Minat Penulis dan pembaca artikel Pembelajaran Sejarah di era milenial dapat dikatakan sangat minim. Tidak Jauh, Viewer yang membaca tulisan kami di Kompasiana tentang sejarah ternyata sangat sedikit.
Boleh jadi, sebagai pribadi, Kami belum dikenal. Dari segi Kualitas Tulisan, Mungkin masih jauh dari sempurna. Kenapa Ya? Yuk kita kupas Aktualisasi Pembelajaran Sejarah di era milenial agar tidak Kehilangan Maknanya.
Paradigma Pendidikan Kesejarahan di Indonesia
Bung Karno sang Proklamator mengingatkan kita dengan Jasmerah. Jangan Melupakan Sejarah. Prediksi ini menjadi Kenyataan sekarang, karena output secara umum dari Pendidikan sejarah belum maksimal. Sejarah masih dianggap pelajaran menghafal urutan kronologi tanggal demi tanggal, nama nama tokoh dengan sedikit uraian peristiwa dan kemudian diperingati sebagai seremonial belaka.
Seolah, diera kekinian, sejarah sebagai materi yang tidak dibutuhkan generasi muda. Mereka tidak peduli dengan sejarah, yang penting dapat nilai baik di sekolah. Rata rata mereka hanya pandai saat Ulangan saja. Selanjutnya, apakah mereka punya wawasan sejarah? Apakah mereka kenal sejarah Panglima Besar Jendral Soedirman?Â
Kenapa tokoh pahlawan Fiksi asal amerika, seperti Ironman lebih dikenal anak anak generasi penerus bangsa  ini. Bahkan Ketika Kami membikin sebuah drama teatrikal peristiwa 10 November, ada 2 Kubu yaitu Pejuang melawan Tentara Inggris. Dalam drama tersebut, sebagai Penanda, Pejuang membawa bendera merah Putih, tentara Inggris membawa Bendera Inggris.
Sejak SD kita sudah dikenalkan dengan bendera bendera negara dunia. Pastinya sudah Tahu perbedaan Bendera Inggris dan bendera Belanda. Namun apa yang menjadi dilapangan, Para penonton berteriak teriak, " Londone teko!" ( Bhs Jw artinya- belandanya Datang ).
Dalam drama tersebut, Khusus untuk Peringatan 10 November, dalam sejarah,Pasukan belanda membonceng pasukan sekutu. Yang berperang dengan arek arek Suroboyo itu bukan belanda, tapi tentara Inggris. Jadi dapat disimpulkan Pemahaman dan wawasan sejarah era kekinian, belum dicapai secara esensial. Masih dangkal.
Pendidikan Kesejarahan Alternatif
Reenactor selaku Penghobby dan Pencinta sejarah dalam melakukan sebuah drama teatrikal di muka umum   berusaha menyampaikan pesan sejarah secara utuh sesuai jamannya yang ditampilkan di era kekinian. Ini bukan drama ngawur tanpa  riset terlebih dahulu. Boleh jadi, Para Pengamat tidak memahami sejarah secara mendasar.Â
Namun Para reenactor sudah terdepan menggali sejarah mulai dari Jalannya cerita sesuai sejarah otentiknya, baju yang dipakai, pealatan yang dibawanya termasuk senjata replika yang sesuai jamannya. Jika misal dalam drama tersebut membawa senapan serbu prodoksi Pindad, apa masuk di tema? Pertanyaannya, Sudahkah senjata jenis itu ada di era Tahun 45?