Hidup di Jakarta tak semudah hidup di kampung halaman. Di kota ini hidup serasa di obok-obok. Maka tak heran kalau ada ungkapan " jika lapar kita pun betul-betul lapar dan jika kenyang kita pun betul-betul kenyang"
Apa maksud ungkapan diatas?
Begini, jakarta itu hidup nafsi-nafsi, jadi kalau ada orang susah ya memang betul-betul orang susah sebaliknya kalau ada orang senang, bahagia memang betul-betul bahagia. Kalau kata Bang Aji Rhoma " yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin".
Ada hadis Nabi yang mengatakan "Jika engkau memasak masakan berkuah, perbanyaklah kuahnya, kemudian lihatlah anggota keluarga dari tetanggamu, maka berikanlah kepada mereka dengan baik". Dan pengamalan hadis ini, pun hanya segelintir orang Jakarta yang mengamalkan.
Ya, begitulah Jakarta. Bukan Ibukota namanya kalau tidak kejam. Bahkan kejamnya Ibu tiri tak sekejam Ibukota.
Nah, jika ingin hidup berlama-lama disini maka hiduplah dengan segudang asa. Karena dengan asa kita pun kian menjadi kuat, walau badai kian hari menerjang hidup.
Maka  beruntunglah orang-orang yang mampu bertahan di kota ini. Beruntung karena yakin bahwa dibalik perjuangan asa , ada lapisan semangat hidup. Yang bisa jadi, semangat hidup nantinya bisa menghantarkan pada titik keberhasilan. Kata Anis Baswedan sesibuk apapun jangan lupa bahagia. Dan sesusah apapun tetap jangan lupa bahagia.Â