Mohon tunggu...
Mas Parid
Mas Parid Mohon Tunggu... -

Besar di desa. Bekerja di Selatan Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Air Mata Surga: Bukan Film Drama Keluarga Biasa

7 Oktober 2015   11:54 Diperbarui: 7 Oktober 2015   14:06 928
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

“Ya, Allah … untuk inikah aku membangun rumah tanggaku? Setelah Kau angkat calon bayi dari rahimku? Setelah Kau buat dua kali aku keguguran? Setelah kujaga terus cinta dan sayangku kepada suamiku? Setelah Kau beri aku kesakitan dengan penyakit ini? Setelah Kau ambil ayahku? O inikah tujuan-Mu sesungguhnya, ya Rabb?”

 

Dalam jangka satu pekan lagi, sebuah film drama keluarga (bukan religi) berjudul AIR MATA SURGA : Memoar Seorang Perempuan yang Menggenggam Cinta Hingga Akhir Hayat akan dirilis dan diputar secara serentak di seluruh bioskop Indonesia, tepatnya 22 Oktober 20015. Film ini dibintangi oleh aktor dan aktris papan atas Indonesia. Sebut saja: Dewi Sandra sebagai Fisha, Richar Kevin sebagai Fikri, Morgan Oey sebagai Hamzah, Adhitya Putri sebagai Weni, Andania Suri sebagai Dian, dan lain-lain. Film ini diproduksi oleh 7 Bintang Sinema dengan sutradara Hestu Saputra. Diangkat dari novel megabestseller AIR MATA TUHAN, anggitan Aguk Irawan MN.

Menyaksikan film AIR MATA SURGA adalah mendaras soal cinta dan kesabaran. Dua kunci elementer mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa menurut para sufi. Membaca bab per bab buku ini, kita akan jumpai butiran-butiran hikmah Al Ghazali, Rumi dan Abu Hasan As Sadzili terselip di setiap dialog tokohnya. Film ini bakal sarat pesan moral, semacam suguhan  “chicken soup pernikahan”. Sebuah pernikahan laiknya ikatan yang paling suci, karena perjanjiannya tidak saja bersumpah atas nama Tuhan, tapi juga oleh kedua hati yang sama-sama mengikrarkan cinta. Film ini memberikan pelajaran kedua hal itu dengan cara yang begitu indah. Episode tangis, kisah mengharu biru mewarnai setiap bab novel ini. Kalau Anda tidak sendu sedu sedan, berarti ‘ada masalah’ dengan saraf tangis Anda...heuheu.

Membaca Sosok Fisha (tokoh utama dalam film AIR MATA SURGA)...

Fisha (Dewi Sandra) laiknya Dewi Shinta, perempuan dan istri setia, pengamal suci trilaksita (setia ucapan, pikiran dan hatinya). Ia laksana Dewi Drupadi, cantik jelita, luhur budi, bijaksana, sabar dan berbakti dan taat kepada suaminya, Fikri. Fisha adalah potret istri saleha, bukan perempuan plastik dan manekin. Tangis dan senyumnya selalu alamiah, tidak dibuat-buat, tidak politis. Aku membayangkan sosok Fisha Agustina adalah perempuan yang senantiasa tersenyum karena menahan tangis dalam batinnya...Sungguh indah namun mengharukan!

Fisha...

Wanita spiritual masa kini yang mampu berperan sesuai dengan fungsi keberadaannya di dunia ini. Dia berperan sebagai seorang hamba Tuhan yang baik. Serta berperan sebagai bagian dari masyarakat dengan baik pula. Seorang wanita yang tidak pernah meninggalkan dunia keshalehannya, saat dia harus mengambil peran dalam sebuah pergerakan dalam membangun ummat. Dia mencicil setiap kewajibannya dengan ikhtiar terbaik agar mendapatkan hasil yang maksimal, tanpa harus ada yang di korbankan dalam hidupnya.

Fisha dan suaminya, Fikri, selalu bersatu dalam tawa dan tangis. “Fisha, bagaimana dapat kita satukan tawa sebelum kamu adalah bagian yang sah dari tangisku”. Dalam tawa masing-masing terkandung airmata yang paling bening. Fisha selalu mengamalkan Qaul dalam hadis: “Maukah kalian aku beritahu tentang istri-istri kalian di dalam surga?” Mereka menjawab: “Tentu saja wahai Rasulullaah!” Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Wanita yang penyayang lagi subur. Apabila ia marah, atau diperlakukan buruk atau suaminya marah kepadanya, ia berkata: “Ini tanganku di atas tanganmu, mataku tidak akan bisa terpejam hingga engkau ridha.” (HR. Ath Thabarani).

Di tahun-tahun awal pernikahan Fikri dan Fisha adem ayem, tenang, stabil. Mereka benar-benar pasangan yang berprinsip separuh aku, dirimu, serapuh aku, tanpamu. Setelah usia pernikahan menginjak lima tahun, badai rumah tangga menerpa. Air mata melereng di pipi fisha. Fisha tak kunjung dianugerahi keturunan. Kanker mulut rahim stadium 3 menjangkitinya. Rasa kesakitan karena kanker rahim yang di derita Fisha semakin teruk, jiwanya terkapar dalam ketidakberdayaan. Dengan tangan gemetar, ia usap air matanya dengan ujung jarinya. Ia tak menyangka bahwa hinaan dan kebencian itu akan menghadapkannya pada pilihan yang sangat tidak ia bayangkan: bercerai atau dimadu?

Episode kesedihan, perundungan, tangis dan siksaan batin par excellence menerpa hidupnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun