia. Mereka menunjukkan guratan bahagia dengan senyum ikhlasnya yang membuat saya mulai meneteskan air mata. (maaf, hanya sedikit yang bisa kami berikan). Namun, melihat senyum mereka membuat kami bahagia berhasil memberikan senyum dan guratan lega di hati mereka. (terimakasih, untuk segalanya).

Untuk itu kami mengucapkan beribu maaf dan terima kasih kepada :

  • Bapak takmir masjid beserta keluarga yang telah mau kami repoti dalam sebulan.
  • Bapak pembimbing yang telah memberikan pengarahan pada kami.
  • Bapak kepala dusun yang telah mengizinkan kami berada disana selama sebulan.
  • Pengajar PAUD yang telah mengizinkan kami ikut serta mengajar.
  • Pengajar TPQ yang telah mempersilahkan kami membina adik-adik.
  • Karang taruna yang telah mau bekerjasama dengan kami.
  • Dan semua pihak terkait yang tak dapat kami sebutkan satu-persatu.

Banyak sekali kenangan yang membekas dihati. Mulai dari sesuatu yang menjengkelkan, mengharukan, menyenangkan, menyedihkan, hingga tersakiti. Jika saya ceritakan maka tidak akan cukup hanya sebatas tulisan ini. Sekali lagi saya akan dengan senang hati menyimpan kenangan ini. Beribu maaf atas banyak yang kami curangi. Terimakasih untuk mau memberi warna-warni di hidup ini. Sampai jumpa di lain hari.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun