Mohon tunggu...
Muhammad Dendy
Muhammad Dendy Mohon Tunggu... Seniman - menulis adalah obat hati

"saya adalah orang yang selalu ingin belajar dan selalu ingin mengembangkan segala potensi yang ada dalam diri saya"

Selanjutnya

Tutup

Politik

Setya Novanto Tersangka, Mau Dibawa Kemana Golkar?

18 Juli 2017   23:43 Diperbarui: 19 Juli 2017   00:15 969
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ketua DPR Setya Novanto, yang juga saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Partai Golkar Resmi ditetapkan menjadi tersangka oleh KPK. Pada senin 17 Juli 2017 kemarin, Setya Novanto resmi ditetapkan menjadi tersangka Oleh KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Posisi Setya Novanto yang saat ini menjabat sebagai ketua DPR dan Ketua Umum Partai Golkar, tentunya akan memiliki pengaruh yang besar terhadap peta perpolitikan nasional, dengan status Setya Novanto sebagai Tersangka. 

Partai Golkar sebagai partai besar dan partai senior di republik ini dikenal sebagai partai yang selalu berada di kubu pendukung pemerintah. Penetapan status tersangka terhadap Setya Novanto tentu membuat Golkar semakin bingung menentukan kemana arah politiknya. Setelah badai yang menerpa Setya Novanto, yang kini membuat golkar akan berpikir ulang tetap mempertahankan Setya Novanto sebagai ketua umum. Status tersangka Setya Novanto, tentunya akan membuat perpecahan partai Golkar yang dulu pernah terjadi pada tahun 2014, akan kembali terulang. Dengan terpilihnya Setya Novanto sebagai ketua umum partai Golkar pada mei 2016 lalu menggantikan abu Rizal Bakrie, tentunya membuat golkar kembali bersatu dan melakukan konsolidasi setelah terbaginya Golkar menjadi dua kubu.

Seperti yang kita ketahui pada tahun 2014 lalu, setelah usainya pilpres 2014. Golkar terbagi menjadi dua kubu. Yaitu kubu ketum tandingan Agung Laksono, dan ketum munas bali Aburizal Bakrie. Golkar yang pada saat itu mulai berpikir ulang berada di kubu Opisisi, yaitu kubu KMP (Koalisi Merah Putih). Mulai melakukan manuver politik yang pada akhirnya terpilihnya Setya Novanto sebagai ketua umum. Sehingga arah politik partai Golkar pun berubah ditangan Setya Novanto, yaitu berbalik arah menjadi partai pendukung pemerintah. 

Sebagai partai yang selalu berada dibalik penguasa sejak era orde baru, golkar sepertinya haram untuk menjadi oposisi. Karena dari awal terbentuknya Golkar, Golkar selalu berada dikubu pendukung pemerintah. Posisi Golkar sebagai pendukung pemerintah semakin diperkuat dengan arah politik partai Golkar bersama Partai Nasdem, untuk tetap berkominten mendukung pencapresan Presiden Jokowi pada Pilpres 2019 mendatang.

Status Tersangka Setya Novanto Akan membuat elektabilitas Golkar semakin menurun

sebagai partai senior, yang tentunya memilki akar rumput pendukung yang relatif stabil. Partai yang pernah menjadi bagian dari pemerinahan orde baru tersebut selalu berada di tiga besar dalam perolehan suara nasional pemilu legislatif. Akan tetapi semenjak terjadi perpecahan partai Golkar yang terjadi pada tahun 2014 lalu, badai politik yang menerpa partai Golkar semakin kencang berhembus. Walaupun badai tersebut sempat mereda pada saat Setya Novanto terpilih menjadi ketua umum, yang sekaligus membuat parta golkar bersatu kembali. 

Berdasarkan survey yang dilakukan LSI pada mei 2017 lalu setelah Pilkada DKI 2017. elektabilitas partai golkar tinggal 13, 5 persen, angka tersebut mengalami penurunan dibandingkan pada survey yang dilakukan pada oktober 2016 yang mencapai 15.3 persen. Pada saat itu elektabilitas partai golkar mengalami kenaikan dari 12,2 persen sebelum munaslub, naik menjadi 15,3 persen setelah partai golkar melakukan munaslub dan berkomitmen mendukung pencapresan Presiden Jokowi pada pilpres 2019 mendatang. Berdasarkan survey tersebut terlihat jelas, bahwa Pilkada DKI 2017 berpengaruh dalam penurunan elektabilitas partai Golkar. 

Karena pada pilkada DKI 2017 lalu, partai Golkar mendukung Gubernur pertahana basuki Tjahaja Purnama yang dikala itu sedang merosot elektabilitasnya, karena kasus penistaan agama. Pada saat Pilkada DKI 2017 partai Golkar berharap dengan mendukung ahok, akan menaikkan eletabilitasnya. Akan tetapi malah terbalik menjadi bola panas yang menyebabkan elektabilitas golkar kembali menurun setelah kekalahan ahok. Basis masa Jokowi dan Ahok ternyata memiliki pandangan politik yang berbeda, karena banyak warga DKI Jakarta loyalis jokowi yang tidak memilih ahok. Malah sebaliknya memilih anies. Ahok dan Jokowi memiliki kepribadian yang berbeda dimata warga Jakarta. Sehingga banyak warga Jakarta pada akhirnya memilih Anies. Padahal Ahok adalah calon yang merupakan bagian tak terpisahkan dari jokowi, Golkar salah melihat peluang politik dalam pilkada DKI Jakarta 2017 lalu.

Dengan penetapan Setya Novanto sebagai tersangka, tentunya elektabilitas partai Golkar akan kembali menurun. Karena belajar dari partai Demokrat yang pada beberapa waktu lalu ketua umumnya Anas Urbaningrum terkena kasus korupsi, dan ditetapkan menjadi tersangka, tentu berpengaruh sangat besar terhadap elektabilitas partai Demokrat pada masa itu. Seperti yang kita ketahui pada pileg 2009 lalu, partai Demokrat menduduki peringkat pertama sebagai partai dengan suara nasional tertinggi pada pileg 2009. Yaitu 21 persen. Akan tetapi pada pileg 2014 lalu menurun drastis diposisi ke empat setelah Gerindra, yaitu hanya 10 persen. 

Dengan Setya Novanto yang saat ini berstatus sebagai tersangka. pastinya bukan hal yang mustahil partai Golkar akan melorot dibawah posisi tiga besar, yang mana selama ini golkar selalu berada di posisi tiga besar perolehan suara pileg. Partai Golkar akan bernasib sama dengan Demokrat, yaitu akan mengalami penurunan drastis terhadap elektabilitasnya. Sehingga jika benar hal itu terjadi, untuk pertama kalinya dalam sejarah partai Golkar berada dibawah 3 besar dan untuk pertama kalinya juga partai golkar turun ke posisi papan tengah.

Kekecewaan Loyalis Setya Novanto Terhadap Rezim Jokowi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun