Mohon tunggu...
Dewa Gilang
Dewa Gilang Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Single Fighter!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Walisongo Bukan Keturunan Arab, Melainkan Dari Cina

16 Oktober 2013   09:35 Diperbarui: 4 April 2017   18:26 41465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pada tahun 1968, terbit buku karya Prof. Slamet Muljana, "Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara". Buku itu segera menimbulkan polemik hebat dan menguatkan kontroversi di kalangan sejarawan. Pihak pemerintah Orde Baru melalui Kejaksaan Agung segera bertindak. Buku itu dilarang beredar. Hingga pada Maret 2005, penerbit LKiS memutuskan untuk menerbitkan kembali buku kontroversial itu.

Sejarawan Indonesia terkemuka Indonesia saat ini, Asvi Warman Adam, dalam kata pengantarnya mengungkapkan alasan rezim Orde Baru melarang peredaran buku itu. Salah satu titik yang menjadi pemicunya adalah bahwa Prof. Slamet Muljana menyatakan pendapat yang kurang populer, yaitu Walisongo berasal dari Cina.

Dr. Asvi menulis, "Yang menjadi persoalan adalah saat itu rezim Orde Baru telah menetapkan Cina sebagai musuh karena negara itu dituduh membantu Gerakan 30 September 1965. Pemerintah Indonesia memutuskan hubungan diplomatik dengan Beijing, dan segala yang berbau Cina dilarang." (Lihat kata pengantar Asvi Warman Adam pada buku "Runtuhnya....).

Dalam buku itu, Prof. Slamet membeberkan nama-nama asli Walisongo, yang berbau Cina dan sangat jauh dari kesan berbau Arab. Slamet menyimpulkan bahwa Sunan Ampel aslinya bernama Bong Swi Hoo. Ia kemudian menikah dengan Ni Gede Manila yang merupakan anak Gan Eng Cu (mantan kapitan Cina di Manila yang dipindahkan ke Tuban sejak tahun 1423). Dari perkawinan ini lahir Sunan Bonang. Bonang diasuh Sunan Ampel bersama Giri, yang belakangan dikenal sebagai Sunan Giri.

Bahkan kesimpulan Prof. Slamet juga merambah hingga nama Sunan Kalijaga, yang menurut mayoritas versi sejarah sebagai satu-satunya Walisongo asli Indonesia. Menurut Slamet, Sunan Kalijaga, yang pada masa mudanya bernama Raden Said, tak lain adalah Gan Si Cang. Sedangkan Sunan Gunung Djati atau Syarif Hidayatullah adalah Toh A Bo, putra Sultan Trenggana, yang memerintah Demak tahun 1521-1546. Sementara itu, Sunan Kudus adalah Ja Tik Su.

Kesimpulan Prof. Slamet ini mengandung banyak kelemahan sehingga rentan terhadap serangan kritik. Dr Asvi memberikan kritik terhadapnya. Menurut Asvi, Prof. Slamet hanya mendasarkan kesimpulannyaa pada buku yang ditulis oleh MO Parlindungan. Slamet diduga tidak memeriksa sendiri naskah-naskah yang berasal dari Klenteng Sam Po Kong, Semarang.

Selain menyimpulkan Walisongo berasal dari Cina, Prof. Slamet juga menulis hal kontroversial lainnya, yaitu perihal mazhab yang dianut oleh Walisongo. Berbeda dengan mayoritas sejarawan yang menulis bahwa mazhab Syafi'i adalah mazhab mayoritas Walisongo, maka Prof. Slamet menyimpulkan mazhab Hanafi sebagai mazhab yang dianut oleh mayoritas Walisongo. Kesimpulan yang selaras dengan kesimpulannya mengenai Walisongo. Sebab, mazhab Hanafi adalah mazhab mayoritas di Cina hingga saat ini.

Terlepas benar-tidaknya, maka penulisan sejarah Walisongo versi Prof. Slamet tentunya akan memperkaya khazanah kajian masuknya Islam ke Nusantra. Juga membuka wawasan tentang pengaruh Cina terhadap perkembangan Islam di Nusantara, terutama pada masa-masa awal, yang mana Agus Sunyoto, sejarawan NU, menegaskan tentang adanya pengaruh kebudayaan Ceumpa (Kamboja; jika disepakati bahwa Ceumpa termasuk ke dalam wilayah Cina pada masanya) pada tradisi-tradisi keagamaan di Indonesia, khususnya warga NU.

Gitu aja koq repot!

Selamat menikmati pentungan.

Penulis adalah santri NU di salah satu pesantren terkenal di Kota Bandung, Jawa Barat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun