Mohon tunggu...
Pohon Kata
Pohon Kata Mohon Tunggu... Freelancer - Going where the wind blows

Ketika kau terjatuh segeralah berdiri, tak ada waktu untuk menangis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kesalahan yang Indah

26 Juli 2017   06:58 Diperbarui: 26 Juli 2017   07:38 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Selama judulnya masih "manusia" pasti tak pernah lepas dari salah. Seperti halnya perintah bagi seluruh muslim untuk menjalankan sholat lima waktu setiap harinya. Sebenarnya apabila dicermati, perintah ini sangat penuh dengan makna. Sholat subuh didirikan untuk membersihkan kesalahan kita pada waktu malam sebelum tidur, sholat dhuhur didirikan untuk membersihkan kesalahan kita pada saat waktu setelah subuh atau pada waktu aktifitas kita, dan seterusnya. Allah sangat Maha Tahu bahwa manusia sebagai ciptaan-Nya harus sering-sering menghadap untuk menghamba dan memohon ampun. Karena manusia tak pernah luput dari salah.

Seperti halnya kejadian liburan pada keluarga kami. Sekeluarga sudah jauh-jauh hari merencanakan liburan ke Jakarta, dengan banyak pertimbangan kenapa memilih Jakarta sebagai kota tujuan. Tujuan Jakarta seringkali terdapat promo penerbangan, alasan pertama. Kemudian untuk sekeluarga dengan jumlah lima orang, mobilitas kesana kemari pastilah sulit karena tidak membawa mobil pribadi. Dan  Jakarta menyediakan sarana transportasi yang memudahkan untuk mobilitas kami. Terlebih sekarang terdapat banyak armada online. Ini  menjadi alasan kami yang kedua. Alasan yang ketiga, Ibukota gitu lho. He he. Mungkin bagi banyak orang kami kampungan. Tapi itulah jujur alasan kami.

Kami mengendarai mobil pribadi untuk sampai Bandara Juanda. Dengan pertimbangan, harga per orang untuk travel shuttle bandara dari Malang Rp 100.000,- per orang. Kalau kami lima orang, PP Malang -- Juanda dan sebaliknya total habis Rp 1.000.000,-. Belum merasakan liburan sudah terbayang pengeluarannya. Akhirnya memilih membawa mobil pribadi untuk parkir over night/menginap dengan tarif per malam Rp 50.000,- (Kami membayar Rp 175.000,- pada saat itu. Dihitung tiga malam lebih beberapa jam). Lebih hemat kan?

Tapi ternyata harus dengan perjuangan. Yang biasanya kami pasrah sopir travel, pada saat tujuan Bandara Juanda. Tinggal menyampaikan ke sopirnya, maskapai apa, gitu bliaunya sudah paham. Dan kita pasti diturunkan di depan pintu masuk keberangkatan. Karena kami dari awal acuannya hanya penerbangan domestik saja, ooh berarti Terminal 1/T1. Akhirnya menujulah kami ke Terminal 1. Mobil sudah diparkir dengan manis, disarungi. He He.

Begitu muter-muter ke dua pintu keberangkatan, koq yang namanya maskapai yang kami tuju tidak ketemu. Begitu meneliti booking tiket online, terteralah kode T2. Untuk memastikan kami bertanya kepada petugas dan benar adanya, kami salah terminal. Untuk menuju parkiran mobil dengan anak-anak yang harus berlari, tiga buah koper besar-besar, kemudian menyiapkan mobil, rasanya tidak nutut waktu yang kami punya. Berpikir cepat, akhirnya kami menggunakan taksi bandara untuk menuju Terminal 2. Taksi bandara tidak menggunakan argometer, namun menggunakan zona tariff. Untuk zona 1, Rp 60.000,- ; untuk zona 2, Rp 90.000,- dan seterusnya. Beruntung, kami masih punya sisa waktu.

Pada saat pulang, akhirnya kami mencari informasi tentang transportasi yang menghubungkan Terminal 1 dan Terminal 2 Bandara Juanda. Ternyata pihak bandara menyediakan Bus Shuttle Free, yang dapat dimanfaatkan oleh umum. Keberangkatan Bus tidak terjadwal, saya sarankan hanya menunggu bus ini jika sedang tidak tergesa-gesa mengejar jam keberangkatan pesawat.

Dari setiap kesalahan yang kita alami, apabila disikapi dengan bijak, ternyata merupakan kesempatan bagi kita untuk mendapatkan ilmu dan pengalaman yang dapat dibagi kepada orang lain dan mungkin dapat menjadi informasi yang berguna. Yang perlu dicatat disini adalah, bahwa kita tidak pernah lepas dari salah, maka ada baiknya jika kita mengeliminir kesalahan dengan usaha:

  • Manajemen waktu yang baik, karena waktu yang mendesak/sempit akan sulit bagi kita untuk memiliki kesempatan memperbaiki kesalahan
  • Teliti, dalam setiap dokumen, semua yang tertera di dalamnya pasti mengandung maksud. Jadi harus dicermati, dipelajari dan dipahami
  • Selalu memberi ruang untuk memaafkan bagi kesalahan orang lain dengan kesadaran bahwa kita juga tidak lepas dari salah
  • Nasi sudah menjadi bubur. Tidak ada salahnya jika menyikapi bubur dengan bijaksana. Bayangkan semangkuk bubur hangat, bisa bubur ayam, bubur sumsum yang enak disantap. Bukan sesuatu yang harus disesali.

happy mother - Farika

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun