Mohon tunggu...
Muhammad Dendy
Muhammad Dendy Mohon Tunggu... Seniman - menulis adalah obat hati

"saya adalah orang yang selalu ingin belajar dan selalu ingin mengembangkan segala potensi yang ada dalam diri saya"

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pertemuan Jokowi dan GNPF MUI Bentuk Kepanikan Jokowi Menjelang Pilpres 2019

29 Juni 2017   03:49 Diperbarui: 30 Juni 2017   00:11 2650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertemuan Presiden Jokowi dan GNPF MUI (Gerakan Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia) di Istana, Jakarta, 25 Juni 2017. Sumber: ANTARA/Puspa Perwitas

Beberapa hari yang lalu pada hari pertama hari raya idul fitri pada hari Minggu pada Tanggal 25 Juni 2017 lalu, publik dikejutkan dengan pertemuan yang dilakukan Jokowi dengan beberapa tokoh Sentral GNPF MUI dengan Pihak Jokowi dan istana negara. Pada pertemuan yang digelar di istana negara tersebut tampak pimpinan GNPF MUI yang hadir adalah, ketua Bachtiar Nasir, Wakil Ketua Zaitun Rusmin, juru bicara Kapitra Ampera serta pengurus GNPF MUI lainnya, yaitu Habib Muchsin, serta Muhammad Lutfi Hakim.

Sedangkan Presiden Joko Widodo didampingi oleh Menkopolhukam Wiranto, Mensegneg Pratikno, dan Menteri Agama Lukman Hakim Saifudin. Pertemuan tersebut tentunya menjadi headline diberbagai media massa, maupun menjadi suatu hal yang mengejutkan dimata publik. Menginggat, Rezim Joko widodo selama ini selalu berseteru dengan GNPF MUI, yang terlihat dari pernyataan Presiden Jokowi yang mengatakan aksi 411 dan 211 adalah aksi yang ditunggangi aktor-aktor Politik pada akhir tahun 2016 lalu.

Bagi saya, pertemuan tersebut adalah sebuah anomali, dimana perbedaan pandangan Politik dan Ideologi antara rezim Jokowi dan GNPF MUI yang bagaikan air dan api tersebut pada akhirnya menjadi pertemuan yang hangat yang berlangsung di istana negara beberapa hari yang lalu. Ada apa dengan Jokowi sebenarnya? Menurut saya, dibalik pertemuan tersebut ada bentuk kepanikan Jokowi, setelah Ahok yang merupakan "Anak Emas" Presiden pada akhirnya kalah telak dengan sang Penantang Anies-Sandi yang diusung oleh dua Partai Oposisi Gerindra dan PKS. Kekalahan Ahok yang diusung oleh kekuatan parpol pendukung pemerintah tersebut, yang tentunya secara diatas kertas Ahok mempunyai kekuatan Politik yang jauh lebih besar dari pasangan anies-sandi.

Ahok-Djarot didukung oleh 1 partai penguasa, yaitu PDIP, serta 5 parpol pendukung pemerintah yaitu : PKB, PPP, Nasdem, Hanura, dan Golkar. Dengan dana Kampanye yang "Unlimited" tanpa batas, serta ditambah dengan dukungan Kekuatan 6 parpol pendukung pemerintah tersebut, banyak pakar politik, maupun masyarakat meyakini ahok akan keluar sebagai pemenang pada Pilkada DKI 2017. Akan tetapi Prediksi tersebut terpatahkan oleh kemenangan multak Anies-Sandi pada Pilkada DKI 2017 lalu.

Selain DKI, rontoknya kekuatan PDIP sebagai pengusung Utama Presiden Jokowi dibeberapa daerah pada pilkada serentak 2017 lalu juga menjadi lampu kuning bagi Rezim Jokowi, jika PDIP akan mengusung Jokowi lagi pada Pilpres 2019 mendatang. GNPF MUI, yang sudah bukan rahasia umum lagi adalah pihak yang paling berseteru dengan Ahok, semenjak kasus pidato ahok dikepulauan seribu yang menyinggung surat Al-Maidah, tidak bisa dianggap Remeh. 

Kekuatan politik GNPF MUI dimata pemilih muslim yang kecewa dengan sikap ahok yang menyinggung surat Al-Maidah pada pidato dikepulauan seribu tersebut, terbukti dari berkumpulnya para pemilih muslim kepada Anies-Sandi. Sehingga Anies-Sandi menjadi tempat berkumpulnya Para pemilih "Anti Ahok". Dengan berbagai aksi berjilid-jilid yang dimotori oleh GNPF MUI, tak bisa dipungkiri menggerus elektabilitas ahok, khususnya dimata pemilih muslim. Peran GNPF MUI dalam menarik hati pemilih muslim, melalui aksinya menuntut keadilan atas penistaan agama yang dilakukan Ahok, tentu tak bisa dianggap remeh, dengan lebih dari 50 persen pemilih muslim Jakarta sepakat dengan pandangan GNPF MUI, bahwa ahok adalah Penista Agama. 

Selain peran GNPF MUI atas kasus penistaan agama ahok, kriminalisasi ulama yang kerap dilakukan oleh Rezim Jokowi melalui Institusi Kepolisian, juga semakin membuat jarak antara Pemilih Muslim dengan pihak Istana semakin jauh. GNPF MUI, dengan beberapa tokoh sentralnya dianggap oleh sebagian pemilih muslim adalah perwakilan atau suara keadilan bagi sebagian pemilih muslim, tentu adalah kekuatan politik yang sudah tidak bisa dianggap remeh lagi oleh rezim Jokowi. Perlahan tapi pasti, Kepopuleran dan empati publik akan aksi yang dilakukan GNPF MUI dalam menuntut keadilan, serta maraknya kriminalisasi ulama yang terjadi pada rezim jokowi saat ini, tentu perlahan tapi pasti semakin membuat publik khususnya pemilih muslim, semakin bersimpati terhadap perjuangan dan pergerakan GNPF MUI berikut tokoh-tokohnya, maupun ulama yang berada didalamnya. 

Semakin tingginya Simpati dan empati publik akan perjuangan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh, serta ulama-ulama dalam GNPF MUI tersebut, tentu membuat Jokowi harus melakukan Manuver Politik, yaitu dengan melakukan pertemuan antara Istana dan Para Tokoh-Tokoh sentral GNPF MUI, meskipun Habib Rizieq sebagai tokoh yang paling sentral tidak ada, karena masih berada di Arab Saudi. 

Menurut saya, Jokowi adalah pihak yang paling cerdas dalam melakukan Komunikasi Politik dan manuver politik, karena dia bisa memahami perlahan tapi pasti peran GNPF MUI berikut tokoh-tokoh didalamnya pasti juga akan berpengaruh terhadap Pilpres 2019, Jokowi menganggap kekuatan Politik GNPF MUI dimata pemilih muslim memiliki pengaruh yang sangat besar. Tentunya, dengan pertemuan antara Istana dan GNPF MUI, adalah suatu langkah yang dilakukan Oleh Jokowi agar tetap mengamankan suara para pemilih muslim yang kecewa terhadap rezim Joko Widodo, yang selama ini dianggap sebagai bagian yang tak terpisahkan dari Ahok. 

Langkah Jokowi dengan melakukan pengamanan suaranya dimata pemilih muslim dengan pertemuannya dengan GNPF MUI tersebut, adalah suatu bentuk kepanikan Jokowi atas tingkat keterplihannya yang selama ini terus menurun, dan tentu saja Jokowi memahami bahwa jika ia terus berjarak dengan GNPF MUI berserta para ulama dan tokoh-tokoh didalamnya, akan berujung pada kekalahannya pada pilpres 2019 mendatang, karena kemungkinan besar Jokowi akan kembali mencalonkan kembali pada Pilpres 2019 mendatang.

Karena kekalahan ahok pada Pilkada DKI 2017 lalu, adalah bentuk kekecewaan para pemilih muslim terhadap ahok, yang juga secara langsung akan berpengaruh besar terhadap tingkat keterpilihan Jokowi pada Pilpres 2019 mendatang, karena Jokowi dan Ahok adalah dua tokoh yang tak terpisahkan sejak Pilkada DKI 2012 lalu. Apakah pertemuan antara Jokowi dengan GNPF MUI tersebut akan kembali memulihkan citra jokowi dimata pemilih muslim? hanya waktu yang bisa menjawabnya.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun