Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Inilah Jurus Pintar Menjadi Pendengar yang Baik

28 Februari 2020   04:37 Diperbarui: 27 Maret 2020   21:25 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: https://id.pinterest.com/pin/530932243573915297/

Mendominasi pembicaraan, bukan berarti pandai. Menjadi pendengar yang baik, bukan berarti bodoh.

Itulah filosofinya. Orang yang terus-menerus "ngoceh" tanpa memberikan kesempatan kepada kawan bicaranya, tidaklah mencirikan ia orang yang pasti pintar. Yang pasti, ia orang yang tidak suka mendengar. Sebaliknya, orang yang lebih banyak mendengar, bukan berarti kurang pandai, melainkan ia adalah pendengar yang baik.

Orang-orang yang banyak memiliki sahabat dan bisa mendapatkan sahabat dengan mudah adalah mereka yang memiliki keterampilan mendengar, sama sekali bukan mereka yang selalu mendominasi dalam setiap pembicaraan.

Lalu, bagaimana upaya kita untuk menjadi pendengar yang baik? Dalam konteks ini, modal dasar psikologis yang diperlukan dan harus dimiliki adalah nilai-nilai (values) yang meliputi kesabaran, ketulusan dan  kerendahan hati, serta kesediaan untuk belajar. Tanpa nilai ini, akan sulit sekali bagi kita untuk menjadi pendengar yang baik.  Kalau kita sudah memiliki hal-hal itu, barulah kita bisa berlatih meningkatkan keterampilan mendengar.

Lima Cara Menjadi Pendengar yang Baik

Paling tidak ada 5 hal yang bisa dilakukan ketika hendak meningkatkan keterampilan mendengar. Praktikkan kelima pointer di bawah ini, landasi dengan nilai-nilai yang saya sebutkan di atas, niscaya keterampilan sebagai pendengar yang baik akan semakin terasah dan mendapatkan hasilnya.

Pertama, condongkan badan. Ketika teman bicara sedang berbicara, condongkan badan sedikit ke arahnya. Menyodongkan badan adalah gesture perhatian kita yang sungguh-sungguh. Jangan berlebihan apalagi dibuat-buat. Yang natural saja, tapi lakukan.

Kedua, tatap matanya. Setiap kali berbincang-bincang dengan orang lain, jangan lupa tatap matanya. Tentu saja menatap mata dalam konteks ini bukan dengan pandangan tajam dan tampak seram, melainkan lembut.

Mata adalah ekspresi jiwa. Jadi, pakailah mata untuk menunjukkan bahwa kita memperhatikannya, bahwa kita dengan senang hati mendengarkan kata-ucapan kawan bicara kita. Yang penting lagi, jangan terus-menerus menatap matanya. Sesekali lepaskan pandangan.

Ketiga, berilah umpan balik. Kata-kata pendek yang disampaikan dengan santun dan menggugah akan menjadikan teman bicara kita terdorong meneruskan ucapannya, bercerita lebih banyak lagi. Misalnya, kata "Oh, ternyata begitu ya." Atau, "Lalu?" Boleh juga "Maksud Pak?" dan banyak lagi sesuai dengan konteksnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun