Kadang saya merasa sedih kalau ada berita-berita diluaran sana yang mengatakan dokter dan rumah sakit menelantarkan pasiennya. Saya yakin tidak ada tenaga kesehatan atau rumah sakit yang ingin menelantarkan pasien.
Pengalaman saya yang bekerja di rumah sakit swasta saja pernah beberapa kali mendapatkan keluhan pelayanan dari pasien seputar pelayanan rumah sakit walau memang jumlahnya sangat jarang, apa lagi dengan rumah sakit umum milik pemerintah yang sering mendapat sorotan baik dari media maupun dan masyarakat seputar pelayanan mereka yang menurut mereka kurang baik.
Namun kalau mau sedikit memahami kenapa Rumah sakit sering mendapat raport merah dari masyarakat sebenarnya bukan sepenuhnya kesalahan dari rumah sakit namun ada banyak kondisi yang membuat hal demikian terjadi. Sebut saja beberapa permasalahan yang mungkin dapat saya share berikut,
 1. Daftar antrian yang sangat panjang
Penerapan kartu sakti entah itu BPJS, kartu Indonesia sehat dll membuat konsentrasi pasien lebih banyak di rumah sakit milik pemerintah atau yang bekerja sama dengan penyelengggara kartu tersebut.Â
Jadi jangan heran jika anda harus berjubel-jubel mengantri untuk sekedar periksa dokter ketika peserta jaminan kesehatan begitu besar sementara fasilitas masih terbatas.
 2. Tempat yang kurang nyaman, sumpek, dokter, bidan dan perawatnya jutek2
Saya yakin setiap rumah sakit punya petugas kebersihan (cleaning service) yang terlatih. Namun karena saking banyaknya kunjungan pasien tentu saja ruangan rumah sakit utk tunggu pasien menjadi sumpek dan seringkali lantainya kotor walau udah berngkali di bersihkan apa lagi di musim hujan sekarang karena besarnya kunjungan calon pasien yang akan berobat.
Selain itu mungkin anda sering melihat dokter atau perawat yang kadang jutek tapi saya yakin tidak semuanya begitu dan sudah berusaha ramah.Â
Bisa dibayangkan puluhan hingga ratusan tiap hari dilayani begitu menguras tenaga jadi harap maklum mereka juga manusia yang punya mood dan perasaan yang berubah-ubah, apa lagi jika kita sudah lelah mohon dimaafkan jika senyum kami kurang manis.
 3. Penolakan karena kamar penuh