Mohon tunggu...
edy mulyadi
edy mulyadi Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis, Media Trainer,Konsultan/Praktisi PR

masih jadi jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Money

Kwik, Rizal, Habibie, dan Neolib

24 Agustus 2017   13:36 Diperbarui: 24 Agustus 2017   13:40 1400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

"Jangan takut pada para neolib. Kalau kita bersatu, mereka tidak ada apa-apanya dan saya sudah buktikan itu," ujar mantan Presiden BJ Habibie, di gedung MPR RI, Selasa (22/8).

Pernyataan Habibie tersebut seperti hendak mengingatkan kembali rakyat negeri ini atas kejam dan rakusnya mazhab neoliberalisme. Sistem ekonomi yang menurut mantan Menko Perekonomian Kwik Kian Gie, telah diterapkan Indonesia sejak 1967 tersebut, terbukti telah gagal membawa rakyat Indonesia sejahtera. Bahkan bukan hanya itu, neoliberalisme atau akrab disebut neolib telah menjadi pembuka pintu lebar-lebar bagi masuknya neokolonialisme dan neoimperialisme.

Topeng culas neolib terkuak lebar ketika Asia diterjang krisis moneter dahsyat pada 1997. IMF, Bank Dunia, dan Asian Development Bank (ADB) dikenal sebagai personifikasi neolib. Jejak buruk mereka bisa ditelusuri saat krismon. Dimulai dari Thailand, bak domino runtuh, krisis menjalar ke sejumlah negara lain. Indonesia, Malaysia, Filipina, dan juga Korsel. Selang beberapa tahun kemudian, semua negara tersebut mulai pulih.

Tapi hal serupa tidak terjadi pada Indonesia. Petaka ekonomi dahsyat bermula ketika Pemerintah mengundang International Monetary Fund (IMF) untuk campur tangan. Tapi bukannya pulih, Indonesia justru tenggelam kian dalam di kubangan krisis.  Ekonomi yang sebelumnya tumbuh secara konsisten di kisaran 7% tergerus hingga minus 13%.

14 Agustus 1997, Bank Indonesia (BI) yang saat itu masih menjadi bagian dari Pemerintah, atas saran IMF melepas batas bawah dan batas atas rupiah. Alasannya, supaya devisa tidak terkuras untuk mempertahakan nilai tukar rupiah pada level yang dikehendaki. Saat itu pasar uang memang sangat fluktuatif. Tapi apa lacur, rupiah justru terjun bebas, dari Rp 2.500an menjadi Rp16.000an/US$ hanya dalam tempo  singkat. Para konglomerat yang meminjam dalam dolar, langsung kolaps karena utang mereka tiba-tiba menggelembung lima kali lipat.

Malapraktik IMF di Indonesia benar-benar membuat ekonomi negeri ini meluncur ke titik  nadir. Itulah sebabnya jauh-jauh hari, Oktober 2017, ekonom senior Rizal Ramli menyebut IMF sebagai Dewa Amputasi. Padahal, saat itu banyak pihak meyakini kehadiran IMF di Indonesia bakal menjadi Dewa Penyelamat. Tapi sejarah akhirnya membuktikan, Rizal Ramli benar. IMF adalah dokter bedah yang melakukan malapraktik dan membebankan semua biaya kesalahannya yang amat besar kepada si pasien.

Pada November 2003, Asisten Direktur IMF untuk Asia Pasifik Charles Adam dalam sebuah seminar ekonomi regional di Bangkok, Thailand, mengaku IMF telah salah menangani krisis ekonomi yang melanda Asia. Kesalahan terutama pada penanganan krisis di Indonesia, Thailand dan Korea Selatan. IMF juga melakukan kesalahan di banyak negara lain, termasuk Amerika Latin. Yang terbaru, kesalahan serupa mereka lakukan lagi di Yunani.

Melawan neolib

Di Indonesia, amat sedikit pejabat publik yang melakukan perlawanan terhadap hegemoni neolib. Barangkali kita hanya bisa menyebut dua nama, Kwik Kian Gie dan Rizal Ramli. Habibie muncul kemudian. Tapi pernyataan yang disampaikan perintis dan pembangun industri pesawat terbang dua hari silam, kembali menegaskan bahwa neolib memang benar-benar ada dan tengah kuku-kukunya mencengkram dengan kuat dan dalam dan dalam ke jantung kekuasaan.

Kwik dan Rizal Ramli sudah lama dikenal sebagai pengeritik keras kaum neolib. Keduanya terus saja bersuara lantang, baik ketika di dalam maupun luar kekuasaan. Dalam aritkel panjangnya berjudul Apa Neo Liberalisme (Neolib) Itu?, Kwik menelanjangi keburukan dan kebobrokran neolib. Anda bisa membacanya di sini.

Pada bagian akhir artikelnya, Kwik menulis, "Tim ekonomi dalam pemerintahan di Indonesia sejak tahun 1967 adalah kaum neolib yang lebih ekstrem dari rekan-rekannya di negara-negara barat. Perkecualiannya hanya sebentar sekali, yaitu selama kabinet Gus Dur."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun