Mohon tunggu...
Danang Hamid
Danang Hamid Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance, father of three and coffee

Voice Over Indonesia Talent, Radio, Father of three and Black coffee

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Yang Nyantri dari Priangan Timur

29 Maret 2017   08:24 Diperbarui: 29 Maret 2017   19:00 713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Dokpri"][/caption]Hiruk pikuk menjelang Pilgub Jabar 2018 mendatang kian kencang ditabuh, baik oleh partai pengusung atau bakal cagub yang bersangkutan.

Nama-nama baru pun dimunculkan oleh para netizen dengan alasan kepantasan dan kepatutan menurut versinya masing-masing, lalu siapa yang bakal meneruskan tongkat estafet pimpinan tertinggi provinsi Jawa Barat ini?

Tokoh-tokoh yang sudah familiar di telinga masyarakat Jabar khususnya dan bahkan secara nasional nama-nama yang muncul mulai diwacanakan akan diusung oleh partai, seperti Wali Kota Bandung yang akhirnya merapat ke Partai besutan Surya Paloh.
Sontak! Sebagian netizen terkaget-kaget dengan keputusan Ridwan Kamil tersebut dengan tanggapan beragam dan menuai pro-kontra.

Nama-nama seperti Dedi Mulyadi, Dedi Mizwar, Rieke Dyah Pitaloka, Dede Yusuf, Desi Ratnasari dan bahkan Wali Kota Bogor, Bima Arya pun disebut-sebut para netizen, sebagian didorong agar maju pada pilgub mendatang.

Meski demikian, nampaknya masih ada juga malu-malu mendeklarasikan dirinya bakal maju pada kontestasi pemilihan kepala daerah tingkat satu ini, mungkin juga menunggu waktu yang tepat dengan melakukan manuver politik.

Ada juga yang giat membranding diri dengan berbagai langkah serta sosialisasi ke berbagai daerah di Jawa Barat dengan melakukan safari politik dan membangun jaringan emosional.

Netizen menilai baru tiga tokoh yang telah teridentifikasi dengan karakternya yang kuat. Dedi Mulyadi dianggap sebagai yang Nyunda, Ridwan Kamil disebut-sebut sebagai yang Nyakola dan Uu Ruzhanul Ulum sebagai yang Nyantri.

Menarik, ketika berbicara nama yang terakhir disebut, karena Uu merupakan orang pertama yang berani mendeklarasikan diri maju. Kader PPP dan Pengurus Himpunan Alumni Miftahul Huda, Pondok Pesantren di Manonjaya Tasikmalaya ini sama sekali tidak malu-malu kucing mencari dukungan sana-sini.

Bupati Tasikmalaya yang berlatar belakang santri ini mendapat dukungan dari lebih 140 Kyai se-Jabar menuju Jabar Satu.

"Santri identik dengan kampungan kurang intelek. Melihat kenyataan begini, saya ingin dan akan merubah label itu. Santri itu bisa jadi politisi. Santri bisa jd birokrat dan bahkan santri bisa jadi pemimpin negri ini" terang Uu lewat pesan Whatsapp kepada penulis.

Bupati yang mempertahankan Tasikmalaya sebagai daerah pertanian dan mengekspor beras organik ke berbagai negara ini menuturkan, Posisi santri umumnya selalu dimarjinalkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, padahal yang memperjuangkan kemerdekaan adalah para santri dan para ulama. "Tanpa mereka tidak akan ada pembangunan tanpa kemerdekan. Makanya, ini saatnya santri bangkit, Saat tepat santri maju, saatnya santri mengelola negara ini," ungkap Uu "Kalau bukan Uu siapa lagi? Kalo tidak sekarang kapan lagi?" tanya dia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun