Mohon tunggu...
Oedin Only
Oedin Only Mohon Tunggu... Administrasi - Pemberdaya dan Petani

Berkeseharian dengan Desa dan Petani | Berutinitas dalam Pemberdayaan Penyuluh, Pelaku Utama dan Pelaku Usaha | Menyenangi Opini, Analisis dan Literasi | Ingin Berfocus Sebagai Penggiat Analisis Politik Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Berkelas Global | Juara I Lomba Blog KPK 2012

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pelopor dan Sarapan Kata-kata Ngece

6 Juli 2013   11:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:56 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Saya yakin orang yang berazam memulai sebuah perbuatan baik, orang yang melakukan hal-hal yang ketika banyak orang belum atau enggan melakukannya, orang yang cenderung liar dengan hal-hal umum yang menurutnya lengkung dan mesti segera diluruskan, seringkali menghadapi ragam tantangan yang tak jarang dipandang buruk dan melelahkan bagi banyak orang.

Ditulisan ini saya ingin membicarakan tentang mental, mental yang lahir dari ibu kandung bernama alasan tak asal-asalan. Ibu kandung unggul yang diperuntukkan bagi jiwa-jiwa unggul. Tahukah anda bahwa ibu kandung unggul ini merupakan anugerah dari Allah SWT yang hadir melalui lisan dan tindakan jiwa yang juga menjalani langkah serupa pada awalnya, ya pada awalnya mengikhlaskan diri dalam aktivitas mempelopori perubahan.

Pernahkah anda mendengar, bahwa negeri kita pernah swasembada beras, dimana produksi padi melimpah ruah, kita punya stok beras yang lebih dari cukup yang mampu untuk memberi makan jutaan rakyat. Tahukah kita bahwa dibalik suksesnya upaya itu ada peran Allah SWT dan peran SDM unggul, program, sistem, termasuk hal-hal pendukung lain yang turut memberi kontribusi sesuai porsi masing-masing. Dulu betapa susahnya sekedar untuk menggugah petani agar mau menikmati manfa'at positif pemupukan tanaman. Pupuk diberikan cuma-cuma, tenaga pengajar memupuk dibayar dengan harga pantas agar bersedia berbagi karya terbaiknya untuk petani. Tapi, pupuk-pupuk yang dibagi cuma-cuma itu tak sedikit yang disia-siakan dan disalahgunakan : ada yang ditaruh di bawah rumah, dibiarkan kepanasan-kehujanan di pinggir jalan, dibuang ke sungai, dijual, dll. Bisa dibayangkan, andai edukasi tentang pupuk dihentikan kala itu, mungkin swasembada beras hanyalah sekedar mimpi indah, walaupun demikian perlu dipahami bahwa pupuk bukan satu-satunya faktor yang bisa meningkatkan produksi.

Hampir kejadian serupa berulang, setiap pengajar pupuk ini mendatangi petani untuk menyeru agar petani tahu, mau dan mampu melakukan pemupukan yang didapat hanya kata-kata ngece, kata-kata buruk, merendahkan, dan jauh dari kesan menghargai. Bahkan kata-kata ngece ini kadang mengarah pada hardikan dan cemooh. Pupuk gak ada manfa'atnya, pupuk merusak tanah, pupuk boros tenaga dan waktu, tanpa pupuk tanaman kami juga menghasilkan, pupuk hanya menghabiskan uang rakyat, dengan kata lain kala itu mayoritas rakyat menolak. Tapi pengajar pupuk terus melawan gundah yang mengganggu, provokasi nafsu yang cenderung mendownkan motivasi melakukan perubahan berusaha dikalahkan dengan power tekad yang terus dilipatgandakan. Power bahwa pekerjaan perubahan ini adalah pekerjaan mulia yang harus ditopang dengan jiwa pembaharu yang sehat wal afiat.

Akhirnya ragam demplot, demcar sebagai metode percontohan pemupukan dilakukan, media-media propaganda di sebarkan tentang dampak buruk tanaman tak berpupuk dan dampak baik tanaman berpupuk, kunjungan perorangan, kunjungan kelompok, ragam pertemuan dilakukan, bahkan memanfa'atkan jasa tokoh-tokoh kunci untuk satu tujuan petani tahu, mau dan mampu melakukan pemupukan tanaman yang mereka usahakan. Kalau dulu pupuk sering sisa, bahkan cenderung tanpa manfa'at, tapi sekarang petani berebut untuk mendapatkan pupuk, karena banyak mereka telah mengetahui dan merasakan sendiri manfa'at penting dari pupuk ini. Saya yakin andai pelopor tentang pupuk itu merasa sakit hati dengan sarapan kata-kata ngece yang rutin diterimanya lalu dia menyerah dan memilih berhenti dari aktivitasnya mungkin petani hari ini jahlun masalah pupuk ini.

Dari apa yang saya urai diatas semoga terlihat bahwa untuk melakukan perubahan harus dipahami kondisi objek dan diklasifikan strata atau tingkatan objek yang akan dirubah. Dalam teori penyerapan informasi dan teknologi ada yang disebut adopter, pengikut, pengikut awal, dan lagat (penolak), tentu perlakuan perubahan kepada mereka harus dengan treatment berbeda. Kebanyakan petani ada bagian pengikut ini..

Mengakhiri tulisan ini, saya inget peristiwa yang pernah saya baca di sebuah buku. Peristiwa besar untuk mengangkat harkat dan martabat manusia di sisi Allah SWT melalui dakwah pemikiran, politis dan tanpa kekerasan. Ketika Rasulullah menyeru pembesar dan masyarakat kota Thoif untuk mengakui beliau sebagai Rasul Allah, untuk mau menerima Islam, yang diterima beliau justru ragam kata-kata ngece, hardikan, hinaan, pelemparan batu, dan pengejaran. Dan ketika Allah mengutus malaikat yang menawarkan diri menolong beliau, Rasulullah hanya menjawab "Mereka belum tahu siapa aku, andai mereka tahu mereka tidak akan melakukannya, semoga keturunan orang-orang ini mau menjadi penolong dan pembela islam nantinya".

Andai Rasulullah dan orang-orang setelah beliau cenderung dendam dan mengabaikan penduduk kota Thoif, mungkin penduduk kota itu akan dihancurkan dan tidak merasakan nikmat dan sejahtera dalam pangkuan khilafah islam…

Tak ada kata yang lebih puitis…selain bersemangat menjadi pelopor islam ideologis..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun