Sharingku dengan istridalam liburan kali ini tiba pada suatu pernyataan dari dirinya yangmenyatakan bahwa dia menemukan kembali apa makna belajar itusesungguhnya. Sejak kecil, sebagian besar dari kita pasti terbiasadengan perintah orang tua “Ayo jangan main atau nonton televisiterus, kapan belajarnya?” Pertanyaan sekaligus perintah ini menjadikalimat yang seringkali didengar puluhan kali bahkan lebih olehanak-anak sejak zaman saya bahkan mungkin hingga saat ini.
Bagi orangtua mungkin akan merasa nyaman dan senang ketika melihat anaknyasetiap hari belajar dengan membaca buku atau mengerjakan PR yangdiberikan oleh guru di sekolah. Tetapi kesenangan orang tua tersebutseakan bertolak belakang dengan apa yang dirasakan anak-anaknya yangmenganggap bahwa belajar itu adalah sebuah beban dan merupakan haltidak menyenangkan serta cenderung menjadi kata yang tabu dan amatdihindari.
Menghindari belajar tidak hanya terjadi di lingkup keluarga yang merupakan sosialisasiprimer bagi sebuah individu, akan tetapi juga terjadi dalamsosialisasi sekunder dalam lingkup sekolah, dimana bagi para siswabelajar merupakan hal yang amat sangat tidak mereka sukai jika tidakboleh dibilang dibenci. Saya tidak munafik, hal yang sama juga sayapernah alami saat saya masih kecil bahkan hingga saya lulus SMAmemasuki jenjang kuliah, belajar belumlah menjadi sebuah kesukaantetapi lebih kepada sebuah kewajiban yang harus dipenuhi demi sebuahstatus dan selembar kertas yang bernama ijazah.
Kembali kepada sharingdari istri saya di awal tadi, dia bercerita bahwa beberapa tahunterakhir justru ketika sudah bekerja, maka belajar menjadi sesuatuhal yang menyenangkan bagi dirinya dan seakan-akan seperti air yangmenyegarkan karena tidak hanya dibutuhkan tetapi juga disukai.Belajar akan sesuatu hal yang disukai dan memperdalam lebih spesifik,tentu menjadi sebuah hal yang menyenangkan bagi kita untuk dilakukan.
Tidak ada kata terlambat untuk belajar, begitu filosofi yang seringsaya dengar dan saya baru mengamininya lebih lagi saat ini yaituketika saya juga setuju dengan apa yang dikatakan istri saya bahwabelajar itu adalah sesuatu yang menyenangkan. Sebagai seorang lulusanilmu politik bahkan hingga jenjang pascasarjana, seharusnya kajianpolitik menjadi hal yang menyenangkan bagiku untuk digali lebihdalam, akan tetapi dalam setahun terakhir dunia ekonomi khusunya bagian investasi menarik minatku lebih dalam untuk dipelajari.
Apakah kemudian aku melupakan dunia politik yang seakan sudah menjadi bagiandiriku ? Tentu saja tidak, namun justru saling melengkapi karenabidang politik dan ekonomi merupakan dua hal yang saling berkaitandan bukan justru berlawanan. Sudahkah anda menemukan juga kembalimakna belajar ??
28 Desember 2016