Mohon tunggu...
Fajar Muhammad Hasan
Fajar Muhammad Hasan Mohon Tunggu... profesional -

Petualang yang mencari kebenaran\r\n*twitter @fajarmhasan\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Akhir dari Kudeta Mesir

9 Juli 2013   18:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:47 1185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika kadet-kadet militer dan polisi, ditambah dengan tentara dan tahanan. Serta para penduduk yang ‘dosa’ nya tercatat di mendagri. Ditambah dengan beberapa orang yang bisa dihasut dengn dalih untuk kedamaian dan menghindari bentrokan. Memang sebagian kadet2 dan militer itu diarahkan untuk memuat rusuh dan keonaran. Pembunuhan dan perusakan. Tapi semua kerusakan dan pembunuhan itu dialamatkan ke IM. Tanpa sebuah cek dan analisis, banyak juga masyarakat Mesir yang ikut. Sekuler-Liberalis berkoalisi dengan fasis militer berhasil membujuk islamis Salafy.

Maka mereka berontak, dan dengan dalih menyelamatkan rakyat Mesir, jutaan orang turun kejalan. Ke medan Tahrir, tempat dimana mereka pada 25 januari lalu berhasil menumbangkan Mobarak. Lain Mobarak lain Mursi. Mobarak berkuasa dengan tumpuan militer dan media yang dibawah komando dan intimidasinya.

Mungkin para demonstran itu lupa, bahwa yang ditumbangkan sekarang bukanlah dictator seperti dulu mereka menumbangkan dictator. Ketika rasa déjà vu itu muncul, maka wajar mereka mati-matian membela ‘pro-rakyat’ dan pemerintah harus ditumbangkan. Militer pandai memainkan isu ini. Bahkan Salafy pun ditawari jabatan yang menarik, asal mau mendukung. Dengan memberi motivasi menyelamatkan rakyat mesir dan konsesi kekuasaan sebagai ladang untuk mengbdi. Jadilah persekongkolan itu.

Padahal para demonstran yang tertipu itu lupa, bahwa yang mereka dukung saat itu adalah yang mereka tumbangkan pada 25 januari. Dan yang akan ditumbangkan adalah pahlawan yang bersama mereka berjuang pada 25 januari.

Sifat militer yang represif akhirnya memunculkan watak aslinya. Setelah mengumumkan Presidenditahan,buru-buru mereka membredel koran dan Televisi yang tidak menurut perintahnya. Ketika Media ramai2 ditutup itulah yang membelalakkan mata2 rakyat mesir. Kenangan lama, pada tahun yang belum lama berselang. Pembantaian dan penyiksaan, pemenjaraan dan pemasungan kebebasan, pembredelan dan pembatasan hak suara menjadi menu sehari-hari.Mereka sudah bosan ditindas rezim represif Mobarak dan militer. Mereka bisa membandingkan kebebasan selama setahun terakhir ini tidak akan terbeli dengan apapun.

Penutupan media memang mengandung resiko, sebagaiama membiarkan media juga beresiko. Seringkali masyarakat tidak berpikir panjang terhadap demokrasi. Jika tidak ditutup maka akan terungkap fakta dibalik peristiwa. Tetapi jika ditutup maka kesan represif akan terlihat. Karena, mengapa membredel wartawan jika yakin benar dan menang ?

Dan akhirnya terjadilah yang terjadi. Media2 sosial menjadi pilihan alternatif jika media mainstream mempunyai sikap membela kejahatan. Pemberondongan orang yang demonstrasi damai, menyusupkan intel untuk membuat rusuh dan kekacauan bahkan pembunuhan. Menyandera Presiden dan para pemimpin yang tidak sepakat ide dengannya.

Rakyat mesir tidak buta, mereka bersama-sama menyaksikan dengan mata kepala sendiri, semua kejahatan rezim mobarak dan antek2nya. Hasilnya spektakuler, 45 juta turun kejalan2. Itu hampir 80% dari rakyat mesir yang punya hak suara. Mereka membela hak presiden mereka.

Ketika demokrasi ditumbangkan tirani militer represif, rakyatlah yang membela dengan turun jalannya hampir semua orang mesir.Tapi siapakah yang meliput jika wartawan tidak mau memuat ? apakah harga diri wartwan itu hanya sekualitas kondom ? dengan mudahnya memuat atau tidak memuat berdasarkan kepentingan

Orang-orang Sekuler dan Sepilis yang menjadi komprador Amerika itu hampir putus asa ketika rakyat mengepung dan mengungkapkan pendapatnya. 51 orang baru saja dibunuh dengan berondongan peluru. 27 prajurit yang enggan menurut perintah pembantaian pun dieksekusi. 10 perwira tinggi dikandangkan karena lebih membela rakyat.

Menlu Amerika dan Dubes AS di Mesir sampai membujuk2 agar Mursi mundur, bahkan mengancam. Tapi Mursi tidak bergeming. Ada juga jendral yang disuruh melobbi agar Mursi mundur. Tapi jawaban Mursi luarbiasa. Tembak dan bunuh saya. Kalau anda menginginkan saya mundur, itu hanya mimpi. Jika seseorang mendapat mandat dari rakyat untuk memimpin mereka, maka yang berhak memundurkan adalah rakyat bukan begundal2 yang haus kekuasaan dan pembantai yang haus darah.

Bagaimana kesudahan drama yang disutradarai Amerika ini ? marilah kita lihat kekuatan yang anti Mursi :

1.Militer termasuk kadet2

2.Polisi termasuk kadet2

3.Preman-preman yang punya catatan hitam di Depdagri, mereka diancam akan dipenjara jika tidak mau demonstrasi. Mereka adalah orang2 yang tidak punya pilihan.

4.Katolik Koptik yang terpengaruh dengan isu Islamisasi mesir akan menggusur eksistensi mereka. Untuk mempengaruhi mereka, tidak segan2 militer berpakaian sipil menciptakan kerusuhan dengan memenggal kepala pendeta dan menyerbu gereja. Justru IM yang melindungi gereja2 itu.

5.Al Azhar

6.Salafi yang dibujuk akan diberi kekuasaan menggantikan Mursi dan agar tidak terjadi pertumpahan darah.

7.Sekuler Liberal

8.Pro Mubarak

9.Sipil yang terpengaruh propaganda

Kekuatan intinya hanyalah di Pro Mubarak dan Militer+Polisi. Unsur2 lain itu hanyalah sebagai pendukung. Tetapi daftar diatas hanyalah saat menjelang detik2 kudeta. Situasi sekarang jauh berbeda. Diantara 45 juta demonstran yang membanjiri seluruh jalanan Mesir ada pendukung lama yaitu IM dan beberapa organisasi Islam serta rakyat yang pro demokrasi. Kini bertambah lagi. Al Azhar mengutuk keras kudeta dan tidak mau bergabung dengan pro Kudeta. Salafi sudah mundur lebih dahulu karena janji untuk menghentikan korban justru militer dan polisi menimbulkan korban baru. Memberondong orang yang shalat shubuh dengan peluru tajam.

Hasilnya seperti sudah disinggung diatas:

51 orang tewas terkena peluru tajam

Ratusan orang luka parah dan ringan

27 prajurit dieksekusi karena masih punya naluri kemanusiaan untuk tidak menembak rakyat sendiri

10 perwira tinggi dikandangkan karena tidak mau meletakkan akal sehatnya berubah jadi robot pembunuh.

Hal itu meninggalkan perpecahan dikalangan militer. Para perwira muda banyak yang mulai membuat counter kudeta secara diam, dan ini sesuai ramalan saya di tulisan sebelumnya.

Orang2 sipil yang terpengaruh propaganda juga banyak yang mulai sadar. Kini Tahrir yang memang dijaga ketat oleh militer untuk melindungi kepentingan mereka sudah menyusut tajam. Hanya tinggal puluhan ribu. Sebaliknya di sentra2 demo pro Mursi makin membludak.

Hanya tinggal menunggu hari kegagalan kudeta ini. Sudah satu persatu negara2 yang mengecam kudeta (tentu saja tidak pernah bisa diharapkan AS, Israel dan Syria untuk mengecam).

Bagaimana dengan Yusuf Al Qardhawi ? sang Pemimpin Ulama dunia itupun memberi fatwa bahwa wajib hukumnya mendukung Mursi. Ada isu gelap anak Qardhawi memberi sanggahan ? seandainya itu memang anak Qardhawi maka tidak berarti anak sekualitas atau meniru ayahnya. Anak Soekarno tidak ada satupun yang secerdas dan sebagus Soekarno. Anaknya Soeharto setali tiga uang. Anak SBY ? mungkin 11 12. Karena genetik kecerdasan itu diturunkan dari gen ibunya bukan ayahnya.

Belum lagi ideologi seseorang dengan keluarganya itu tidak mesti sejalan. Jamal al Banna, adik pendiri IM adalah seorang liberalis. Jadi kalau ada keluarga Qardhawi yang tidak sependapat dengan Qardhawi itu juga biasa.

Yang saya sayangkan dari pendukung Mursi hanya satu, ketika Jendral Sisi sudah mau melepas Mursi dengan imbalan dia tidak dituntut atas kejadian ini maka jawabnya: kami tidak pernah melepas para pengkhianat bangsa, dan akan menyerahkan ke pengadilan. Rekonsiliasi menurut saya lebih penting untuk menghindari korban yang lebih banyak.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun