Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Hidup Tanpa Gairah Hidup, Bagaimana Mengatasinya?

6 November 2019   10:22 Diperbarui: 6 November 2019   11:31 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kehilangan gairah dalam menjalani hidup banyak penyebabnya. Salah satunya karena rutinitas kegiatan yang melahirkan kebosanan. Dari hari ke hari, yang dikerjakan itu-itu saja.  Nyaris tanpa perubahan yang berarti. Tanpa diundang pun, rasa bosan itu pasti akan datang. Terlebih-lebih pekerjaan yang digeluti tak selaras dengan passion.Lalu, apa yang bisa dilakukan?

Bekerja Tak Sesuai Passion?

Seorang sahabat yang seorang dokter, melaksanakan praktik kedokterannya secara rutin. Seringkali ia terlanda rasa bosan yang dalam, tapi kewajiban sebagai dokter harus dilakoninya. Menengani pasien, baik di rumah sakit maupun di tempat praktik setiap hari, baginya terasa membosankan. Saya lupa bertanya, sejak kapan rasa bosan itu melanda.

Yang saya tahu, dulu, ketika kami bersama-sama saat diklat pimpinan, ia pernah menuturkan, bahwa dia kuliah di kedokteran hanya lantaran dorongan orangtuanya dan untuk memenuhi keinginan  mereka. Orang tuanya merasa bekerja sebagai dokter itu sangat menjanjikan dan dokter adalah sebuah profesi yang bergengsi. Tapi, apa lacur, ia sendiri tak menginginkannya, tapi tak berani menolak desakan orang tuanya.

Pada kenyataannya, pekerjaan yang kita lakoni tak selalu sesuai dengan kegairahan terbesar kita. Tak berkesesuaian dengan passion kita. Apakah pekerjaan itu akan terus ditekuni atau memutuskan ke luar saja, tergantung pertimbangan si empunya. Jika kita mendapatkan pekerjaan yang sesuai passion, tentu akan sangat menyenangkan.

Tetapi, jika tidak, maka hal ini bisa menjadi beban dalam jangka panjang. Keluar dari pekerjaan mungkin menjadi pilihan yang terbaik, lalu temukan passion yang sesungguhnya.  Atau, tetap di situ, dan berusaha mencintai pekerjaan, sebisa-bisanya. Caranya, antara lain dengan menemukan hal-hal yang menarik di dalam pekerjaan tersebut dan berusaha kreatif.

Miliki Target yang Menantang

Ada cara yang cukup efektif dalam meningkatkan gairah dalam bekerja, sekaligus meningkatkan gairah hidup. Apakah itu? Dengan memiliki target. Ya, benar, target. Bisa dalam hitungan waktu satu bulan, satu semester, atau satu tahun, terserah kita masing-masing. Target hendaknya dibuat menantang dan spesifik dan linear dengan goal besar yang diharapkan tercapai di akhir nanti.

Hindari target yang biasa-biasa saja, karena itu tak menantang dan tidak mendorong kita untuk mengeluarkan segenap kemampuan. Hindari pula target yang tak jelas, misalnya soal waktu pencapaiannya. Buatlah target itu secara tertulis, di buku harian atau di block note, tak masalah. Yang penting kita punya target dan bersiap mengeksekusinya. Kehadiran target yang kita pasang itu akan memicu dan memacu kita untuk berkarya dan berkarya mengisi kehidupan dari hari ke hari. Jika target dalam waktu tertentu tercapai, maka kebutuhan akan pencapaian prestasi (need of achievement) pun terpenuhi. Ini akan memompa gairah hidup kita untuk mencapai target berikutnya, dan demikian seterusnya.

Miliki Harapan, Bangkitkan Gairah

Dengan target, kita memiliki harapan. Dalam rentang waktu sebulan ke depan, misalnya, menargetkan akan membuat 30 artikel di kompasiana. Dalam waktu 1 bulan ke depan saya akan selesaikan pengecatan  rumah. Dalam waktu sebulan ke depan saya akan menabung emas minimal 1 gram, misalnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun