Mohon tunggu...
Eko Oesman
Eko Oesman Mohon Tunggu... Freelancer - freelancer

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja-Pram

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kursi Panas Kepala BPS

27 Februari 2017   06:06 Diperbarui: 27 Februari 2017   16:00 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bayangkan, jika diri anda adalah seorang Kepala BPS. Sebuah stasiun TV ingin mengajak anda tampil talkshow LIVE bersama nara sumber lain. Sebut saja Kementan dan Kemendag serta seorang pengamat pertanian. Topik yang diangkat cukup sensi. JAGA HARGA PANGAN. Ke empat narsum termasuk anda adalah orang yang tepat untuk membahas topik tersebut.

Persiapan apa yang harus dilakukan? Biasanya bagian humas akan mengontak pihak TV dan memastikan list pertanyaan sudah di email atau belum. Selanjutnya, tim penyiapan materi pimpinan akan mengolah data untuk menjawab pertanyaan. Tim akan bekerja ekstra cepat karena waktu yang tersedia tidaklah banyak. Empat orang staf khusus tersebut sudah terbiasa bekerja dibawah tekanan. Jam 14.30 kemaren siang saya cek ke TKP, beberapa gorengan dan rujak masih utuh di piringnya. Belum tersentuh sama sekali. Pekerjaan padat merayap. Berkejaran dengan deadline.

Beralih ke agenda sang Kepala. Tidak banyak waktu yang tersedia untuk khusus membahas materi acara di TV. Tamu penting datang silih berganti. Beberapa telpon, wa dan email harus direspon. Surat surat yang masuk harus dialirkan, disposisi, tidak boleh ada yang tertahan. Diselingi sholat, makan siang dan cek kesehatan (tergantung kondisi tubuh), waktu yang tersedia semakin sempit.

Pihak protokol sudah mulai mengukur waktu tempuh. Kondisi macet Jakarta memaksa estimasi harus diberi ruang lebih. Jika jarak tempuh 1 jam, harus tambah bonus 30 menit. Minimal. Waktu on air 20.05, maka jam 17.00 sudah harus bergerak. Dua setengah sampai tiga jam cukuplah untuk mencapai stasiun TV. 

Tim advance (pendahulu) sudah bergerak duluan. Memastikan lokasi siaran dan jadwal sesuai rencana. Hebatnya stasiun TV tersebut, mulai dari satpam jaga diparkiran hingga pintu masuk sudah tahu acara apa yang akan tayang. "Bapak dari BPS ya?" sapa mereka ramah. Studionya di lantai 3 ya pak. Masuk belok kanan, terus ke kiri lalu naik eskalator ya. Magrib tinggal sepenanakan nasi. Tim pendahulu berburu waktu. 

Di mobil Kepala, protokol memantau kondisi jalanan yang super duper macet. Komunikasi terus dijalin dengan tim pendahulu. Posisi dan jarak terus dipantau. Supir harus diarahkan, jangan sampai nyelonong jalur busway.

Di studio TV, para penonton bayaran sudah diatur posisi duduknya. Komando kapan harus tepuk tangan, kapan harus diam sudah disampaikan. Kameramen bersiap menunggu perintah. Kamera roll on action!. 

Setengah jam menjelang tampil, produser acara biasanya menelpon pak Kepala. Memastikan posisi dan berapa lama akan sampai di lokasi. Terkadang produser minta kedatangan dipercepat. Minta waktu wawancara dulu. Dan ini diluar skenario. Apa topiknya gelap. Tak ada alasan untuk menolak. DATA harus hapal diluar kepala. Tablet di tangan hanya buat jaga-jaga saja.

Tadinya saya membayangkan pak Kepala bisa tiduran barang sejenak di mobilnya. Ternyata tidak bisa. Tak sembarang orang bisa terlelap dalam kondisi tegang seperti ini. Konon hanya Gusdur yang bisa menikmati istirahat di atas pesawat. Beliau menikmati betul tiduran di bangku pesawat. Mungkin karena tak ada sinyal, tak ada sms masuk atau urusan tanda tangan dan lain lain.

Masuk ke dalam studio, suasana berubah sedikit sakral. Karena acaranya LIVE, semua komponen harus patuh dengan aturan. HP sudah pasti harus dimatikan atau kondisi silent. Senyum penonton bayaran mulai dipasang. Selanjutnya, pertanyaan demi pertanyaan mulai meluncur dari bibir sang host.

Di sini adrenalin pak Kepala mulai bergejolak. Tarikan nafas panjang perlu dilakukan. Memompa udara ke dalam jantung. Lontaran pertanyaan tidak selalu sama dengan bahan yang dikirim pagi harinya. Alasan klasik sang host adalah, merespon dari jawaban narsum lainnya. Ondeh mandeh tuesday, dibutuhkan ketenangan yang luar biasa, pemahaman yang mendalam dan pilihan kata yang pas untuk menjawabnya. Bukan apa apa, jawaban yang pak Kepala berikan adalah representasi dari hasil kerja 15 ribu lebih pegawai dibelakangnya. DATA tidak boleh salah sebut. Bahaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun