Mohon tunggu...
Mahendra
Mahendra Mohon Tunggu... Administrasi - Sejarah mengadili hukum dan ekonomi, sebab sejarah adalah takdir, di satu sisi. *blog: https://mahendros.wordpress.com/ *Twitter: @mahenunja *FB: Mahendra Ibn Muhammad Adam

Sejarah mengadili hukum dan ekonomi, sebab sejarah adalah takdir, di satu sisi. *blog: https://mahendros.wordpress.com/ *Twitter: @mahenunja *FB: Mahendra Ibn Muhammad Adam

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Shaum Ramadhan Mendidik Laku Amanah, bukan Khianat

13 Juli 2015   19:34 Diperbarui: 13 Juli 2015   19:34 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="ilustrasi (source:thinkstockphotos.com)"][/caption]

Kita masih berada di akhir Ramadhan yang mulia ini. Marilah kita sama-sama meningkatkan iman dan takwa, karena dengan inilah yang menyelamatkan kita di dunia dan bekal untuk selama-lamanya dalam surgaNya Allah.

Semua laranganNya sesungguhnya menyelamatkan kita dari keburukan di dunia dan akhirat.

Kita mengetahui ibadah yang diperintahkan kepada kita sebagai tanda syukur atas nikmat Allah subhanahuwata’ala. Nikmat yang tak terhitung, itu nikmat Allah subhanahuwata’ala.

Sebagaimana firman Allah,

… Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah) (Q.S. Ibrahim [14]:34)

Sebagai tanda syukur, kita menunaikan ibadah puasa Ramadhan. Sekarang kita berada di sepuluh hari terakhir Ramadhan.

Sebelum Ramadhan Allah subhanahuwata’ala beri kita kebebasan bercampur dengan istri, makan dan minum, namun di bulan Ramadhan ini, semua itu di tahan dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari sebagai cara kita menghargainya. Nikmat itu tidak dapat kita hargakan sebelum nikmat itu luput dari kita. Puasa ini menjadi pelajaran bahwa kita harus menghargakan nikmat Allah subhanahuwata’ala.

Nabi bersabda, gunakanlah lima perkara sebleum lima perkara: hidup sebelum matimu, sehat sebelum sakitmu, kelapangan sebelum sempitmu, muda sebelum masa tuamu, dan kaya sebelum miskinmu.

Nyatalah bahwa ibadah puasa itu mendidik kita menjaga amanah, karena kita disuruh menahan makan, dan minum dan ‘bercampur’ dengan istri. Berani mengendalikan nafsu meski tidak seorang pun melihatnya. Jika ia tak mampu mengendalikannya maka ia tidak berlaku amanah. Itulah khianat. Maka khianat itu sungguh tercela, sebagaimana manusia sesama manusia tidak amat suka dengan khianat.

Apabila kita tidak menyempurnakan amanah ini maka Allah subhanahuwata’ala akan membalasnya nanti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun