Mohon tunggu...
Farid Nugroho
Farid Nugroho Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger

www.faridnugroho.my.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Membangun Keluarga, Membangun Negara

6 Agustus 2015   20:47 Diperbarui: 6 Agustus 2015   20:47 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Berbicara tentang "membangun keluarga, membangun negara" bukan sebatas bagaimana program keluarga berencana berbicara mengenai kelahiran. berbicara mengenai keluarga dan negara, hasilnya juga tidak akan seketika itu pula dapat kita lihat. membicarakan hal ini adalah membicarakan masa depan. kita berbicara pada masa pemerintahan Pak Jokowi, tetapi entah siapa Presiden Indonesia nanti yang akan menuainya.

Kita sering mengeluh jalanan yang macet, tetapi di sisi lain kita juga ikut menyesaki jalan itu. kita ikut membuat jalanan lebih semrawut. kita marah ketika ada yang menerobos lampu merah, tetapi kita juga ketika ada kesempatan juga menerobosnya. dan bisa jadi dan sangat mungkin itu bawaan dari rumah.

Kita ambil beberapa contoh mengenai hubungan antara kehidupan keluarga dan negara. Beberapa waktu terakhir kita disibukkan dengan berita tentang penghinaan terhadap presiden. bagi kita yang suka menghina presiden, baik yang ada di sosial media atau yang hanya mulut ke mulut, coba kita melihat ke belakang bagaimana hubungan kita dengan orang tua.

Tanpa mengecilkan suku lain atau meninggikan suku saya karena berasal dari jawa, di jawa sangat tidak sopan memanggil orang tua terlebih kedua orang tuak kita dengan panggilan nama. di beberapa film barat, sepertinya hal tersebut di sana juga tidak sopan. ketika itu benar-benar diajarkan di lingkungan keluarga, kita akan terbiasa ketika menyebut pejabat juga dengan panggilan pak/bu, tidak langsung menyebut nama.

Contoh lain, ketika di rumah kita terbiasa untuk mengalah, di jalanan pun demikian. ketika kita bertengkar dengan saudara kita, tidak ada salahnya kita untuk mengalah. "Mengalah bukan berarti kalah" tidak ada artinya jika di rumah tidak dibiasakan. hal ini nantinya akan terbawa ke dunia luar ketika berkendara. ketika semua ingin cepat, di persimpangan yang terjadi justru penumpukan kendaraan. tetapi ketika ada yang mau mengalah, masing-masing justru mendapatkan jalan dan justru perjalanan menjadi lancar.

Banyak hal yang harus dibudayakan di negeri ini. budaya yang katanya kian meredup satu-satunya cara adalah memulai di tingkt keluarga. katanya semangat gotong royong kian hilang tetapi di rumah jarang berbicara antara anak dan orang tua. bagaimana bisa gotong royong jika berbicara saja tidak pernah. dan apakah pejabat yang mengeluhkan hal ini juga jarang berbicara dengan anaknya?

Sekali lagi, membangun keluarga untuk membangun negara bukan "proyek" jangka pendek. ini juga harus dilakukan oleh semua masyarakat. saling menghormati antara sesama anggota keluarga yang kemudian terbawa pada antar keluarga dan lama kelamaan saling menghormati sesama warga negara. dan kita sama-sama berharap presiden mendatang yang menuai adalah manusia Indonesia yang merupakan hasil pembinaan keluarga yang baik didukung oleh masyarakat yang keluarganya baik-baik pula.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun