Mohon tunggu...
Eric Brandie
Eric Brandie Mohon Tunggu... Penulis - Sosiolog

Kajian realitas dan dimensi sosial Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik

Partai Politik Mutlak Bukan Sepenuhnya Representasi Rakyat (Saat ini)

15 Juni 2017   14:37 Diperbarui: 16 Juli 2018   19:25 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: lockedincornwall.com

MUTLAK

Data dan fakta membuktikan bahwa kerusakan tatanan berbangsa hingga konflik-konflik horizontal masyarakat negara ini nyata disumbangsihkan oleh parpol-parpol yang terlena larut dalam urgensi kepentingan dan transaksional-transaksional 'gelap' tajuk oligarki parpol masing-masing. Lalu acapkali terjebak dalam situasi dilematik sebagai implikasi 'deal-deal sesat' dan yang secara ironi kemudian terang-terangan membebankan segala dampak fatal berupa 'AMPAS IMBAS' kepada rakyat sebagai OBYEK PENDERITA belaka.

Dan hal tragis paling memilukan, apabila kelak kita gagal mempertahankan rumah bersama negara kesatuan ini yang akhirnya runtuh berkeping-keping tak lain tak bukan ialah sebagai fase klimaks dari segala akumulasi rentetan kejahatan terpola sistematis ala elitis termasuk PARTAI POLITIK (Parpol).

Dan sadarkah kita semua, kebobrokan perilaku elitis inilah yang akhirnya kemudian menciptakan lobang besar menganga sebagai pintu masuk serentetan tragedi bangsa tak terkecuali bagi akses masuk radikalisme bahkan terorisme yang menjadi momok mengerikan negara manapun juga.
Tidak tanggung-tanggung, betapa terkaget-kagetnya kita saat ini menyaksikan akrobatik khas anggota-anggota dewan 'terhormat' yang justru sedang gigih berjuang melemahkan perangkat penegak hukum kejahatan korupsi DARIPADA gusar dan fokus mengupayakan sistem penguatan benteng pertahanan negara dari ancaman invasi terorisme yang semakin terlihat cukup agresif belakangan ini.

Disinilah horor tragedi itu tersaji, permufakatan/transaksional oligarki hampir tidak pernah mengenal faktor dampak negatif kecuali hanya keuntungan dan keuntungan semata.
Terang-benderang bahkan pil pahit perilaku anomalistik parpol ber-aroma syahwat kekuasaan berulangkali terpaksa kita telan berupa hasutan-hasutan tajuk SARA ke tengah masyarakat pada momen-momen khusus; Pemilu dan Pilkada.
Fantastis sekali, parpol-parpol yang sebelumnya terlihat rajin 'berceloteh' CINTA NKRI ternyata dengan sangat mudahnya berbalik arah dengan semangat membara justru memaksakan agitasi-agitasi berupa propaganda anti persatuan/kesatuan di tengah masyarakat dengan satu tekad: RAIH KEKUASAAN apapun caranya, soal membenahi dampak kerusakan itu urusan belakangan!

Akhirnya tidaklah terlalu sulit memahami alur semua ini, pengalaman buruk panjang menyadarkan kita mencerdaskan kita bahwa oleh akibat dampak konspirasi ala elitis selama inilah negara kemudian menjadi lemah secara sistemik, mekanisme supremasi hukum ditumpulkan, kedamaian hidup rakyat rusak, negara bahkan menjadi lalai dan tak berdaya manakala serangan-serangan susupan perlahan menginfiltrasi coba menginvasi negara berdaulat ini. Masihkah ada tersisa rasionalitas yang membuktikan bahwa parpol sungguh-sungguh sepenuhnya representasi rakyat?

Secara sadar maka tidak ada pilihan, mari kita rakyat untuk bijak dan cerdas bertekad menyelamatkan negara ini dari kerusakan yang lebih fatal lagi, yakni dapat dimulai dengan kesadaran untuk alpa sejenak memberikan dukungan dalam bentuk apapun terhadap PARPOL hingga terjadi stagnasi dinamika di tubuh seluruh parpol akibat minimnya dukungan masyarakat, hingga kemudian menstimulasi kesadaran penuh agar parpol-parpol bersedia refleksi, evaluasi komprehensif segera tentang betapa mengerikannya dampak operandi oligarki mereka selama ini dan wajib segera kembali pada paradigma lurus, fungsional sebagaimana hakikat partai politik semestinya jika memang benar mencintai dan ingin berbakti kepada rakyat dan rumah besar NKRI ini.

Rakyat sangat dapat dan mampu menghentikan kerusakan-kerusakan yang lebih fatal lagi, menyudahi ancaman kedaulatan NKRI dengan kesadaran bersama untuk menyudahi kesewenangan operandi partai-partai politik yang setiap saat bermoduskan jargon usang: 'atas nama rakyat'. Mari berhenti menjadi masyarakat LUGU yang hanya selalu pasrah 'nerimo' atas dampak-dampak mengerikan yang dibebankan oligarki-oligarki elitis karena ingatlah, di negeri DEMOKRASI rakyat adalah mutlak sebagai 'JURAGAN' merupakan keniscayaan tak terbantahkan dan apalagi....sungguh tidak pantas diperlakukan sebagai 'BUDAK EKSPLOITASI'. Dan yang tak kalah pentingnya rakyat pulalah yang wajib bertanggung jawab secara aktif menentukan sikap tegas terkait urgensi negara saat ini dan untuk seterusnya, negara Republik Indonesia Raya rumah kita dan generasi-generasi mendatang.

*Adalah suatu kesia-siaan menambal lubang-lubang bocor pada saat bersamaan lubang-lubang baru dibuat kembali.

Salam Pencerdasan Rakyat,

- Erick Charley O'Brandie -

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun