Hari ini kita masih berada dalam suasana perayaan hari kemerdekaan Republik Indonesia. Repubik ini ternyata telah memasuki usia 72 tahun, usia yang sebenarnya masih terbilang sangat muda dalam perjalanan negara-negara merdeka. Kemerdekaan merupakan nikmat terbesar yang dimiliki bangsa ini, dan semua ini kita nikmati hari ini karena jasa para pahwalan. Sebab itu, pepatah ini akan selalu benar "bangsa besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya."
Kira-kira kalau kita ingin membuat daftar mengenai tata nilai yang dapat disarikan dari spirit kepahlawanan, maka kita seolah-olah tidak akan pernah menemukan kaliman penutup. Sebab apa yang terkandung dari sipirit kepahlawanan tersebut sangat kaya dan merupakan warisan nilai yang sangat berharga.
Jika boleh menyebut salah satu nilai yang bisa kita tarik dari spirit kepahlawanan tersebut adalah keberanian melampaui kekinian. Kekinian tentu saja tempat kita berpijak, tapi kita harus mencoba melampauinya karena inilah kata kunci kemajuan. Misalnya, kita bisa mengambil contoh dari penemuan-penemuan spektakuler para ilmuan dan innovator. Penemuan-penemuan mereka spektakuler karena ada kebaruan yang melampaui situasi-situasi kekinian.
Demikian pula dengan apa yang dilakukan oleh para pahlawan. Mereka berani melampaui kekinian mereka, dan berjuang demi cita-cita luhur yang bahkan diri mereka sendiri pun tidak akan menikmatinya. Mereka bertahan dalam setiap perjuangan mereka bukan untuk mengharapkan hasil cepat bagi diri mereka sendiri, tapi bagi generasi selanjutnya.
Sebab itu, mereka berjuang tanpa pamrih, tanpa mengharapkan pujian dan jabatan, tapi hanya berkorban. Segala pamrih seperti pujian dan jabatan adalah aspek kekinian yang telah berhasil mereka lampaui. Hal ini sepertinya berbanding terbalik dengan para pejabat saat ini. Mereka hanya memahami jabatan sebagai posisi untuk mendapatkan pujian dan harta. Akibatnya, korupsi meraja lela, perebutan kekuasaan secara kasar lumrah dipraktikkan, dan rakyat mereka jadikan sebagai tumbal dari semua keserakahan mereka.
Akibat lanjutan dari situasi semacam ini adalah pejabat mempertahankan zona nyaman mereka. Terobosan-terobosan tidak dimuncul dalam pikiran dan kebijakan mereka, jabatan pemerintahan dijalankan sebagai business as usual.Hasilnya adalah tidak ada perubahan berarti yang nampak pada tingkat kemiskinan, angka putus sekolah, pertumbuhan stagnan eknomi, pengangguran, kriminalitas, dan lain sebagainya.
Sebab itu, Sudirman Said pernah menyebut bahwa, dalam konteks Jawa Tengah, kita harus keluar dari zona nyaman tersebut dan melampaui kekinian yang melenakan sebab tantangan dan persoalan bangsa ini masih menumpuk. Kondisi ini menuntut kehadiran orang-orang berani, jujur, penuh terobosan, dan berpihak pada rakyat untuk memperbaikinya.Â