Mohon tunggu...
Evan Chairul Putra
Evan Chairul Putra Mohon Tunggu...

Mahasiswa Psikologi UII 2013 Masalah yang datang dalam hidup kita jangan di anggap itu akhir segalanya dalam hidup. sesungguhnya inilah kehidupan :)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengaruh Kehidupan Anak yang Hidup Tanpa Ayah

5 Oktober 2013   12:55 Diperbarui: 4 April 2017   17:44 18889
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Siapa yang mau hidup dengan suatu kekurangan? Tidak akan ada yang mungkin menjawab “Saya”. Semua orang bisa hidup, namun tidak semua orang dapat menjalani kehidupannya. Terkadang ditengah perjalanan memang banyak halangan yang mungkin bagi sebagian orang itu sulit. Tapi taukah anda, sesungguhnya inilah kehidupan di dunia. Ada kalanya kita hidup dengan kebahagiaan, dan ada kalanya kita hidup dengan kesusahan yang keduanya itu tak akan bisa dipisahkan.  Keinginan terbesar anak adalah hidup bahagia dengan kedua orang tua yang selalu mencurahkan kasih sayangnya. Tapi bagi anak yang hidup tanpa ayah, akankah dia akan bahagia? Pertanyaan yang mungkin sulit di jawab oleh sebagian besar orang-orang. Ayah adalah sosok orang tua yang kuat, tegar, dan penuh tanggung jawab dibalik sosok ibu kita yang selama ini kita selalu nomer satukan. Anak yang hidup tanpa kasih sayang dari ayahnya secara langsung tentunya akan berdampak yang cukup negatif bagi kehidupannya. Banyak anak yang merasa dirinya tidak puas dengan apa yang diberikan oleh ibu, mereka mencari segala kepuasan dari luar rumah. Secara umum, anak-anak yatim memiliki kondisi psikis seperti anak-anak lain. Mereka senang bermain, bergurau, dan cerita dalam banyak harinya. Hanya, pada titik tertentu mereka tidak memperoleh kasih sayang seorang ayah.

Berinteraksi dengan anak-anak yatim tidak sederhana seperti bergaul dengan anak-anak pada umumnya. Ada  hal-hal khusus yang harus dijaga, dan harus dijauhi, dan tidak boleh kita ungkapkan kepada mereka. Dalam banyak hal, perasaan mereka sangat sensitif. Duka di tinggal ayah atau kemiskinan yang terus mendera membuat perasaan mereka amat peka terhadap segala sesuatu yang di anggap menyinggung dirinya.

Fungsi dan peran orang tua bagi anak-anaknya baik peran Ayah ataupun Ibu, dapat dikelompokkan kedalam lima kategori berikut ini :

1.Perawat

Orang tua memiliki tanggung jawab untuk merawat anak-anaknya semenjak dia lahir hingga mereka mampu merawat dirinya sendiri. Memakaikannya baju, memberinya makan, memandikannya, serta berbagai hal untuk memastikan kesehatan fisik & psikisnya selalu terjaga sehingga bisa tumbuh & berkembang dengan baik dan sempurna. Walaupun boleh jadi hal ini diwakilkan kepada orang lain (baby sitter atau lainnya), namun tetap semuanya atas otoritas orang tua. Apa jadinya jika seorang anak tidak mendapatkan perawatan dari orang tuanya ?

2. Pelindung/penjaga

Orang tua akan selalu melindungi dan menjaga anak-anaknya dari berbagai gangguan, baik internal maupun eksternal agar sang anak selalu dalam kondisi aman.

Gangguan internal yang datang dari dalam diri anak itu sendiri misalnya berupa penyakit. Orang tua tidak akan membiarkan anaknya digerogoti penyakit, ia akan segera mengobatinya supaya anaknya kembali sehat.

Sedangkan gangguan eksternal bisa berasal dari berbagai sumber, entah gangguan saudaranya sendiri, teman-temannya, binatang, lingkungan, cuaca, maupun lainnya. Orang tualah yang akan selalu berusaha menjaganya hingga dia mampu menjaga dirinya sendiri.

3.Pemberi nafkah

“Jangan dulu punya anak, mahal “, sebuah kalimat yang pernah saya dengar dari sebuah film asing di televisi. Kalimat yang memang kurang tepat tapi cukup untuk memberi gambaran bahwa memiliki anak itu memang memerlukan biaya tidak sedikit. Biaya agar mereka bisa tumbuh kembang dengan baik, dengan aman & nyaman mencapai kedewasaan dan kemandirian. Mulai dari ketika ia bayi hingga ia dewasa dan sanggup menafkahi dirinya sendiri, merupakan tanggung jawab orang tua untuk menyediakan biayanya.

4.Pendidik & Pelatih

Orang tua mendidik anak-anaknya sehingga mereka tahu mana yang benar mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak. Mendidiknya bersosialisasi dan mendorongnya belajar berbagai ilmu pengetahuan sebagai bekal untuk kemandiriannya, baik melalui lembaga formal maupun non formal.

Orang tua melatih anak-anaknya untuk berbicara, berjalan, merawat & menjaga dirinya sendiri, serta berbagai keterampilan dasar lain yang diperlukan, hingga melatih mereka untuk mampu hidup mandiri.

5.Pemberi cinta & kasih sayang

Semua apa yang dilakukan oleh orang tua, dan kenapa mereka mau melakukannya, adalah karena mereka mencintai, menyayangi, dan mengasihi anaknya. Nasihat, larangan, dan perintah merupakan wujud lain dari rasa sayang orang tua terhadap anaknya walaupun terkadang dipahami lain oleh anak-anaknya karena kekurang mengertian mereka. Tanpa rasa cinta dan kasih sayang, akan sulit bagi orang tua untuk melakukan berbagai hal bagi anak-anaknya. Karena rasa itulah, orang tua mau merawat, melindungi, menafkahi, mendidik, dan melakukan banyak hal lain demi anak-anaknya.

Maka dari itulah pentingnya peran orang tua kita terhadap kehidupan anaknya. Namun terkadang takdir berkata lain. Seorang anak yang hidup hanya dengan ibunya ataukah ayahnya. Dalam pembahasan kali ini dibahas tentang anak yang hidup hanya dengan ibunya yang berarti dia tidak memiliki ayah. Padahal Ada 2 hal penting seorang ayah yang bisa diturunkan kepada anaknya, yaitu :

1.Pelajaran Untuk Survival.

Dari ayah kita akan belajar mengenai pelajaran yang sangat kompleks tentang bertahan hidup. Kenapa kompleks, sebab banyak hal yang perlu di “jaga” kestabilannya dalam hidup. Dalam keluarga, bagaimana ayah berperan dalam keluarga, memperlakukan ibu kita – yang kelak akan kita contoh dan duplikasi kepada pasangan kita. Membantu membesarkan hati anak jika ada masalah – kelak akan kita lakukan juga pada anakkita (ingat menjadi orangtua tidak ada sekolahnya, kita hanya mencontoh apa yang orang tua kita lakukan kepada kita). Kehidupan ekonomi keluarga, bagaimana ayah berperan dalam hal memenuhi kebutuhan keluarga. Dalam hal bertahan hidup kita akan belajar dari seorang ayah.

2.Masalah Karir.

Yang satu ini adalah penting jika kita ingin sukses secara financial dan karir, maka perbaiki hubungan kita dengan ayah (bagi yang sudah besar) bagi kaum ayah muda, berelasilah dengan baik dengan anak anda. Kenapa? Dari seorang ayah, akan “diturunkan” kemampuan berkarir dan mendapatkan kemudahan dalam karir.

Islam sangat menekankan pentingnya memperhatikan anak yatim secara khusus, lebih dari penekanannya untuk memperhatikan anak kandung sendiri. Islam memerintahkan untuk berusaha sebisa mungkin memenuhi semua kebutuhan materi dan jiwanya. Bahkan, jumlah ayat suci Al-Qur’an yang secara khusus membicarakan masalah anak yatim ini lebih banyak dari pada jumlah ayat yang membahas tentang anak kecil secara umum.

Risiko Anak Yang Bertumbuh Tanpa Ayah

Bertumbuh tanpa ayah mendatangkan risiko yang serius bagi anak-anak. Meskipun informasi berikut bisa jadi menyakitkan bagi beberapa orang, mewaspadai risikonya merupakan langkah awal untuk mencegah atau setidaknya mengurangi kerusakannya. Ada sejumlah hasil penelitian yang memperlihatkan efek ketidakhadiran ayah, seperti dikutip menweb.org. Dalam studi yang dilakukan oleh Kalter dan Rembar dari Children’s Psychiatric Hospital, University of Michigan, AS Beberapa contoh perilaku anak yang hidup tanpa ayah yaitu :

1.Meningkatnya Bahaya Penyalahgunaan Seksual

2.Kemiskinan

3.Pengabaian

4.Kerusakan Emosi,dll

Dibalik banyak hal yang mungkin bersifat negatif tentang kehidupan seorang anak yang hidupnya tanpa ayah tentunya ada juga hal-hal postif yang dapat di pelajari oleh sang anak. Dampak yang muncul dalam kehidupan pasti ada positif dan negatifnya. Setelah dibahas banyak tentang hal negatifnya, maka harus pula dibahas hal positifnya. Dalam tulisan ini kenapa dibahas banyak tentang hal negatifnya? Alasannya cukup mudah, karena orang hidup haruslah banyak memikirkan tentang hal-hal negatifnya daripada hal positifnya. Dengan banyak berfikir tentang negatifnya maka orang akan semakin tau tentang dampak buruk yang akan di timbulkan. kemudian. Hidup tanpa figur seorang ayah jangan dijadikan alas an untuk berbuat kenakalan, namun ambil juga hal positifnya, diantaranya :

1.Mandiri

Dengan keadaan yang sedemikian rupa, maka anak akan terdorong jiwanya agar tidak selalu tergantung pada kehidupan orang lain. Karena kondisi memaksa anak untuk mandiri, maka mau tidak mau anak harus mandiri.

2.Tegar

Didalam keadaan seperti itu, anak di tutut selalu tegar dalam segala hal. Seorang anak janganlah selalu merengek-rengek tentang segala keadaan yang terjadi dalam kehidupannya.

3.Optimis

Kehidupan memang tidak mudah, banyak hal yang dapat menghalang keinginan seseorang. Maka itu seseorang di tuntut untuk tidak mudah berputus asa. Ingatlah bahwa masalah hidup bukanlah menjadikan hidup akan berakhir.

4.Dll

Figur seorang Ayah adalah figur yang sangat penting dijaman sekarang ini. Karena banyak sekali anak yang kehilangan figur seorang ayah dan mencari perhatian ayahnya dengan melakukan apa yang kita sebut “kenakalan”.

Figur seorang ayah kandung tidak akan mungkin tergantikan oleh siapapun, akan tetapi terkadang seorang istri yang menjadi Single Parents tidak memikirkan hal tersebut walaupun tidak semua istri seperti itu,. Memang keduanya sama-sama kehilangan sosok yang amat di dambakan. Namun apakah dengan mencari ayah pengganti maka kesedihan hilang? Banyak yang justru memunculkan permasalahan baru dalam diri sang anak. Banyak asumsi pada anak bahwa memiliki orang tua tiri itu adalah suatu hal yang kejam. Selama ini banyak peristiwa yang menyangkut tentang orang tua tiri. Dari mulai kekejaman, kekerasan bahkan pembunuhan maka banyak anak-anak yang berfikir bahwa semua orang tua tiri akan seperti itu. Wajar memang hal itu terjadi pada anak karena memang mereka selama ini hidup dengan orang tua kandung bukan orang tua tiri.

Jadi pengambilan keputusan dari ibu setelah ayah meninggal atau cerai harus didasarkan pula dengan keadaan anak nantinya. Karena apabila sudah memiliki anak, maka tanggung jawabnya semakin besar. Berfikir tidak untuk sekarang saja, namun berfikir juga untuk ke depan. Dalam diri sang anak jangan pula menuntut hal-hal yang tidak mungkin di lakukan oleh ibu. Ingatlah orang tua tinggal satu saja, mulailah berfikir menjadi pribadi yang lebih baik. Kenakalan yang muncul pada anak, jangan pernah menjadikan itu sebagai kesalahan seutuhnya dari anak, karena mereka akan terus mencari jati dirinya untuk selalu ingin maju. Dan jangan jadikan suatu kondisi seperti ini untuk melakukan kenakalan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun