Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Buku Agenda Ramadan: Pelajaran Jurnalistik yang Paling Sederhana

2 Juni 2017   09:52 Diperbarui: 2 Juni 2017   13:15 955
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: dokkanafkar.com

Hayooo... ingat nggak, siapa yang semasa sekolah pernah ngisi buku seperti gambar di atas?
 *ngacung tangan*

Di antara bulan-bulan dalam kalender Hijriyah, yang kesemuanya berjumlah dua belas, ada satu bulan khusus—ya bagaikan sebuah negeri—yang telah disiapkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada kita semua, selaku umat Muslim yang beriman. Bulan tersebut, jika kita masuk ke pintu gerbangnya, atmosfernya sungguh terasa beda, diiringi oleh sejuta kebaikan, dan tentu saja, kedekatan kepadaNya membuat bumi ini terasa lebih syahdu.

Ya, itulah Ramadan, bulan yang tidak diletakkan di awal maupun akhir tahun, melainkan berada pada urutan kesembilan. Walaupun begitu, kalau dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya, perbedaannya sungguh tak tertandingi. Banyak sekali keistimewaan, yang kalau kita mau merenungkannya, membuat kita semakin bersyukur, karena bulan ini adalah hadiah terindah, dari belas kasihNya yang tiada bandingannya.

Karena keutamaan itulah, semua kalangan dari umat Islam hendaknya bersukacita atas kedatangan bulan yang teragung ini, termasuk para siswa-siswi di sekolah. Untuk menyambutnya, pihak sekolah biasanya akan memberikan buku khusus, ya semacam agenda kegiatan di bulan Ramadan. Hal ini dilakukan, tentu saja untuk membiasakan mereka berpuasa, dan memperbanyak amal ibadah dan kebaikan, agar menjadi pribadi yang bertakwa.

Oh ya, kalau kita mengingat kembali, tentunya semasa sekolah kita pernah mengisi buku agenda Ramadan,  iyaa ‘kan? Saya pun juga begitu. Kalau tidak salah, sejak kelas 3 SD saya sudah mengisi buku kegiatan Ramadan dan berakhir kala saya duduk di kelas VIII SMP. Dan, ketika saya menghadiri shalat tarawih di masjid, kegiatan mengisi buku agenda Ramadan rupanya masih dijalankan oleh anak-anak SD yang tinggal di sekitar kediamanku.

Walaupun begitu, ada pembelajaran yang kalian dapat dari buku agenda kegiatan Ramadan ini. Selain berpuasa, kolom-kolom shalat lima waktu dan tarawih, serta tadarus Al-Qur’an yang wajib diisi membuat kalian selalu berdisiplin untuk melakukan ibadah, terutama shalat 5 waktu yang pastinya, tak boleh ditinggalkan.

Ada lagi, nih, dengan adanya kolom kultum yang kalian tuliskan sewaktu khatib memberi tausiyah di mimbar, secara tidak langsung, pengetahuan kita tentang diinul Islam akan semakin bertambah, bahkan bisa membuka cakrawala tentang hal-hal baru yang belum diajarkan di sekolah-sekolah. Ditambah lagi dengan kolom kunjungan pada hari raya Idul Fitri, kalian diajarkan untuk senantiasa menyambung silaturahmi, saling bermaaf-maafan di antara sesama muslim.

Nah, karena buku agenda Ramadan ini adalah tugas dalam pelajaran agama Islam di sekolah, hendaknya kalian mengisinya dengan sebaik-baiknya, ya! Sebab, pengisian buku agenda tersebut bisa berpengaruh pada nilai pelajaran agama di rapor sekolah kalian. Dan, yang paling terpenting, kegiatan-kegiatan yang tercatat pada buku agenda tersebut, diharapkan untuk dijadikan cermin, agar semakin memacu diri untuk senantiasa berbuat yang positif, di hari berikutnya!

Tapi....

Mengingat kenanganku tentang buku agenda Ramadan ini, saya jadi merenung, berpikir hal-hal yang lain. Ternyata, saya dapat menemukan satu hal yang tentunya, berkaitan dengan bidang-bidang yang tak asing di dunia komunikasi!

Yup! Tepatnya, pada kolom Kultum ini. di situ, tertera masjid yang biasa dijadikan tempat untuk kalian bertarawih, penceramah, dan tanda tangannya. Di sampingnya, ada kolom yang biasa kalian tulis sewaktu khatib memberikan ceramahnya. Ukurannya, nggak terlalu lebar, tapi di balik itu, kalian dituntut untuk menuliskan HANYA pada hal-hal penting sewaktu sang khatib memberi ceramah agama kepada para jamaahnya.

Dari situlah, saya--dan juga kalian semua, belajar untuk menuliskan isi khutbah Tarawih yang efektif dan berfokus pada pokok-pokok penyampaian yang penting dan bermanfaat. Tentunya, dengan cara mendengarkan baik-baik sembari menuliskan apa yang disampaikan sang khatib, bukan dengan jalan meminta bantuan orang untuk menuliskannya, ya! Hal ini dilakukan, agar kalian dilatih untuk peka dalam menangkap suatu informasi di balik peristiwa, yang kemudian diabadikan dengan berbagai cara, dan media yang akan digunakan.

Nah, seperti melihat para polisi maupun penyelenggara acara yang menggelar konferensi pers-nya kepada para wartawan kemudian mereka mencatat informasinya, jika dibandingkan dalam penyampaian tausiyah oleh khatib yang kemudian dicatat oleh para siswa, ya sesungguhnya keduanya hampir sama. Bedanya, jika para wartawan diselingi tanya-jawab kepada narasumber sewaktu konferensi pers, dalam kultum Tarawih ini, sang khatib menyampaikan pesan agama dengan apa adanya, dan para jamaahnya dianjurkan untuk meresapi apa yang disampaikan, untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun