Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kerusuhan Mei 1998, Saya Malah "Patroli" Keliling Kota

21 Mei 2012   17:34 Diperbarui: 8 Mei 2018   11:39 7889
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kerusuhan Mei 1998 di Jakarta (Sumber: akumassa.org)

Salah satu hal paling konyol yang pernah saya rasakan adalah di masa-masa terjadinya kerusuhan Mei 1998, empat belas tahun yang lalu. Ketika semua orang memilih diam di dalam rumah, bahkan di Jakarta banyak sekali orang yang lari keluar negeri bersama semua anggota keluarganya, saya seorang diri malah “patroli” keliling kota! Meskipun memang bukan di kota Jakarta, tetapi tetap saja itu adalah sesuatu yang konyol.

Sebelum pecah kerusuhan besar yang membawa korban ribuan jiwa di Jakarta itu, situasi di Indonesia, terutama sekali di Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia dilanda situasi dan kondisi yang serba mencekam. Sementara itu krisis moneter dan ekonomi kian hari kian memburuk.

Di masa seperti itu, suatu ketika, sekitar awal Mei 1998, siang, saya seorang diri jalan-jalan di Tunjungan Plaza (TP), Surabaya. Ketika itu, baru ada Tunjungan Plaza 1 – 3. Tunjungan Plaza 4 belum ada.

Ketika berada di gerai Adidas di Lantai 3, TP 1, tiba-tiba terdengar suara gaduh. Semula kami semua yang berada di gerai Adidas itu bingung, tidak tahu apa yang sedang terjadi. Kami hanya melihat tiba-tiba semua orang berlari turun ke bawah, berdesak-desakan di eskalator. Kemudian terdengar ada yang bilang, ada bom! Serentak kami yang ada di gerai Adidas itu pun ikut-ikutan berlari mengikuti arus massa yang sedang panik itu. Menuju eskalator ke arah bawah untuk keluar secepatnya dari TP.

Meskipun ikut berlari dan berdesak-desakan untuk secepat mungkin mencapai pintu keluar TP, waktu itu saya tidak panik. Yang saya pikirkan hanya adalah secepat mungkin mencapai lantai paling bawah untuk mencapai pintu keluar. Saya bahkan sempat berteriak-teriak kepada semua orang supaya jangan panik. Teriakan saya itu juga diikuti beberapa orang. 

“Jangan panik, jangan panik! Nanti ada yang jatuh, nanti ada yang terinjak-injak ...” begitu kira-kira beberapa orang mengingatkan. Seingat saya waktu itu massa yang berdesak-desakan mencari pintu keluar itu rata-rata tidak terlalu panik. Semua dengan tertib menuju secepatnya pintu keluar.

Ketika kami sampai di lantai dasar dekat pintu keluar, ternyata suasana sudah mulai membaik. Hanya terjadi kerumunan banyak sekali orang di dekat pintu keluar sampai di lobby. Tidak kelihatan lagi orang yang berupaya lari keluar, menjauh dari TP. Pada saat itulah saya melihat entah dari mana munculnya beberapa orang laki-laki bertubuh kekar dan berambut cepak. Beberapa di antaranya dengan seragam hitam-hitam (?). Mereka semua lengkap dengan senjata di tangannya. Mereka semua berjaga-jaga dengan mata-mata tajam mengawasi, berbaur dengan kerumunan massa. Saya tidak tahu dari kesatuan mana tentara atau intel-intel itu.

Ternyata, yang diteriaki bom tadi itu, bukan bom. Tetapi hanya bunyi yang entah bunyi apa dari arah lift di lantai 4. Kemudian ada orang yang spontan berteriak, “Bom !” Sehingga membuat semua orang yang sedang berada di TP itu mendadak panik dan segera berupaya lari keluar TP itu.

Suasana Surabaya memang ketika itu tidak kondusif berbagai isu menyeramkan terdengar di mana-mana. Tidak heran sedikit saja ada pemicu, dan salah paham, sudah cukup membuat orang panik seperti itu.

Sekarang, lift di TP 1 yang saya maksudkan itu, yang kalau di lantai 4 berada di depan Resto Fajar itu sudah tidak ada lagi, sejak direnovasi beberapa tahun lalu. Resto Fajar juga sudah pindah lokasi, di antara TP 1 dan 3. Lokasi Resto Fajar sekarang adalah bioskop XXI.

Nah, kisah paling konyol saya di Mei 1998 itu adalah ketika saya dengan bodohnya malah seorang diri mengendarai mobil Taft keliling kota Surabaya. Padahal semua orang memilih cari aman dengan berdiam di rumah, atau ada yang juga sudah lari keluar negeri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun