Mohon tunggu...
Dan Jr
Dan Jr Mohon Tunggu... Lainnya - None

私の人生で虹にならないでください、私は黒が好きです

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mati!

19 Juli 2017   12:56 Diperbarui: 19 Juli 2017   13:08 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam yang terkutuk, ketika ibu menenggak racun serangga saat usiaku masih tiga. Entah apa yang dipikirkan wanita itu, anak - anaknya masih kecil, belum bisa meraba arti kematian dan kehilangan. Kakak perempuanku, Lisa, baru saja duduk dibangku kelas tiga SMP saat Ibu berjumpa dengan ajalnya. Abangku, Toni masih berseragam putih merah ditahun yang keenam, jelas dia tidak paham benar arti kematian sesungguhnya. Aku? Jangankan mengeja huruf - huruf biadab itu, untuk makan saja masih harus disuapi tangan ibu. Tapi dia sudah mati, lalu siapa yang akan memberi aku makan?

Sembilan belas tahun kemudian, ayahku mati. Katanya ayah jatuh dari kamar mandi. Dokter bilang ayah kena serangan jantung mendadak yang membuatnya harus pergi. Aku tidak perduli, yang aku tahu Ibu dan Ayah sudah mati. Terkubur dalam diperut bumi dan tak mungkin kembali lagi.

Sampai sekarang aku tidak bisa mengerti arti mati. Sampai kapanpun aku tak ingin mendengar kata mati. Entah ratusan orang yang tewas sebab kecelakaan pesawat. Atau puluhan jiwa melayang karena bom di berbagai tempat. Bahkan ribuan nyawa meregang karena perang, aku sungguh tidak ingin mendengar kata mati.

Manusia mati setiap saat, ketika mereka berkata ketidakjujuran, mereka mati. Ketika para pemimpin melakukan korupsi, dan menghisap darah rakyat, mereka mati. Ketika para pemuka agama menghakimi seseorang karena agamanya, mereka mati. Ketika mereka lari dan sembunyi ketakutan entah karena apapun itu, mereka mati.

Jutaan orang membela satu orang, demi kebenaran yang tidak mereka ketahui. Ribuan manusia turun ke jalan untuk mengumpat salah yang mereka tidak mengerti. Hidup mereka tidak sederhana, dan karena itu mereka sudah mati. Mati yang tidak dikubur di perut bumi. Mati yang masih bisa kembali. Tapi mereka tidak hidup, mereka sudah mati.

Lalu penguasa tertawa licik karena kemenangan mereka, menunjukkan gigi ditengah - tengah orang kecil yang hidup menggigil. Tapi, bukankah semua orang akan mati? Mati yang sesungguhnya. Mati seperti ibu yang menenggak racun serangga. Mati seperti ayah yang terpeleset dikamar mandi. Kemudian, untuk apa harus tertawa dan menunjukkan gigi. Tohakhirnya manusia akan mati dan tidak pernah kembali.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun