Mohon tunggu...
Firdaus Cahyadi
Firdaus Cahyadi Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Konsultan Knowledge Management, Analisis Wacana, Menulis Cerita Perubahan dan Strategi Komunikasi. Kontak : firdaus(dot)cahyadi(at)gmail.com

Firdaus Cahyadi, penikmat kopi dan buku. Seorang penulis opini di media massa, konsultan Knowledge Management, Analisis Wacana di Media, Menulis Cerita Perubahan dan Strategi Komunikasi. Untuk layanan pelatihan dan konsultasi silahkan kontak : firdaus(dot)cahyadi(at)gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Blogger, Bukan Penyambung Lidah Media Mainstream

16 Januari 2017   10:54 Diperbarui: 16 Januari 2017   16:50 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: 60let.com

Blogger, sebuah aktivitas yang muncul seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Dengan perkembangan pesat TIK itulah setiap pengguna internet mampu menjadi konsumen sekligus produsen informasi, pengetahuan dan wacana. Selama ini perdebatan wacana di ruang publik didominasi oleh media massa arus utama (maintsream). Dominasi wacana di ruang publik inilah yang seringkali dijadikan landasan dalam sebuah pengambilan kebijakan. Dalam konteks inilah kemudian peran blogger menjadi sangat penting dalam mendinamisasi perdebatan wacana di ruang publik.

Namun, pertanyaannya kemudian adalah apakah saat ini blogger sudah melakukan perannya sebagai dinamisator perdebatan wacana di ruang publik?

Marilah sejenak kita semua melakukan refleksi terhadap blogger di tengah perdebatan wacana di ruang publik. Alih-alih mendinamisasi perdebatan wacana di ruang publik, saat ini blogger justru seringkali menjadi penyambung lidah dari media mainstream. Apa yang menjadi perdebatan blogger seringkali adalah persoalan-persoalan yang sebelumnya menjadi berita headline di media massa maintsream. Ketika headline sebuah media massa mainstream menurunkan berita tentang debat Gubernur DKI, maka blogger pun ikut-ikutan menuliskan tentang itu. Meskipun tulisan blogger beragam tentang debat Gubernur DKI itu.

Padahal saat menurunkan berita di halaman utamanya (headline), sebuah media massa maintsream sudah melewati berbagai proses seleksi. Termasuk seleksi mana berita yang dianggap penting dan tidak berada di halaman utama menjadi headline untuk diperdebatkan di ruang publik. Nah, tak jarang dalam seleksi penentuan berita yang menjadi headline inilah, media massa mainstream mengalami bias. 

Pertama, bias geografis. Sebagian besar media massa mainstream berkantor di Jakarta. Situasi ini menjadikan media massa mainstream bias dalam melakukan seleksi berita yang ada di halaman utama. Berita tentang Jakarta akan cenderung menjadi headline. Sementara berita di daerah, meskipun itu penting bagi khalayak justru seringkali tidak dianggap penting. Jakarta adalah segalanya.

Kedua, bias kelas. Wartawan adalah bagian dari kelas menengah. Pemilik media massa arus utama adalah kelas menengah-atas. Iklan-iklan yang menghidupi media massa arus utama didapatkan dari korporasi-korporasi milik pengusaha kelas menengah atas. Jebakan kelas sosial ini yang seringkali membuat penentuan berita headline di media massa arus utama menjadi bias. Persoalan pembangunan jalan tol di Jawa misalnya, diangkat oleh media arus utama, menjadi persoalan penting. Sementara persoalan hilangnya tanah-tanah petani akibat proyek tersebut, atau makin tersingkirnya transportasi massal seiring dengan pembangunan jalan tol itu tidak dianggap penting.

Nah, dari berbagai bias yang dialami oleh media massa arus utama itulah, peran blogger untuk menjadi penyeimbang wacana di ruang publik menjadi penting. Blogger harus menyadari posisi strategisnya sebagai penyambung lidah kepentingan lokal dan warga kelas menengah-bawah yang seringkali tidak dianggap penting oleh redaksi media mainstream. Jika kemudian blogger justru memilih menjadi penyambung lidah media mainstream, itu sama saja dengan memperkuat kelompok status quo yang selama ini diuntungkan oleh dominasi wacana media massa mainstream di ruang publik. Jika itu pilihan blogger, maka blogger bukan lagi sebagai penggerak perubahan sosial di masyarakat tapi menjadi salah satu pilar dari kekuasaan status quo.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun