Beberapa waktu lalu, Telegram berhasil membuat riuh Indonesia lantaran pemerintah mengambil sikap tegas dengan melakukan pemblokiran terhadap media sosial tersebut.
Alasan dilakukannya pemblokiran terhadap Telegram diketahui karena aplikasi tersebut digunakan sebagai media komunikasi untuk propaganda, radikalisme, terorisme, paham kebencian, ajakan atau cara merakit bom, cara melakukan penyerangan, dan lain sebagainya yang dapat memengaruhi orang untuk ikut bergabung melakukan hal serupa.Â
Entah karena peka akan kasus Telegram atau apa, salah satu media untuk berbagi video terbesar di dunia, Youtube, meluncurkan sebuah terobosan baru dalam metode pencarian videonya demi meminimalisasi propaganda para teroris dan ekstremis yang selama ini dengan mudah menunggangi Youtube untuk menyebar pahamnya kepada orang-orang yang menyaksikan video tersebut.
Metode baru itu disebut dengan 'Redirect Method'. Metode ini bekerja menanggapi pencarian kata kunci tertentu yang berkaitan dengan terorisme dan ekstrimisme, di mana dengan otomatis akan mengarahkannya ke halaman playlist video yang kontennya berisikan pesan anti terorisme.
Hingga kini, metode baru ini masih dalam pantauan Youtube dan tercatat bahwa sekitar 320.000 lebih orang telah menonton 116 video yang ditujukan YouTube untuk melawan terorisme dan ekstremisme.
Semoga saja kedepannya semua media sosial dan sejenisnya memiliki metode-metode serupa demi memberantas penyebaran terorisme dan ekstremisme. Good Job Youtube!!