Mohon tunggu...
Sridewanto Pinuji
Sridewanto Pinuji Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis Blog

Penulis untuk topik kebencanaan dan lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Merangkum 'Lirih Jeritan Alam' oleh Sindhunata

24 Mei 2017   14:51 Diperbarui: 24 Mei 2017   19:12 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini harian Kompas menerbitkan Opini yang salah satunya ditulis oleh Romo Sindhunata berjudul ‘Lirih Jeritan Alam’. Bila Anda memiliki waktu luang, saya sangat menyarankan untuk membaca tulisan tersebut. Tetapi bila banyak halangan, maka izinkan saya untuk merangkum beberapa poin penting yang disampaikan oleh Romo Sindhu. 

Petualangan

Membaca tulisan Romo Sindhu adalah sebentuk pengalaman yang sangat menyenangkan. Perasaan itu juga muncul ketika kita membaca ‘Lirih Jeritan Alam’. Melalui tulisannya, Romo Sindhu mengajak kita menyusuri keindahan gunung, bukit, pantai, sungai, dan teluk-teluk. Beliau mengingatkan betapa indahnya Zamrud Khatulistiwa, betapa berharganya alam Indonesia. 

Setelah dibuai oleh keindahan nusantara, termasuk pelajaran dari sungai-sungai di Mataram, kita pun dibawa terbang ke Nigeria mempelajari sungai di sana. Tak lupa, kita juga diajak menjumpai tokoh-tokoh seperti Rumi, Chidi Kwubiri, dan Nietzsche. Setelah puas berkeliling, kita diajak kembali ke Yogyakarta. Sungguh sebuah tamasya yang menyenangkan, bukan? 

Pesan 

Sambil berpesiar ke mana-mana, barangkali sudah selayaknya kita merenungkan beberapa pesan Romo Sindhu dalam tulisannya. Sebagai contoh, beliau mengingatkan, bahwa sebelum muncul Negara Indonesia, terlebih dahulu adalah tanah dan alamnya. Hal ini tercermin pada satu bait dalam lagu kebangsaan, ‘Hiduplah tanahku, hiduplah negeriku….’ 

Alam Indonesia berhubungan erat dengan budaya yang tumbuh di berbagai tempat. Seringkali, muncul sebagai satu kearifan lokal. Namun, karena alam yang berbeda, maka budaya dan kearifan lokal yang tumbuh pun berbeda pula. Ini selayaknya bunga yang beragam karena tempat tumbuhnya pun bermacam-macam. Menyadari hal ini, maka upaya untuk menyeragamkan berbagai keberagaman alam, budaya, kearifan, dan bunga itu adalah satu tindakan yang tidak mungkin. 

Pesan Romo Sindhu tersebut mengingatkan saya pada status seorang kawan di akun Facebook-nya hari ini. Kawan tersebut menulis, ‘Akhir-akhir ini kita melihat pesona kampung pelangi, kampung yang warna-warni. Bayangkan bila kampung itu dicat satu warna saja, apakah akan tetap menarik?’. 

Pengkhianata, Harmonisasi, dan Perbedaan

Dalam tulisannya, Romo Sindhu juga mengingatkan betapa manusia kini telah berkhianat pada alam. Karena hati manusia telah mengeras seiring banyaknya kepentingan, maka ia tak mampu lagi mendengar jeritan dan tangisan lirih alam. Tetapi, alam yang dipaksa untuk seragam itu pun memberontak dan pada gilirannya memaksa kita menangis beberapa hari belakangan ini. 

Menurut Romo Sindhu, pada alam terdapat keharmonisan. Jika harmonisasi alam itu terganggu, maka ia akan berusaha untuk mengembalikannya. Sebab itu, manusia perlu belajar dari alam agar harmonis. 

Sebagai contoh, manusia lahir berbeda-beda, namun bersama-sama menjadi ‘kita’. Sebab, satu orang mengarah ke yang lain dan berkata, ‘Aku ada, karena kamu ada.’ 

Apa sejatinya perbedaan? Romo Sindhu menyampaikan, bahwa batas yang berbeda sejatinya adalah jembatan yang mempersatukan. Persatuan itu bisa terjadi bila manusia saling berpandangan dan kemudian menyapa dan barangkali bersentuhan. 

Penutup

Demikian kira-kira beberapa inti pesan dari tulisan Romo Sindhunata. Sebenarnya, masih ada pesan mengenai gila kuasa dan harta. Tetapi maaf, tulisan ini tidak ingin membahasnya. 

Akhir kata, terima kasih untuk tulisan yang sangat luar biasa, Romo Sindhu.

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun