Ada yang menarik dari perhelatan partai puncak laga final antara Indonesia dan Vietnam piala AFF U19 yang disiarkan secara langsung oleh MNCTV. Hal tersebut adalah komentator bola yang dianggap lucu bahkan tidak sedikit yang menudingnya tidak professional. Pasalnya kata-kata "jebret" berulang kali diucapkan Velentino Simanjuntak, komentator bola, ketika punggawa timnas Indonesia berusaha merobek gawang lawan.
Keriuhan "jebret" memang sudah terasa di babak awal di linimasa sosial media. Bahkan beberapa teman kompasiana yang berteman di facebook pun mengatakan hal berbeda dalam menanggapi ulah sang komentator bola.
Ukuran prefessional bagi anggapan sebagian orang mungkin agak berbeda dengan yang lainnya. Boleh dikatakan bahwa komentator bola kita dianggap sedikit kampungan dengan membawa kata-kata "jebret" menurut mereka yang merasa terganggu.
Apa yang terjadi sesungguhnya hanyalah sang komentator membuat konsentrasi penonton sedikit buyar dengan komentar-komentarnya yang melawan pakem yang ada. Komentator bola pada umumnya lebih tenang dan sedikit heboh ketika pemain mendekati gawang. Umumnya komentator bola pun mengulas sedikit profile masing-masing pemain dari kedua belah pemain. Terkadang dibumbui dengan sedikit informasi sejarah prestasi kedua belah tim bola.
Nah, hal tersebut ternyata minim sekali didengar oleh para penonton fans timnas garuda muda. Ini yang kedua kalinya komentator bola menjadi perbincangan hangat di media sosial.
Bagi saya tidak ada masalah jika sang komentator membumbui pertandingan dengan gaya khasnya. Justru menjadi komentator bola harus memiliki keunikan. Nah, inilah keunikan Valentino yang nyeleneh dengan kata-kata jebretnya.
Saya masih ingat betul kata-kata "serangan sporadis", "determinasi tinggi", dan kata-kata lainnya saat menonton pertandingan sepak bola melalui layar kaca. Justru disinilah tugas komentator bola menjadikan pertandingan di layar kaca menjadi lebih hidup dan menarik.
Jadi, tidak ada masalah jikapun komentator bola memiliki kreatifitas dalam mengomentari jalannya pertandingan. Memang benar komentator bola berbeda ketika lmdi layar kaca dan di radio. Namun, sekali lagi itulah keunikan masing-masing.
Jika dirunut ada almarhum Ricky Jo dan Darius Sinatria yang dianggap cukup mumpuni sebagai komentator bola. Namun, inilah bukti keragaman Indonesia. Toh ternyata kemenangan Indonesia mengangkat kata "jebret" menjadi semakin dikenal di dumay.
Salam Jebret
@DzulfikarAlala