Mohon tunggu...
Muhammad Dendy
Muhammad Dendy Mohon Tunggu... Seniman - menulis adalah obat hati

"saya adalah orang yang selalu ingin belajar dan selalu ingin mengembangkan segala potensi yang ada dalam diri saya"

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kenapa Pilkada DKI Selalu Disebut Barometer Nasional?

18 Juni 2017   21:37 Diperbarui: 18 Juni 2017   21:55 889
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pilkada DKI sudah lama usai, perhelatan akbar lima tahunan yang diselenggarakan di Jakarta selalu menjadi pemberitaan seksi bagi media massa. kenapa seksi?? semenjak fenomena Jokowi pada pilkada 2012 yang melahirkan "Jokowi Efect" setelah kemenangan Jokowi pada Pilkada DKI 2012 lalu, Pilkada DKI sering disebut "Batu Loncatan" bagi para tokoh politik untuk mencapai kursi diperpolitikan nasional. maka dari itu Pilkada DKI 2017 jadi begitu seksi bagi pemberitaan Media massa, hampir 80 persen pemberitaan media massa semuanya menyorot Pilkada DKI, padahal pada Pilkada serentak 2017 lalu ada lebih dari 100 daerah yang juga menyelenggarakan Pilkada yang seolah2 pilkada di luar DKI itu tenggelam oleh pemberitaan tentang seksi dan hotnya Pilkada DKI 2017. selain karena "Fenomena Ahok" pilkada DKI tersebut juga sering dijadikan Prediksi atas peta Politik Nasional pada 2019 mendatang, dapat kita lihat keterlibatan Megawati, SBY, dan Prabowo pada Pilkada DKI 2017 yang seolah2 Pilkada DKI 2017 menjadi ajang tarung antara ketiga tokoh tersebut menjelang pertarungan yang lebih besar pada Pilpres 2019 mendatang yang di Prediksi jauh lebih panas. 

kembali ke masa lalu, ketika Jokowi-Ahok memenangkan Kursi DKI 1 dan DKI 2, tak lepas dari peran Prabowo dalam pemenangan mereka, meskipun pada akhirnya Ahok keluar dari Gerindra karena tak sepaham soal pemilihan langsung diganti dengan pemilihan melalui DPRD. pada Pilkada DKI 2012 lalu Jokowi-Ahok Keluar sebagai pemenang dengan perolehan suara: Jokowi-Ahok (53,82 Persen), dan Foke-Nara (46,18 Persen),hal itu berbanding lurus hampir sama dengan perolehan suara pada Pilpres 2014 lalu dimana pada saat itu perolehan suara : Jokowi-JK (53,15 Persen) dan Prabowo-Hatta (46,85 Persen). 

Hasilnya hampir sama bukan?? makannya itu tak heran Pilkada DKI selalu seksi dan menjadi rebutan para tokoh nasional dan petinggi parpol, karena peta pilpres barometernya adalah hasil Pilkada DKI. pada Pilkada DKI 2017 lalu Anies-Sandiaga menang mutlak diluar Prediksi berbagai lembaga survey dan masyarakat Indonesia, dengan hasil perolehan suara : Anies-Sandi (57,96 Persen) dan Ahok-Djarot ( 42,04 Persen). Ahok-Djarot yang banyak kalangan masyarakat maupun pengamat memprediksi akan keluar sebagai pemenang, kalah mutlak dari Anies-Sandi yang merupakan penantang dengan jumlah partai pengusung jauh lebih sedikit dibandingkan Ahok-Djarot yang didukung oleh partai2 besar dan modal kampanye yang "Limited" tanpa batas. 

sehingga banyak kalangan berpendapat dan memprediksi, bahwa kemenangan Mutlak Anies-Sandi Tersebut tentunya akan mempersulit langkah Jokowi pada Pilpres 2019 mendatang, jika kita mengacu hasil Pilkada DKI 2012, yang hasilnya berbanding lurus hampir sama dengan hasil Pilpres 2014 lalu. selain faktor Tragedi AL-Maidah 51 yang menyebabkan demo berjilid-jilid, sehingga juga berpengaruh pada elektabilitas ahok, keberpihakan Jokowi terhadap ahok juga menjadi faktor yang menyebabkan kalahnya Ahok-Djarot, ditambah lagi "Blunder" Bagi-bagi sembako yang dilakukan kubu Ahok-Djarot menjelang Pencoblosan 19 April 2017 lalu. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun