Mohon tunggu...
Eva Fauziyah
Eva Fauziyah Mohon Tunggu... Guru - Mpa Mpot

Hidup adalah perjuangan, tanamkan proses dalam hidup sebab hasil akan mengikuti bilapun hasil tak sesuai harapan yakinlah bahwa proseslah yang akan dinilai di hadapan Allah Tuhan semesta Alam

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sebuah Alasan Kenapa Harus Ibu

16 Februari 2020   21:07 Diperbarui: 16 Februari 2020   21:27 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semua akan sepakat jika dikatakan bahwa seorang ibu adalah sosok yang hebat, patut dihormati dan dibahagiakan. Tentu predikat yang disematkan pada seorang ibu tersebut adalah beralasan, sebagaimana telah kita maklumi bersama bahwa ibu adalah orang yang paling dekat dengan anak-anaknya, ibu adalah pendidik utama dan pertama serta pengatur rumah tangga. 

Rahim-rahim ibu telah melahirkan generasi penerus keluarganya, dididik, dirawat dan dibesarkan oleh tangan-tangan ibunya. Sejak janin tersimpan dalam rahim seorang ibu, sejak saat itu pulalah hak pendidikan diterima oleh janin (calon-calon bayinya). Saat janin berada dalam rahim seorang ibu hal pertama yang dirasakannya adalah mendengar. 

Sebagaimana Allah telah menggambarkannya dalam Alquran

(Dialah Allah) yang menjadikan segala ciptaan-Nya indah, dan Dia memulai penciptaan manusia dari tanah, kemudian menjadikan keturunannya dari air yang hina (air maniy), kemudian Dia sempurnakan kejadian (fisiknya) dan Dia  tiupkan Ruh-Nya, dan Dia jadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati (akal fikiran ), namun sedikit sekali kamu yang bersyukur. (QS. 32 (Al-Sajadah): 7-9

Bahwa pendengaran adalah indra yang paling pertama dirasakan oleh setiap manusia yang diciptakan. Maka pantas bila dikatakan ibu adalah pendidik yang pertama, sebab apa-apa yang diucapkan seorang ibu secara otomatis akan didengar oleh sang buah hatinya sejak dalam kandungan hingga dewasa. 

Seorang anak mampu menyebut nama ibu, nama ayah, nama-nama benda, bisa berjalan, bisa merasakan sakit, bisa merasakan bahagia dan sebagainya karena berkat didikan dan ketelatenan seorang ibu. Betapa kasih sayangnya mampu terbagi dan mengalir kepada segenap anak-anaknya, bukan hanya satu, dua atau tiga sebab ada di antara ibu yang berbagi kasihnya pada belasan anaknya.

Selain sebagai pendidik, tugas dan peran lainnya yang harus diemban seorang ibu adalah menjadi ekonom, koki, desainer, psikolog, penasihat, perawat, sahabat sejati dan sebagainya. Tentu sangat membutuhkan kemahiran dalam setiap langkahnya. Agar setiap langkah yang diambil seorang ibu tidak merugikan dan membahayakan keluarga dan anak-anaknya. 

Sebagai ekonom seorang ibu harus mampu mengatur keuangan keluarganya berapa pun yang ia per oleh dari suaminya, adakala karena tidak cermat seorang ibu dalam mengelola keuangan, ekonomi keluarga menjadi bermasalah. Sebagai koki, seorang ibu harus mampu menyediakan makanan dan hidangan yang dibutuhkan keluarganya, akan terasa lebih nikmat bagi seorang ibu tatkala dirinya mengolah makanan yang kemudian dikonsumsi keluarganya, maka seorang ibu harus mengupayakan bagaimana agar dirinya mampu menjadi koki handal untuk keluarganya. 

Lain halnya saat seorang ibu menjadi psikolog, dirinya harus mampu memahami kejiwaan setiap anak-anaknya, mulai dari hobi, kebiasaan dan hal-hal yang mendominasi kehidupan anak-anaknya, semua itu hanya akan didapat saat ibu membuka komunikasi dan hubungan emosional dengan anak-anaknya, Membuka ruang komunikasi atau diskusi secara tidak langsung seorang ibu akan tahu jiwa dan kecenderungan anak-anaknya. 

Seorang ibu yang tertutup dan membatasi komunikasi mustahil akan mendapatkan dan menggali jiwa  anak-anaknya. Suatu saat nanti jangan sampai ada penyesalan dari seorang ibu karena anak-anaknya tidak peduli, mungkin saja karena saat membesarkannya ibu telah mencontohkan sikap tidak pedulinya atau sikap cueknya. 

Penting untuk diperhatikan bagi seorang ibu saat membesarkan anak-anaknya  memiliki kekhawatiran ketika anaknya kosong dari jiwa-jiwa spiritual. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun