Mohon tunggu...
F. Norman
F. Norman Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Pemerhati Sosial dan Politik Amatiran....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

SBY “Bertanggung Jawab” Atas Meninggalnya Menkes Endang Rahayu

7 Mei 2012   02:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:37 2341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak terasa telah 5 hari berlalu wafatnya Almarhumah Mantan Menkes Endang Rahayu Sedyaningsih pada hari Rabu (2/5) minggu yang lalu, secara umum Pers memberitakan secara positif sepak terjang Menkes selama ia menjabat menjadi Menteri di Kabinet Indonesia Jilid II.

Dari berbagai kalangan yang dimintai tanggapan oleh media, rata-rata memberikan apresiasi yang tinggi terhadap sikap/kepribadian serta kepemimpinan dr. Endang selama ini. Mulai dari koleganya di Kabinet, Politisi DPR, LSM sampai anak buahnya di Kemenkes, semua merasa kehilangan sosok wanita yang tangguh ini.

Dari sekian wawancara dan artikel yang penulis ikuti sejak kontroversi pengangkatan beliau diangkat jadi Menteri hingga wafat, penulis menyimpulkan Presiden secara tidak langsung “bertanggung jawab” atas kematian dr.Endang oleh kanker paru. Setidaknya Presiden tidak memberikan almarhumah waktu yang cukup untuk berobat secara intensif untuk penyembuhan penyakit akutnya.

Saya begitu terkejut saat mendengarkan wawancara Sindo Radio dengan Menteri Pemberdayaan Perempuan Linda Agum Gumelar pada pagi hari saat Almarhumah di makamkan. Menteri Linda secara gamblang menyebutkan bahwa saat pertama kali didiagnosa terkena kanker paru sekitar medio Oktober 2010, saat itu penyakit almarhumah telah mencapai Stadium 3!

Dari berbagai sumber yang saya telaah, untuk penyakit seperti kanker paru, stadium 3 ini sudah terbilang sudah dalam tahap yang kritis. Dengan terkena kanker paru stadium 3 dan 4, persentase sembuh penderita (survival) sangatlah kecil dibandingkan jika terkena kanker jenis yang lain. Jikalau penderita bertahan, rata-rata mereka yang terkena kanker paru di stadium 3 dan 4 hanya sanggup bertahan hidup sekitar 9 bulan saja.

Intinya disini adalah mengapa Presiden SBY yang tinggi intelektualitasnya dan mempunyai Tim Dokter Kepresidenan lengkap, “tega” mempekerjakan seorang penderita kanker paru yang divonis stadium 3 dan masih menjabat Menkes RI hingga 18 bulan lamanya?? Inilah pertanyaan yang mengusik penulis hingga sekarang.

SBY sepatutnya memberhentikan atau setidaknya men-nonaktifkan sementara Almarhumah dari jabatannya, untuk memberikan beliau kesempatan berobat secara intensif melawan penyakitnya. Tentu saja pemerintah menanggung biaya beliau berobat baik jika diberhentikan atau hanya di non-aktifkan saja.

Saya teringat dengan non-aktifnya sementara Lee Hsien Long (anak pendiri Singapura Lee Kuan Yew yang sekarang menjadi PM Singapura) dari jabatan Menteri Perdagangan pada medio 1992 lalu, saat itu Lee muda mundur sementara karena terserang penyakit kanker getah bening dan dirawat secara intensif oleh selama setahun oleh dokter ahli dari Singapura dan Cina. Lee muda akhirnya berhasil menjalani pengobatan dan sembuh total, sekarang ia telah menjadi PM Singapura sejak beberapa tahun lalu sejak menerima estafet kepemimpinan dari Goh Chok Tong (PM yang menggantikan Lee senior dahulu).

Seharusnya langkah ini yang seharusnya ditempuh oleh SBY, bukannya tetap membebankan dr.Endang menjabat Menkes dengan segudang kesibukan dan tanggung-jawabnya. Malah dihari pemakaman Almarhumah, SBY dengan bangga menceritakan ketika almarhumah mendampinginya melakukan Safari Ramadhan 2011 ke berbagai tempat di Pulau Jawa, dr.Endang tetap mendampingi ia menyapa rakyat selama berhari-hari tanpa jeda.

"Wujud dari tanggung jawabnya yang tinggi tetap ditunjukkan almarhumah hingga menjelang akhir hayatnya. Meskipun satu tahun terakhir ini almarhumah telah berjuang untuk mengatasi penyakitnya, namun sama sekali tidak mengurangi semangat, ketekunan, dan kerja kerasnya, termasuk melakukan kunjungan ke daerah-daerah dan bertemu rakyat," kata Presiden (Kompas.Com,3/5/12)

[caption id="attachment_179755" align="aligncenter" width="565" caption="SBY Saat Pemakaman (Dok:TribunNews)"]

1336356285103818230
1336356285103818230
[/caption] Terbetik dari sebuah sumber, Almarhumah sebenarnya telah mengajukan pengunduran diri sebelumnya, pengajuan pengunduran diri saat Presiden menjenguknya di RSCM adalah kali keduanya. Jika itu yang terjadi mengapa Presiden tetap mempertahankannya?

Ada beberapa analisa penulis mengapa SBY tetap mempertahankan dr.Endang sebagai Menkes sejak terdiagnosa terkena kanker paru (oktober 2010) hingga akhir hidupnya:

1.Presiden sepertinya gamang memberhentikan Menkes Endang, sebab ia merasa malu hati menolak kandidat pertama Menkes saat itu Nila Djuwita Moeloek dengan alasan tidak resmi saat itu akibat gagal di tes kesehatan. Ketika itu pemberitaan siapa mengisi jabatan Menkes memenuhi headline pemberitaan media-media di Indonesia berikut kontroversinya. Pertama Pers menduga kuat dr.Nila akan menjadi Menkes berikutnya sebab ialah yang dipanggil ke Cikeas pertama kalinya  dan mengikuti tes kesehatan waktu itu. Tetapi pada menit-menit terakhit dr.Endang yang mengisi pos Menkes di kabinet. Tercatat hanya dr.Nila seorang yang dipanggil SBY ke Cikeas tetapi gagal menjadi Menteri di Kabinet.

2.Tahun 2010 tercatat merupakan tahun hura-hara politik yang besar saat itu, dimana isu Bank Century merupakan isu paling liar bagi Presiden dan Partai Demokrat. Selain itu pengangkatan dr.Endang sangatlah kontroversi saat itu, mungkin SBY gamang jika memberhentikan dr.Endang akan menambah amunisi oposisi menggempur kedudukan politiknya yang lemah saat itu.

Apapun alasannya, adalah tidak bijaksananya seorang Presiden seperti SBY tidak memberikan kesempatan berobat bagi dr.Endang secara intensif, SBY tercatat hanya memberikan paruh waktu bagi dr.Endang dan mengangkat seorang Wamen untuk membantunya. Padahal Wamen bukanlah anggota kabinet dan mempunyai wewenang yang terbatas, jadi tetap saja urusan-urusan strategis diambil oleh Menterinya.

Memang sejarah mencatat, dr.Endang bukanlah seorang penderita kanker yang cengeng, tetapi beliau selalu tetap tegar dan berfikiran positif atas penyakitnya tersebut. Tapi adalah baiknya Presiden memberikan dr.Endang berobat untuk kesehatan pribadinya tanpa memikirkan tanggungjawabnya sebagai Menteri Kesehatan. Walaupun sekecil apapun peluang untuk sembuh dari kanker paru stadium 3, tetapi dr.Endang berhak dan layak dirawat dengan maksimal, terutama di bulan-bulan pertama ia di diagnosa.

Sekarang nasi sudah jadi bubur….

Semoga ketabahan dan ketegarannya menghadapi penyakit sambil tetap menyelesaikan tugas mulianya sebagai Menkes mengantarkannya ke tempat yang terbaik di sisi Allah dan diterima amal ibadahnya serta diampunkan semua dosanya.

Amien…………………………

Artikel Lain:

Ibu Menkeu “Dijebak” 3 Pria

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun