Mohon tunggu...
Didid Kuncoro
Didid Kuncoro Mohon Tunggu... Entrepeneur -

Seorang yang hobby jurnalisme sekaligus awak media lokal, senang berkebun & bersosialita.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Di Balik Konspirasi PKB & SBY

16 Maret 2011   05:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:45 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam Mukernas Partai Kabangkitan Bangsa (PKB) kemarin tak tanggung-tanggung SBY dalam memuji PKB. Di perhelatan tersebut SBY hadir beserta Ibas dan Marzuki Alie yang ikut menyertai.
"PKB yang menghormati kesepakatan koalisi. PKB konsisten, PKB berbagi rasa dalam menghadapai topan, badai dan ombak yang mengganas. Itu adalah cerminan ahklak & budi pekerti yang luhur", begitu ucapan SBY di depan peserta Mukernas yang diiringi dengan aplaus peserta tentunya.

Dalam politik memuji sangatlah wajar apalagi dalam satu koalisi. Tetapi tendensi dibalik itu yang menarik untuk dikuliti, disitulah seni peran dimainkan dengan ucap dan kata.
Sementara disis lain anggota Setgab yang lain bertingkah dengan dinamis, PKB lebih kompromistis hampir terkesan stagnan sehingga pantas SBY melontarkan kata-kata pujian yang bisa dikata berlebihan tersebut.

Peristiwa itu sangat kontradiktif dengan proses beberapa hari sebelum Mukernas PKB digelar. Simak saja pengajuan pergantian antar waktu (PAW) anggota DPR dari Fraksi PKB yang kritis Ny. H. Lily Chadijah Wahid & Dr. Effendy Choirie yang menuai kontroversi.
Berawal dari surat DPP PKB bernomor : 7190/DPP-03/V/A.1/III/2011 tertanggal 7 Maret 2011 tentang permohonan PAW atas nama Ny.Lily Wahid dan Gus Choi dengan calon pengganti masing-masing Jazilul Fawaid dan Andi Muawiyah Ramly, yang ditujukan kepada ketua DPR Marzuki Alie.
Dalam surat tersebut juga dilampiri perberhentian kedua orang itu dari anggota PKB tertanggal 5 Maret 2011 (hanya berselang dua hari).
Kemudian ditindaklanjuti ketua DPR dengan surat bernomor PW.01/2278/DPR/III/2011 yang disampaikan ke KPU perihal PAW tertanggal 14 Maret 2011 dan ditandatangani oleh Marzuki Alie yang konon tanpa musyawarah dengan pimpinan DPR lainnya, ataukah memang hal tersebut sudah menjadi 'prosedur' di lembaga legislatif tersebut ?

Dapat ditebak dengan pasti hal yang melatarbelakangi adalah keikutsertaan dua anggota Fraksi PKB tersebut dalam mendukung hak angket pajak yang votingnya dilaksanakan pada 22 Februari lalu.
Otoritarian telah merasuk pada partai yang dibidani almarhum Gus Dur ini yang juga kakak kandung Ny.Lily Wahid.
Aroma konspirasi kental mewarnai dan secara terang benderang kelihatan begitu naifnya hal tersebut dilakukan oleh sebuah partai yang lahir di era reformasi.
Sementara anggota pengganti adalah orang dekat Muhaimin Iskandar selaku Ketua Umum PKB yang saat ini menjabat sebagai Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Jazilul Fawaid misalnya, adalah Kepala satuan tugas TKI bermasalah dibawah kementrian cak Imin dan Andi Muawiyah sebagai sekretaris Dewan Syuro PKB.

PKB sendiri berdiri pada tanggal 23 Juli 1998 (29 Rabi'ul Awal 1419 H).
Pada Pemilu 2004 memperoleh 10,57% suara yang menempatkan 52 orang di parlemen. Kemudian dengan konflik internal turun drastis hampir 50% pada Pemilu 2009 menjadi 4,82% atau mendapatkan 27 kursi dari 560 kursi DPR.
Ny.Lily Wahid berangkat dari daerah pemilihan Jatim II (Pasuruan-Probolinggo) yang merupakan daerah 'tapal kuda' di JATIM dan basis pendukung setia almarhum Gus Dur sekaligus kantong suara utama bagi PKB.
sedangkan Gus Choi dari daerah pemilihan Jatim X (Gresik-Lamongan).
Konstituen di dua daerah tersebut mungkin merasa disingkirkan perlahan oleh keputusan DPP, karena dalam Pemilu lalu sistem proporsional terbuka yang diterapkan sehingga konstituen sebenarnya masih punya 'alibi' dan ikatan emosional yang kuat tetapi hal ini ditinggalkan begitu saja.

Kini kita kembali bertanya-tanya apakah slogan PKB 'Maju Tak Gentar Membela Yang Benar' pantas disandang partai pimpinan cak Imin ini ?
Dan dalam PEMILU 2014 nanti apakah PKB masih punya 'nilai jual' di tengah masyarakat pemilih yang makin cerdas dan kritis dan persaingan yang makin kompetitif tentunya.
Andalah yang punya jawaban sendiri-sendiri, karena di tengah tingkat kepercayaan publik yang makin merosot terhadap kinerja parpol saat ini makin berat peluang bagi parpol yang mengedepankan pragmatisme dan oportunis.

Salam Kompasianer..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun