Aksi pelemparan benda-benda yang tidak berbahaya sebetulnya lumrah terjadi pada seorang pemimpin yang kebijakannya ditentang oleh rakyat. Contoh seperti mantan Presiden AS George Bush yang pernah dilempar sepatu atau baru-baru ini Senator Fraser Anning dari Australia yang dilempar telur oleh seorang remaja.
Aksi tersebut ternyata terjadi juga di Indonesia. Korbannya memang bukan seorang presiden ataupun anggota DPR, melainkan seorang calon wakil presiden dari paslon nomor urut 02 yaitu Sandiaga Uno.
Aksi pelemparan terhadap Sandiaga dilakukan saat ia tengah akan berorasi di GBK pada kampanye akbar 7 April silam. Sandiaga bukan dilempar sepatu ataupun telur tetapi dilempar dengan sebuah botol plastik air mineral.
Mari kita telaah benda yang dijadikan senjata. Untuk Presiden sekelas negara adidaya seperti Amerika, amat wajar jika benda yang digunakan adalah sebuah sepatu. Keras dan mudah untuk diarahkan, efeknya telak jika tepat sasaran.
Jika terkena lemparan sepatu, minimal sempoyongan meski tak mematikan. Beda dengan lemparan telur. Aksi yang dilakukan egg boy kepada senator Fraser Anning dengan melempar telur menjadi sebuah simbol untuk mempermalukan.
Efek dilempar telur memang tidak akan lebih sakit jika dibandingkan dengan dilempar dengan sepatu, tapi efeknya atau rasa malunya justru lebih besar dibandingkan dengan dilempar sepatu. Karena noda telur akan menempel di bagian tubuh yang terkena belum lagi cipratannya yang akan mengenai pakaian dengan bau amis yang khas.
Beruntung Anning tidak dilempar menggunakan telur busuk. Jika telur yang digunakan adalah telur busuk, Anning bisa malu bukan kepalang. Karena telur busuk adalah sebuah bentuk penghinaan yang paling dalam.
Aksi pelemparan botol plastik kepada Sandiaga sebetulnya juga termasuk mengejutkan dan tidak bakal ada yang menduga. Karena Sandi berada di tengah-tengah pendukungnya.
Meski bisa saja ada dugaan penyusup yang tidak suka dengan Sandiaga hingga melakukan aksi pelemparan botol plastik. Sayangnya pelakunya tidak tertangkap. Mungkin jika tertangkap justru malah bisa dipolitisasi oleh kubu 02. Playing victims dan mengarang bebas cerita-cerita tentang sosok-sosok yang selama ini sering disebut Sandi saat debat.
Terlepas dari itu, botol plastik tetaplah sebuah simbol untuk mempermalukan korban. Efek sakitnya mungkin tak seberapa, bahkan lebih empuk dibandingkan sepatu dan lebih bersih dibandingkan dengan telur.
Namun, yang perlu dipahami adalah motif dibalik aksi pelemparan tersebut. Dugaan-dugaan bisa saja muncul, tetapi yang jelas pasti ada kekecewaan terhadap Sandiaga Uno sebagai cawapres. Bisa saja karena kecewa dengan OKE OCE yang gagal dilaksanakan di Jakarta.