Sebetulnya, menarik bahwa istilah reality show hanya merujuk pada medium televisi. Memang, pada mulanya, istilah tersebut hanya ungkapan lain dari istilah "reality television". Kita merujuk pada makna utama bahwa reality television merupakan salah satu genre acara televisi yang bercirikan: menampilkan berbagai situasi yang tidak menggunakan skenario, merekam peristiwa-peristiwa yang benar-benar terjadi, dan lazimnya tidak menggunakan aktor profesional.
Reality television atau reality show dibedakan dari tayangan berita atau dokumenter televisi. Kata "show" memang jadi kunci. Walau tidak menggunakan naskah skenario, misalnya, tapi reality show menciptakan situasi-situasi yang memancing konflik. Kalau perlu, para pelaku yang polahnya direkam, memang didorong dalam situasi ekstrem yang menimbulkan tingkah-tingkah berlebihan jika dibandingkan dengan polah kita sehari-hari.
Dalam kategorisasi tayangan televisi di Indonesia, reality show dikuasai oleh Trans TV. Tayangan reality show yang dimiliki Trans TV antara lain: Survivor, Janji Suci Raffi & Gigi, Katakan Putus, Mamaku Hits, dan Anti Jones.
Dalam program Katakan Putus, yang dibawakan oleh Komo Ricky, memperlihatkan banyak kejanggalan pada reality show tersebut. Dengan sangat mahir Komo menggugah emosi para penonton dengan konflik-konflik yang ada. Hal tersebut yang membuat rating program acara tersebut sangat bagus.
Kejanggalan pertama yaitu saat kamera tersembunyi merekam dari jarak jauh, namun suara dari orang yang diintai dapat terdengar dengan sangat jelas. Kemudian, beberapa kamera yang merekam adegan pada program tersebut berlangsung stabil, berarti kemungkinan besar pengambilan gambar menggunakan tripod atau sesuatu yang tak bisa digunakan begitu saja dalam keadaan spontan.
Lain lagi jika reality show mengangkat tema tentang kemiskinan. Jurus-jurus kamera yang digunakan justru sangat "canggih". Gambar-gambar yang dihasilkan terbilang tajam untuk ukuran kamera video-digital bagi tayangan televisi. Hasil suntingnya sangat apik, bahkan kadang pakai teknik slow motion segala. Dan yang paling penting, tentu saja, iringan musik menyayat yang nyaris terus-menerus ada.
Tayangan seperti Survivor memang dirancang untuk memancing tangis. Baik tangis si tokoh yang disorot kamera, atau tangis para penonton. Itulah mengapa kamera perlu diatur layaknya sinetron. Kamera yang digunakan saat si subjek bicara bisa lebih dari satu. Pengambilan gambar dari kamera yang lebih dari satu itu akan memberi ruang penggayaan lebih leluasa di meja penyunting.
Namun, pengambilan gambar dengan lebih dari satu kamera tersebut juga membuat kita bertanya-tanya, apakah tidak ada rekayasa adegan atau omongan? Paling tidak, tak ada pengambilan adegan ulang? Tentu, kita hendak percaya pada integritas para pembuat tayangan-tayangan tersebut. Sayang, cara pendekatan kamera mereka terasa sangat berpeluang manipulatif.
Ketika kamera telah jadi bagian keseharian kita, keseharian kita pun jadi sasaran empuk kamera. Kesan bahwa kini realitas (kenyataan) bisa direkam dan dialihkan begitu saja, seolah apa adanya, ke layar kaca, adalah sebuah jebakan.
Satu lagi reality show yang membuat geleng kepala, adalah Janji Suci Raffi & Gigi. Program ini berisi tentang kehidupan rumah tangga antara pasangan selebriti Raffi Ahmad dan Nagita Slavina serta tentu saja anak semata wayang Rafathar.
Berdasarkan isi dari tayangan program Janji Suci Raffi & Gigi. Menurut penulis, program tersebut aneh. Keanehan pertama, ketika Nagita Slavina bangun tidur dengan memakai piyama, namun yang aneh adalah wajah dari istri Raffi Ahmad itu sudah penuh dengan make up. Hal tersebut yang menjadi pertanyaan apakah itu asli atau tidur settingan?