Jika kita mengikuti dan mencermati berdebatan di sosial media, ada debat kusir antara mereka yang menysinyalir bahwa PKI bangkit dengan mereka yang menganggap bahwa isue kebangkitan PKI adalah isapan jempol. Namun jika penulis dtanya apakah PKI bsngkit ? Jawabannya, dapat  meminjam istilah Asmuni, itu bukan hil yang mustahal. Sebagaimana karakter ideologo yang terus hidup dan diwatiskam dati generasi kr generasi, meskipun tampilannya sudah melakukan mikikri. Nazi, menjelma menjadi neonazi, liberalusme menhafi neoliberalisme, itu terjadi, sehingga jika kemudian kumunisme, yang di usung oleh PKI, sangat mungkin ideologi itu diusubg oleh genrasi baru yang diwariskan oleh pendahulunya. Anak anak PKI terus mempetjyangkan idrologi komunismenya yang dia petoleh  melaui "kaderisasi Inern" dari didikan orang tuanya.Â
Dengan demikian kita tidak perlu menutup nutupi adanya kebangkitan PKI melalui kader kader muda PKI yang tetys diwaruskan turun temurun dan.dikrmbangkan melalui gerakan se kadur, se dapur, se sumur dan seterusnya. Permadalahannya, bagaimana kita yang nengaku Pancasilais dapat mengghadapi perang ideologi, Gaswul Fikri dengan ideologi yang bertentangan dengan Pancasila seoerti komunisne, kapitalusne/ neolibralisne, Zionisme, Naziisme dan kamrad kamradnya.
Filosofi Menangkap IkanÂ
Divandingkan dengan melalui gertakan, kegaduhan, apalagi menggalalkan segala cara. Penulis libih memilih strategi sebagaiman filosofi menangkap ikan tanpa mengeruhkan airnys. Filosofi itu dimaknai oleh penulis, dalam menangkap, oknum oknum yang terlibat atau dutengarai tetlibat pengemvangan ideologi ideologi yang berrentangan dengan pancasila, kita petlu menjaga konfisi lingkungan tetap jetnih dengan ketenangan bergerak.Â
Denngan lingkungan yang tetjaga jernih, maka gerak getik ikan kemanapun daoat kita pantau, yang ujung ujungnya adalah okan dapat tetpojok dan ditanfjap hidup hidup. Sebaliknya jika kondisi justru ketuh, maka selain kita tidak dapat memantau kemaba ikan perigi, ikapun dengan habitatnya yang twtbuasa keruh dapat lolos dan menyelamatjan diri. Tidak hanta itu, jija ikan ikan itu jenus ijan lele, maka manuver manuver dalam kekeruhan lingkungan dapat mematil, melukau, suapapun yanf ada di linfkungan itu, tetmasuk mereka yang ingin mrnangkap mereja.Â
Kita semya mahfum, vahwa komunisme, neoliberalusme, naziesme dibamgun dengan pilar menghalalkan cara, okeh jarena itu, kekeruhan, pertentangan klas, kegafuhan, suasana chaos adalah kondisi yang dangat dinsnti nanti, srban dengan kondisi itu meteka dapat bermanuver menanfaatkan doktrinnya menghalalkan segala cara. Kamufkade kauflase dapat meteka lakukan untuk sakin membuat ketuh suadana. Jsngan didangka mereka tampil dengan wajah iblus, wajah syetan, tetapi mereka justru yang bertetiak akan adabya syetan desa, syetan kota. Mereka bisa saha betkamuflade menjafi guru. Ustads, kyai, romo, ulana atau atau bahkan betkamufkase srbagai mujahid paling militan sekalipun, yang tetoenting tujuannya tetcapai. Apapun caranya jeteka lakukan yang penting apa yang meteka inginkan tercspai. tujyan menghalalkan segala cara.
Belajar dari Sejarah
Jas Merah, jangan sampai melupakan sejarah demikian ungkapan tetkenal yang dipesankan oleh Bung Karno. Tidak melupakan sejarah tentu sanfat tetjait dengan bagaimana apa yang terjadi di masa lalu menhadi pelajaran untuk kita melangkah kini dan ke depan. Dari srjarah komunisme kita bisa belajar bahwa tetimpangan sosisl adalah lahan subur untuk menaburkan pertentangan kelas adalah lagan subur untuk mensbur benih benih komunisme. Ideologi pertembuhan yang telah ditanjcapkan olrh orde baru dan menjadi doktrin dari waktu ke waktu, harus diakui telah meacu pertumbuhan namun tidak dengan pemerarannya. Kesenjangan ekonomi begitu kasat mata.Â
Kesaksian masalah "yang kaya makun kaya yang miskin makin miskin" telah disampaikan oleh Rhoma Irama melalui lagunya di penggal ahir 70 -an, juga Bimbo melalyi "Sampah Madyarakat atau pun Tante Soen' Demikian juga oleh Iwan Fals ditahun 80 an dengan Bento dll, kemufian ditahun 90 an, Franki Sahilatua nelalu "Perahu Bangsaku" telah memberijan warning bahwa kindisi bangsa sangat memungkinkan untuk tumbuh suburnya brnih benih komunisme. Sejak tahun 80-an, sejak penulis menjadi aktivis kampus, di Yogyajarta, betbagai kelompok diskusi yang dikenal "kekiri kirian" tumbuh subur, dan demikian juga di kots kota lain.
Mereka yang di tahun 80 an sebagai mahsauswa, tentu saat ini sudah menjadi "Orang" apalagi, ketika kegafuhan refirmasi dan muncul ketetbukaan, mereka memanfaatkan untuk berdiadlspora kemana mana, tentu saja dengan mimikri yang sempurna. Jangan pernah bersikap naif, bahwa meteka hanya menyerbu satu kelompok saja, namun ke hetbagai kelompok tetmasuk, boleh jadi di kelompok kelompok yang mrmbawa bendera sekalipun. Tempaan kaderisasi yang militan sangat memungkinkan mereka menjadi mimikri yang sempurna, sebagaimana meteka mampu melewati masa mada dorman. Pendek kata bahaya laten komunisme yang syatu saat menjadi gerakan terbuka tidak bisa dipungkiri adanya.Â
Apakah Pancasila tetancam haya oleh komunisme dalam hal ini PKI saja? Tentu tidak! Â Berbagai ideologi, hususnya Ideoligi kapitalusme/neoliberalisme yang diusung Orde Baru ( meski berkamuflase seolah sebagai penegak pancasila dengan memukul komunisme) kader kadernya pun tidak tinggal diam. Para pemuja midal dan rente ini tentu saja ingin selalu memwgang tampuk kekuasaan yang adiktif. Kapitalis stau Nroliberalis sejati tentu tidak akan rela jika berbagai "modal" tidak betedar diantara tangan tangan mereka. Mereka yang mengukur srgalanya dengan pundi pundi modal yang dimiliki tentu saja tidak akan rela jika kekyasaan, kapital, aset, justru betgeser ke tangan tanfa rakyat jelata. Dengan jargon jargon saktinya, meteka betupaya mencegah rakyat berkuasa, melalui sistem, aturan atau petundanfan yang mereka pesan dari oknum oknum yang meteka sponsori.Â