Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Toilet, Salah Satu Nyawa Museum

19 Juli 2017   05:54 Diperbarui: 19 Juli 2017   11:56 814
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Toilet peninggalan pemerintah kolonial yang masih terpelihara di Museum Konferensi Asia Afrika, Bandung (Dokpri)

Dalam pertemuan nasional museum se-Indonesia akhir Maret 2010 lalu, Ketua Asosiasi Toilet Indonesia (ATI) Naning Adiwoso, mengatakan bahwa toilet adalah nyawa sebuah museum, di samping informasi koleksi dan  pelayanan. Toilet yang kotor dan berbau, apalagi gelap, tentu saja merupakan promosi negatif buat museum. Dengan demikian besar kemungkinan para pengunjung tidak mau datang kembali ke museum tersebut karena kondisi toiletnya sangat buruk.

Menurut Naning, definisi toilet umum adalah sebuah ruangan yang dirancang khusus, lengkap dengan kloset, persediaan air, dan perlengkapan lain yang bersih, aman, dan higienis. Kalau tempat itu nyaman, maka masyarakat domestik, komersial, maupun publik dapat membuang hajat dengan tenang. Selain itu mereka dapat memenuhi kebutuhan fisik, sosial, dan psikologis lainnya.

Selama ini kita mengenal berbagai bentuk toilet umum. Biasanya setiap toilet mencerminkan budaya dan kondisi ekonomi suatu komunitas. Ada yang mewah dan berwarna-warni. Ada pula yang sederhana.

Namun bukan itu yang diutamakan. Syarat sebuah toilet yang baik adalah kering, bersih, aman, dan nyaman. Toilet yang mewah bukan jaminan toilet yang baik. Toilet yang baik bisa jadi berharga murah.

Saat ini toilet sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Banyak orang sering kali melakukan curhat di toilet. Berbagai pertemuan antarbudaya juga sering terjalin di sini. Karena itu, menurut Naning, hal-hal demikian harus diperhatikan jika ingin mempercantik toilet.

Toilet tidak perlu mahal, yang penting berdesain ringan. Untuk faktor keamanan, pintu harus terbuka keluar, hemat air, dan material lantai mudah dibersihkan. Agar menarik, toilet dapat dibuat dengan suatu tema atau disesuaikan dengan kedaerahan, misalnya berarsitektur Bali. Toilet juga harus mempertimbangkan jenis kelamin, anak-anak, orang cacat, lansia, dan kebutuhan kaum muslim.

Iman

Boleh saja sebuah pameo mengatakan, "Kebersihan adalah sebagian dari iman". Namun dalam kenyataan sehari-hari, betapa faktor kebersihan masih kurang diperhatikan oleh masyarakat kita. Contoh yang jelas terdapat pada berbagai fasilitas umum, di antaranya toilet museum.

Di banyak negara, toilet menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan. Asumsinya adalah tidak ada bangunan yang tidak memerlukan toilet. Dengan demikian setiap bangunan pasti membutuhkan toilet. Negara-negara maju berhasil meningkatkan taraf hidup masyarakatnya karena faktor kebersihan.

Tahun 2009 lalu ATI melakukan penilaian terhadap kebersihan toilet sejumlah bandara di tanah air. Hasilnya adalah toilet umum yang dikelola bandar udara internasional Juanda, Surabaya, dinilai sebagai toilet yang terbersih dari 19 bandara di Indonesia. Toilet tersebut mengalahkan toilet milik bandara Soekarno-Hatta, Jakarta dan Ngurah Rai, Bali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun