Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Lukisan Tokoh Perempuan dengan Media Tepung dari Biji Asam

16 Agustus 2017   06:40 Diperbarui: 16 Agustus 2017   13:10 1381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pameran sejarah tokoh perempuan di Galeri Nasional Indonesia (Dokpri)

Menyambut 72 tahun Indonesia Merdeka, Direktorat Sejarah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, menyelenggarakan pameran sejarah di Gedung C, Galeri Nasional Indonesia. Pameran itu bertema "Visualisasi Ekspresi Pahlawan dan Tokoh Perempuan" berlangsung mulai 7 Agustus 2017 lalu dan akan berakhir pada 21 Agustus 2017.

Sebanyak 34 pelukis perempuan berpartisipasi dalam pameran itu. Mereka mengemas dalam eksplorasi teknik Gutha Tamarin dalam media kain sutera. Tokoh-tokoh perempuan yang digambarkan ada yang sudah meninggal, ada pula yang masih hidup. Banyak tokoh sudah dikenal luas, seperti Cut Nyak Dien dan Maria Walanda Maramis. Namun banyak yang kurang populer seperti Opu Daeng Risadju dan I Gusti Ayu Rapeg. Lewat pameran inilah generasi muda bisa mengenal tokoh-tokoh perempuan kita yang berasal dari seluruh Nusantara.

Lukisan yang disajikan berukuran cukup besar. Dibuat dengan teknik dan pewarnaan yang beraneka. Di sisi tiap-tiap lukisan disertakan biografi masing-masing tokoh. Jadi pengunjung cukup mudah mengenal siapa dan apa kiprah para tokoh itu.

Peran perempuan
Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid mengatakan kita tak bisa memungkiri peran yang dimainkan kaum perempuan dalam peperangan melawan kekuatan kolonial sejak abad ke-16 sampai dengan abad ke-19. Deretan nama pejuang perempuan bermunculan, antara lain Laksamana Malahayati di Aceh, Nyi Ageng Serang di Jawa, Ratu Zaleha di Kalimantan, dan Martha Christina Tiahahu di Maluku.

Generasi muda yang ingin mengenal sejarah dipandu petugas pameran (Dokpri)
Generasi muda yang ingin mengenal sejarah dipandu petugas pameran (Dokpri)
Pada abad ke-20 kaum perempuan kembali memegang peranan strategis dalam perjuangan kebangsaan. Muncul nama-nama seperti R.A. Kartini dan Dewi Sartika sebagai tokoh emansipasi. Pada masa kemudian muncul lagi aktivis-aktivis perempuan.

Sosok 36 perempuan itu digambar lewat teknik membatik di atas kain sutera. Tintanya menggunakan tepung yang didapat dari biji asam. Hilmar berharap lewat visualisasi itu wawasan kebangsaan kita akan terus terpelihara, khususnya yang berkenaan dengan sumbangsih kaum perempuan dalam merealisasikan ide tentang Indonesia merdeka.

Sementara itu Direktur Sejarah, Triana Wulandari mengatakan pahlawan dan tokoh yang digoreskan dalam media sutera terdiri atas 12 Pahlawan Nasional, 16 Tokoh Pejuang Pergerakan, dan 6 Tokoh Inspirasi. "Pameran sejarah ini merupakan implementasi Penguatan Pendidikan Karakter berbasis sejarah yang merupakan program strategis Presiden RI," ujar Triana.

Pameran diisi dengan workshop penulisan sejarah dan workshop seni rupa eksplorasi teknik gutha tamarin untuk masyarakat umum. Untuk menyaksikan pameran, pengunjung tidak dipungut biaya loh. Ayo beramai-ramai ke sana. Galeri Nasional Indonesia beralamat Jalan Medan Merdeka Timur 14, persis di seberang Stasiun Gambir.***  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun